Dalam berbagai puràóa, biasanya disebut ada sepuluh inkarnasi Wiûóu. Namun dalam Bhàgawata puràóa dinyatakan ada dua puluh empat inkarnasi Wiûóu.
Wiûóu memiliki sebuah wujud asli yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala sendiri. Wujud beliau memiliki banyak kaki, paha, tangan, mulut, mata, telinga, hidung dan kepala. Dari wujud asli inilah berbagai inkarnasi beliau tercipta. Dan dari wujud ini pula Brahmà diciptakan.
1. Inkarnasi
Wiûóu yang pertama adalah seorang bràhmaóa, bràhmaóa adalah kasta tertinggi
dalam ajaran Hindu. Kewajiban seorang bràhmaóa adalah mengabdikan dirinya
kepada ajaran ketuhanan dan berdoa kepada Tuhan.
2. Inkarnasi
Wiûóu yang kedua adalah dalam wujud seekor babi hutan (Waràha). Dalam wujud
ini, beliau menyelamatkan dunia dari bahaya tenggelam oleh air bah yang maha
dahsyat.
3. Dalam
inkarnasinya yang ketiga, beliau berwujud seorang åûi agung yang bernama Nàrada
(åûi Nàrada). Sebagai åûi Nàrada, beliau mengajarkan betapa pentingnya umat
manusia memuja Wiûóu dan berbagai pahala yang akan didapatkan.
4. Dalam
inkarnasi yang keempat beliau mengambil wujud sebagai dua orang åûi yang
berbeda sekaligus. Kedua åûi ini adalah Nara dan Nàràyaóa. Kedua åûi ini
melakukan berbagai tapa brata yang hebat.
5. Inkarnasi
Wiûóu yang kelima adalah juga seorang åûi. Åûi ini bernama Kapila. Selain itu,
tersebutlah seorang åûi bernama Àsuri yang kemudian atas petunjuk Kapila,
beliau disuruh mendirikan sebuah aliran filsafat yang disebut Sàýkhya yoga
darúana.
6. Dalam
inkarnasinya yang keenam, Wiûóu kemudian lahir sebagai putra dari åûi Àtri dan
istri beliau yaitu Anusùyà. Nama yang dipakai oleh Wiûóu dalam inkarnasi kali
ini adalah Dattàtreya. Sebagai Dattàtreya, Wiûóu kemudian memerintahkan Alarka,
Prahlàda dan yang lainnya, untuk menempuh atau mempelajari jalan kebenaran.
7. Inkarnasi
yang ketujuh, terjadi dalam masa pemerintahan Swàyambhù manu, yaitu Manu
pertama yang memerintah pada manwantara yang pertama. Kali ini, Wiûóu terlahir
sebagai putra Ruci dan Àkùti dan beliau bernama Yajña. Dalam manwantara yang
pertama ini, Wiûóu dalam wujud Yajña mendapatkan gelar sebagai Indra.
8. Inkarnasi
Wiûóu yang kedelapan adalah Åûabha, putra raja Nabhi dan permaisuri Maru. Dalam
inkarnasi ini, beliau mengajarkan tentang cara meditasi yang paling baik, dan
bahkan beliau telah mengajarkan mereka yang telah sangat terpelajar dalam
bidang ini.
Påthiwì Dewi Bhùmi |
9. Kemudian
dalam inkarnasi yang kesembilan, beliau mengambil wujud seorang raja.
Sebenarnya para åûilah yang memohon agar Wiûóu bersedia lahir sebagai seorang
raja. Dari kata ‘mohon’ (Prathana) maka raja ini bernama Påthu, kemudian
selanjutnya bumi dikenal bernama Påthiwì. Karena jasa Påthu. Påthu memanah bumi
dan mendapatkan berbagai jenis tanaman pangan yang kemudian diserahkannya
kepada umat manusia.
10. Kemudian
inkarnasi Wiûóu yang kesepuluh adalah seekor ikan raksasa (Matsya). Ini terjadi
dalam Manwantara yang disebut Cakûuûa manwantara. Saat itu, seluruh dunia
dipenuhi oleh air bah. Manu yang memimpin dunia pada Manwantara ini bernama
Waiwaswata Manu sebagai seekor ikan besar itu, Wiûóu memberitahukan Waiwaswata
manu untuk membuat sebuah perahu dan menyelamatkan dirinya berserta beberapa
sisa-sisa umat manusia dari banjir maha besar itu.
11. Inkarnasi
beliau yang kesebelas adalah terjadi pada saat pengadukan lautan susu untuk
mendapatkan Amåta. Wiûóu mengambil wujud seekor kura-kura besar. Saat itu para
dewa dan àsura bekerjasama untuk mengaduk lautan susu dengan menggunakan gunung
Mandara sebagai tongkat pengaduknya. Namun hal itu tidak akan bisa dilakukan
jika tidak disediakan sebuah alas pijakan untuk gunung Mandara agar bisa tegak.
Maka yang menjadi alasnya adalah punggung kura-kura raksasa itu. Ketika
pengadukan lautan itu dilanjutkan, maka keluarlah Dhanwantari dengan membawa
kendi amåta di tangannya.
Dhanwantari |
12. Dhanwantari
adalah inkarnasi Wiûóu yang keduabelas. Dhanwantari juga merupakan dewi segala
pengetahuan pengobatan. Bersama para dewa, para àsura juga menginginkan bagian
atas amåta.
13. Namun
Wiûóu kemudian mengambil wujud seorang wanita cantik untuk mengguna-gunai para
àsura agar mau menyerahkan kendi amåta itu. Ini adalah inkarnasi Wiûóu yang ketigabelas.
Nàraúimha, Manusia Berkepala Singa |
14. Hiraóyakaúipu
adalah yang menjadi raja dari para raksasa yang mulai menekan para dewa. Maka
dalam hal ini, Hiraóyakaúipu harus dihancurkan. Untuk hal ini, Wiûóu kemudian
berinkarnasi dalam inkarnasi yang dikenal dengan nama Nàraúimha yaitu mahluk
setengah manusia setengah singa (Nàraúimha adalah inkarnasi Wiûóu yang keempatbelas).
Wujud Wiûóu ini kemudian membunuh Hiraóyakaúipu dengan cakarnya. Setelah
Hiraóyakaúipu, kemudian yang menjadi raja para raksasa adalah Wali yang
kemudian menyingkirkan para dewa di surga.
Wàmana, bràhmaóa cebol |
15. Inkarnasi
Wiûóu yang kelimabelas adalah seorang bràhmaóa cebol yaitu Wàmana awatàra.
Wàmana awatàra ini kemudian menemui Wali, untuk meminta wilayah seluas tiga
pijakan kakinya. Karena Wali adalah raja yang dermawan maka permintaannya
dikabulkan. Namun Tiba-tiba bràhmaóa cebol itu berubah wujud menjadi mahluk
yang sangat besar, hingga dalam setiap langkah pijakannya menutupi bumi, langit
dan sorga. Maka Wali akhirnya terpaksa harus menyerah pada Wiûóu dan para dewa
yang lainnya.
Paraúuràma, Ràma bersenjatakan Kapak |
16. Pada suatu
waktu ketika para raja di bumi menjadi sangat jahat dan mulai menghalau para
bràhmaóa. Raja-raja itu adalah para kûatriya. Para kûatriya adalah golongan
kasta yang kedua dalam kepercayaan hindu, dan tugas utamanya adalah mengangkat
senjata dan melindungi dunia dari kejahatan. Setelah diketahui bahwa para raja
itu telah menjadi jahat, maka Wiûóu kemudian lahir menjadi Paraúuràma. Ini adalah
inkarnasi beliau yang keenambelas. Paraúuràma kemudian menghancurkan para
kûatriya yang sewenang-wenang, dan para kûatriya itu bejumlah 21 orang, agar
kebenaran bisa tegak kembali.
Wedawyàsa |
17. Setelah
inkarnasi yang keenam belas, maka lahirlah inkarnasi yang ketujuhbelas. Awatàra
ini adalah Wedawyàsa, putra åûi Paràúara dan istrinya yaitu Satyawatì.
Wedawyàsa menyusun kembali kitab suci Weda agar bisa dengan lebih mudah
dipahami oleh umat manusia. Sejak saat itulah kemudian kita kenal ada empat
Weda. Nama asli dari Wedawyàsa adalah Kåûóa Dwaipàyana. Beliau kemudian dikenal
bernama Wedawyàsa karena telah membagi Weda menjadi empat bagian terpisah.
18. Inkarnasi
beliau yang kedelapanbelas adalah Ràma, yang tentang kisahnya bisa kita ketahui
dalam kitab Ràmàyaóa.
Baladewa atau Balaràma |
19. Kemudian
inkarnasi beliau yang kesembilanbelas adalah lahir dalam
bangsa Yàdawa. Nama mereka mungkin tidak asing lagi bagi anda, yang sering
membaca kisah Mahàbhàrata. Inkarnasi yang kesembilan belas adalah Baladewa atau
Balaràma.
20. Kemudian
inkarnasi beliau yang keduapuluh, juga lahir dalam bangsa Yàdawa. Namanya sudah
tidak asing lagi bagi anda, yang sering membaca kisah Mahàbhàrata. Inkarnasi
yang ke dua puluh adalah Kåûóa.
21. Inkarnasi
Wiûóu yang keduapuluhsatu adalah Buddha yang kemudian menyebarkan doktrin
budhisma.
22. Sedangkan
inkarnasi yang keduapuluhdua adalah Kalki, namun beliau belum lahir saat
sekarang ini. Beliau adalah putra seorang bràhmaóa yang bernama Wiûóuyaúa. Pada
akhir yuga, Wiûóu akan lahir sebagai Kalki yang akan menghancurkan seluruh
kejahatan di atas muka bumi. Maka setelah itu dharma akan ditegakkan kembali.
23. Masih belum
diungkapkan, karena yang ke 22 saja belum selesai tugasnya.
24. Sama,
masih belum diungkapkan.
Meskipun
Bhàgawata puràóa telah menjanjikan tentang dua puluh empat awatara Wiûóu, namun
yang tercantum dalam kitab aslinya hanyalah dua puluh dua. Akan tetapi
Bhàgawata puràóa juga menyatakan bahwa kapan atau bilamana kejahatan telah
merajalela di muka bumi maka beliau akan turun ke dunia, jadi jika ada suatu
kebutuhan di mana dharma harus ditegakkan dan adharma dihancurkan maka beliau
akan turun ke bumi, maka akan ada beberapa inkarnasi lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar