KEDAMAIAN DARI TUHAN
x' no Aj Ekpad devo AStu x' no_ihbuR?Ny" x'
smud–" -
x' no Apa' npaTpeärStu x' n" p*iè{.Rvtu devgopa --
Úaý
no aja ekapàd devo astu úaý no'hirbudhnyaá úaý samudraá,
Úaý no apàý napàt perurastu úaý naá påúnir bhavatu
devagopà.
(Ågveda: 7.35.13)
Tuhan
(devaá) yang tak terlahirkan (ajaá) selalu berjalan satu arah (ekapàd)
memberikan kedamaian kepada kami (úamnaá), awan (ahirburdhanyaá)
memberikan kedamaian kepada kami (úaý), air samudra memberikan
keda-maian kepada kami (samudrah saý) air di awan yang hanya turun di
musim hujan (apàm napàt) semoga memberikan kedamaian kepada kami (úaýno).
Demikian pula semoga Tuhan menjauhkan kami dari segala duka (peruá), dan
selalu memberikan kedamaian pada kami (úamnaá). Dia yang memenuhi segala
ruang dan waktu (påúniá), pelindung kebaikan (devagopà), berikanlah
kedamaian kepada kami (naá úaý bhavatu).
’Oh
Tuhan yang tak terlahirkan, yang selalu berjalan satu arah serta yang selalu
memberikan kedamaian pada kami. Semoga Engkau memberikan perdamaian kepada
kami. Semoga air samudera dan titik-titik hujan di langit juga memberikan
kedamaian kepada kami. Semoga juga Engkau menjauhkan kami dari duka. Wahai
Engkau yang memenuhi ruang dan waktu, pelindung kebaikan, berikanlah kedamaian
kepada kami’.
Manusia pada waktu lelah dengan aktivitas sehari-hari akan
merasakan bahwa rutinitas itu membuat adanya rasa sedih, marah, bahagia, dan
sebagainya. Sementara itu pada malam harinya dia minta perlindungan Tuhan yang
merupakan satu-satunya yang bisa memberikan kedamaian pada dirinya.
Àcàrya Vinobabhave
menulis dalam buku hariannya bahwa dirinya pada pagi hari mulai memuja Tuhan,
kemudian ke lapangan untuk mendengarkan cerita orang-orang, dan pada sore hari
berusaha menyelesaikan masalah-masalah mereka. Semua itu dilakukannya karena
dia ingin semua manusia berbahagia dalam hidupnya. Rutinitas tersebut
dilakukannya setiap hari dan sewaktu istirahat di malam hari dia selalu minta
perlindungan Tuhan. Dengan rutinitas ini pula dia merasakan kebahagiaan.
Hal itu mungkin tercipta bagi orang-orang yang sudah bisa
menjauhkan diri dari kepentingan diri sendiri karena telah memasrahkan
hidupnya kepada Tuhan, dan sama sekali tidak berambisi untuk menjadi orang
terkenal, kaya, berkuasa, dan sebagainya. Mereka juga tidak ingin terlahirkan
kembali di dunia ini dan tidak perlu mencari surga. Mereka hanya punya satu
keinginan yang pasti yaitu menjalani hidupnya dengan mengabdikan diri atau
melayani sesama yang tertimpa kesulitan.
Manusia dengan kemampuannya yang terbatas tidak akan bisa
melaksanakan segala pekerjaan secara sempurna. Tetapi dia wajib menyelesaikan
tugas yang diembannya dari Tuhan. Supaya dia bisa menyelesaikan tugasnya secara
baik dan penuh rasa tanggung jawab, dia harus meminta karunia-Nya karena usaha
apa pun yang dilakukan tanpa karunia Beliau akan sia-sia.
Jadi dengan kesadaran
itu, kita akan bisa menyikapi segala hal dengan bijaksana, karena mungkin saja
dalam kehidupan ini akan datang banyak gejolak. Tetapi dengan menciptakan
suasana damai kita akan mampu menyelesaikan semua hal dalam kehidupan ini.
Sebenarnya lingkungan sangat mempe-ngaruhi kedamaian itu.
Pada waktu seorang åûi mengucapkan mantra, dia ingin
semua alam dalam keadaan damai, awan dan hujan turun pada musimnya atau pada
saat diperlukan, dan air samudera agar tenang, dan lain-lainnya. Semuanya
dimohon berjalan dengan penuh ketenangan sehingga kedamaian bisa terwujud, dan
akibatnya semua mahluk bisa hidup bahagia. Hal tersebut juga dibahas dalam
mantra diatas, bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang memberi karunia kedamaian
kepada segala ciptaan-Nya. Alam semesta yaitu awan, sùrya, air samudra
dan sebagainya, juga diberikan kedamaian, sehingga kedamaian itu pada akhirnya
sampai pada manusia.
Para sarjana barat berpendapat bahwa Veda adalah
ciptaan manusia primitif yang takut pada alam, sehingga manusia itu mengucapkan
mantra Veda. Hal itu jelas tidak benar. Dapat dibuktikan bahwa bagaimana
pun kemajuan peradaban manusia dan perkem-bangan teknologi, tetap tidak
mengatasi hukuman alam seperti banjir, gempa, topan, wabah penyakit, dan
sebagainya. Jadi pendapat sarjana itu sangat tidak mendasar dan salah.
Padahal
sebenarnya Veda itulah puncak keberhasilan para åûi yang
memperkenalkan mantra-mantra kepada manusia untuk memahami kekuasaan Tuhan,
sehingga kita mengerti dan mohon agar tidak terjadi bencana alam.