Senin, 28 Mei 2012

24 INKARNASI WISNU sebagai AVATARA


Dalam berbagai puràóa, biasanya disebut ada sepuluh inkarnasi Wiûóu. Namun dalam Bhàgawata puràóa dinyatakan ada dua puluh empat inkarnasi Wiûóu. 


Wiûóu memiliki sebuah wujud asli yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala sendiri. Wujud beliau memiliki banyak kaki, paha, tangan, mulut, mata, telinga, hidung dan kepala. Dari wujud asli inilah berbagai inkarnasi beliau tercipta. Dan dari wujud ini pula Brahmà diciptakan.

1. Inkarnasi Wiûóu yang pertama adalah seorang bràhmaóa, bràhmaóa adalah kasta tertinggi dalam ajaran Hindu. Kewajiban seorang bràhmaóa adalah mengabdikan dirinya kepada ajaran ketuhanan dan berdoa kepada Tuhan.


 
2. Inkarnasi Wiûóu yang kedua adalah dalam wujud seekor babi hutan (Waràha). Dalam wujud ini, beliau menyelamatkan dunia dari bahaya tenggelam oleh air bah yang maha dahsyat.




3. Dalam inkarnasinya yang ketiga, beliau berwujud seorang åûi agung yang bernama Nàrada (åûi Nàrada). Sebagai åûi Nàrada, beliau mengajarkan betapa pentingnya umat manusia memuja Wiûóu dan berbagai pahala yang akan didapatkan.



4. Dalam inkarnasi yang keempat beliau mengambil wujud sebagai dua orang åûi yang berbeda sekaligus. Kedua åûi ini adalah Nara dan Nàràyaóa. Kedua åûi ini melakukan berbagai tapa brata yang hebat.



5. Inkarnasi Wiûóu yang kelima adalah juga seorang åûi. Åûi ini bernama Kapila. Selain itu, tersebutlah seorang åûi bernama Àsuri yang kemudian atas petunjuk Kapila, beliau disuruh mendirikan sebuah aliran filsafat yang disebut Sàýkhya yoga darúana.



6. Dalam inkarnasinya yang keenam, Wiûóu kemudian lahir sebagai putra dari åûi Àtri dan istri beliau yaitu Anusùyà. Nama yang dipakai oleh Wiûóu dalam inkarnasi kali ini adalah Dattàtreya. Sebagai Dattàtreya, Wiûóu kemudian memerintahkan Alarka, Prahlàda dan yang lainnya, untuk menempuh atau mempelajari jalan kebenaran.



7. Inkarnasi yang ketujuh, terjadi dalam masa pemerintahan Swàyambhù manu, yaitu Manu pertama yang memerintah pada manwantara yang pertama. Kali ini, Wiûóu terlahir sebagai putra Ruci dan Àkùti dan beliau bernama Yajña. Dalam manwantara yang pertama ini, Wiûóu dalam wujud Yajña mendapatkan gelar sebagai Indra.



8. Inkarnasi Wiûóu yang kedelapan adalah Åûabha, putra raja Nabhi dan permaisuri Maru. Dalam inkarnasi ini, beliau mengajarkan tentang cara meditasi yang paling baik, dan bahkan beliau telah mengajarkan mereka yang telah sangat terpelajar dalam bidang ini.


Påthiwì Dewi Bhùmi

9. Kemudian dalam inkarnasi yang kesembilan, beliau mengambil wujud seorang raja. Sebenarnya para åûilah yang memohon agar Wiûóu bersedia lahir sebagai seorang raja. Dari kata ‘mohon’ (Prathana) maka raja ini bernama Påthu, kemudian selanjutnya bumi dikenal bernama Påthiwì. Karena jasa Påthu. Påthu memanah bumi dan mendapatkan berbagai jenis tanaman pangan yang kemudian diserahkannya kepada umat manusia.


10. Kemudian inkarnasi Wiûóu yang kesepuluh adalah seekor ikan raksasa (Matsya). Ini terjadi dalam Manwantara yang disebut Cakûuûa manwantara. Saat itu, seluruh dunia dipenuhi oleh air bah. Manu yang memimpin dunia pada Manwantara ini bernama Waiwaswata Manu sebagai seekor ikan besar itu, Wiûóu memberitahukan Waiwaswata manu untuk membuat sebuah perahu dan menyelamatkan dirinya berserta beberapa sisa-sisa umat manusia dari banjir maha besar itu.


 11. Inkarnasi beliau yang kesebelas adalah terjadi pada saat pengadukan lautan susu untuk mendapatkan Amåta. Wiûóu mengambil wujud seekor kura-kura besar. Saat itu para dewa dan àsura bekerjasama untuk mengaduk lautan susu dengan menggunakan gunung Mandara sebagai tongkat pengaduknya. Namun hal itu tidak akan bisa dilakukan jika tidak disediakan sebuah alas pijakan untuk gunung Mandara agar bisa tegak. Maka yang menjadi alasnya adalah punggung kura-kura raksasa itu. Ketika pengadukan lautan itu dilanjutkan, maka keluarlah Dhanwantari dengan membawa kendi amåta di tangannya. 


Dhanwantari

12. Dhanwantari adalah inkarnasi Wiûóu yang keduabelas. Dhanwantari juga merupakan dewi segala pengetahuan pengobatan. Bersama para dewa, para àsura juga menginginkan bagian atas amåta. 



13. Namun Wiûóu kemudian mengambil wujud seorang wanita cantik untuk mengguna-gunai para àsura agar mau menyerahkan kendi amåta itu. Ini adalah inkarnasi Wiûóu yang ketigabelas.


Nàraúimha, Manusia Berkepala Singa

14. Hiraóyakaúipu adalah yang menjadi raja dari para raksasa yang mulai menekan para dewa. Maka dalam hal ini, Hiraóyakaúipu harus dihancurkan. Untuk hal ini, Wiûóu kemudian berinkarnasi dalam inkarnasi yang dikenal dengan nama Nàraúimha yaitu mahluk setengah manusia setengah singa (Nàraúimha adalah inkarnasi Wiûóu yang keempatbelas). Wujud Wiûóu ini kemudian membunuh Hiraóyakaúipu dengan cakarnya. Setelah Hiraóyakaúipu, kemudian yang menjadi raja para raksasa adalah Wali yang kemudian menyingkirkan para dewa di surga. 


Wàmana, bràhmaóa cebol

15. Inkarnasi Wiûóu yang kelimabelas adalah seorang bràhmaóa cebol yaitu Wàmana awatàra. Wàmana awatàra ini kemudian menemui Wali, untuk meminta wilayah seluas tiga pijakan kakinya. Karena Wali adalah raja yang dermawan maka permintaannya dikabulkan. Namun Tiba-tiba bràhmaóa cebol itu berubah wujud menjadi mahluk yang sangat besar, hingga dalam setiap langkah pijakannya menutupi bumi, langit dan sorga. Maka Wali akhirnya terpaksa harus menyerah pada Wiûóu dan para dewa yang lainnya. 


Paraúuràma, Ràma bersenjatakan Kapak

16. Pada suatu waktu ketika para raja di bumi menjadi sangat jahat dan mulai menghalau para bràhmaóa. Raja-raja itu adalah para kûatriya. Para kûatriya adalah golongan kasta yang kedua dalam kepercayaan hindu, dan tugas utamanya adalah mengangkat senjata dan melindungi dunia dari kejahatan. Setelah diketahui bahwa para raja itu telah menjadi jahat, maka Wiûóu kemudian lahir menjadi Paraúuràma. Ini adalah inkarnasi beliau yang keenambelas. Paraúuràma kemudian menghancurkan para kûatriya yang sewenang-wenang, dan para kûatriya itu bejumlah 21 orang, agar kebenaran bisa tegak kembali.


Wedawyàsa
17. Setelah inkarnasi yang keenam belas, maka lahirlah inkarnasi yang ketujuhbelas. Awatàra ini adalah Wedawyàsa, putra åûi Paràúara dan istrinya yaitu Satyawatì. Wedawyàsa menyusun kembali kitab suci Weda agar bisa dengan lebih mudah dipahami oleh umat manusia. Sejak saat itulah kemudian kita kenal ada empat Weda. Nama asli dari Wedawyàsa adalah Kåûóa Dwaipàyana. Beliau kemudian dikenal bernama Wedawyàsa karena telah membagi Weda menjadi empat bagian terpisah.



18. Inkarnasi beliau yang kedelapanbelas adalah Ràma, yang tentang kisahnya bisa kita ketahui dalam kitab Ràmàyaóa. 


Baladewa atau Balaràma

19. Kemudian inkarnasi beliau yang kesembilanbelas adalah lahir dalam bangsa Yàdawa. Nama mereka mungkin tidak asing lagi bagi anda, yang sering membaca kisah Mahàbhàrata. Inkarnasi yang kesembilan belas adalah Baladewa atau Balaràma.



20. Kemudian inkarnasi beliau yang keduapuluh, juga lahir dalam bangsa Yàdawa. Namanya sudah tidak asing lagi bagi anda, yang sering membaca kisah Mahàbhàrata. Inkarnasi yang ke dua puluh adalah Kåûóa.



21. Inkarnasi Wiûóu yang keduapuluhsatu adalah Buddha yang kemudian menyebarkan doktrin budhisma. 





 22. Sedangkan inkarnasi yang keduapuluhdua adalah Kalki, namun beliau belum lahir saat sekarang ini. Beliau adalah putra seorang bràhmaóa yang bernama Wiûóuyaúa. Pada akhir yuga, Wiûóu akan lahir sebagai Kalki yang akan menghancurkan seluruh kejahatan di atas muka bumi. Maka setelah itu dharma akan ditegakkan kembali.

23. Masih belum diungkapkan, karena yang ke 22 saja belum selesai tugasnya.

24. Sama, masih belum diungkapkan.

Meskipun Bhàgawata puràóa telah menjanjikan tentang dua puluh empat awatara Wiûóu, namun yang tercantum dalam kitab aslinya hanyalah dua puluh dua. Akan tetapi Bhàgawata puràóa juga menyatakan bahwa kapan atau bilamana kejahatan telah merajalela di muka bumi maka beliau akan turun ke dunia, jadi jika ada suatu kebutuhan di mana dharma harus ditegakkan dan adharma dihancurkan maka beliau akan turun ke bumi, maka akan ada beberapa inkarnasi lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar