Senin, 02 Juli 2012

Wanita tangguh

STRÌ ÚAKTI


Ah' kwturh' mU/aRhmug[a ivvacn¢ - 

mmednu ¹tu' pit" sehanaya £pacret( --

Ahaý keturahaý mùrdhàhamugrà vivàcanì,
Mamedanu kratuý patiá sehànàyà upàcaret.
(Ågveda: 10.159.2)
Saya adalah (ahaý) pemimpin (ketur), saya adalah (ahaý) sarjana utama (mùr-dhà) dan saya adalah (ahaý) ahli orator (ugrà vivàcani). Suami saya (patiá) dengan kepastian (anu) menerima (kratum) keinginan saya (mamed) dan saya tidak mempunyai musuh lagi (sehànàyà upàcaret).

Saya adalah seorang wanita pemimpin, sarjana utama, dan penyampai ceramah dengan tegas. Suami saya dengan sungguh-sungguh menerima keinginan saya dan saya tidak mempunyai seorang musuh pun di dunia ini’.

Mantra tersebut berasal dari Ågveda dan diterima oleh seorang åûi wanita yang bernama Paulomì Úacì. Bagian Ågveda tersebut merupakan sebuah sùkta yang membicarakan tentang wanita. Dalam Ågveda, wanita sangat dihormati bahkan diberikan kehormatan yang lebih besar dibandingkan pria. Ada konsep ardhanareúvara dan wanita dianggap sebagai ardhàògani

Yang dimaksud dengan konsep Ardhanareúvara adalah setengah pria dan setengah wanita yang terkenal berkaitan dengan Deva Úiva dan sudah dibahas dalam puràóa. Tanpa wanita, pria tidak sempurna, demikian pula sebaliknya.

Dalam kesusastraan Sansekerta nama istri juga disebut ardhàògani, yang berarti setengah bagian badan. Hal itu sudah dibahas dalam Veda yang bisa dilihat dalam: ....strì hi brahmà babhùvitha (Ågveda: 8.33.19) yang berarti wanita sebenarnya seorang sarjana dan pembimbing. 

Dalam semua Bràhmaóagrantha, dibahas di mana wanita diberikan kedudukan sebagai guru yang pertama bagi anaknya. Guru yang kedua adalah ayahnya. Guru yang ketiga adalah guru spiritualnya dan lain-lain. Màtriman pitrimàn àcàryavàn puruûo Veda (Sathapatha).

Pandangan Veda terhadap wanita begitu jelas bahwa wanita bukan hanya sebagai pemimpin rumah tangga tetapi dia juga bisa sebagai pemimpin masyarakat, seperti terpapar pada mantra di atas dengan kata ketur dan mùrdhà yang berarti wanita adalah pemimpin dan sarjana utama. 

Wanita juga ahli berpidato. Hal itu sudah dibuktikan dengan beberapa contoh dalam Upaniûad di mana Gargì dan Maitreyì berdiskusi dengan Åûi Yàjñavalkya tentang filsafat. Perdebatan mereka menjadi salah satu Upaniûad yang selanjutnya disebut Maitreyì Upaniûad.

Dalam seluruh kesusastraan Sansekerta, kata ayah dan ibu selalu didahului oleh kata ibu daripada kata ayah, seperti dalam ibu dan bapak (màtà dan pità), tidak pernah pità dan màtà. Contoh modernnya adalah Indira dan Gandhi yang selanjutnya disebut Indira Gandhi, dan tidak bisa disebut Gandhi Indira. 

Dibandingkan dengan pria, wanita dihormati dengan menyebutkannya lebih dahulu. Dalam banyak mantra dalam Veda, wanita disebut sebagai pelopor, cerdas, dan stabil. Mùrdhàsi ràd dhruvàsi.... (Yajurveda: 14.21).

Dalam Ågveda, seorang wanita mengumumkan, anakku adalah penghancur musuh dan putriku cerdas dan saya selalu mendapatkan kemenangan. Utàham asmi saýjayà... (Ågveda: 10.159.3).

Bahkan dalam Veda juga disebutkan bahwa wanita, selain mengikuti ritual keagamaan, selalu ikut dalam medan perang. Saýhotraý sma purà nàrì samanaý vàva gacchati, ... (Atharvaveda: 20.126.10).

Jelaslah bahwa mantra yang terdapat dalam Ågveda tersebut menegaskan kedudukan wanita sebagai pemimpin, sebagai sarjana, dan sebagai orator di samping mampu menenangkan hati suaminya dan tidak mempunyai musuh. 

Semua itu adalah pengumuman salah seorang åûi wanita dalam Ågveda. Banyak kontribusi åûi wanita dalam Veda. Di sana mereka mendapat wahyu langsung dari Tuhan. Jadi kedudukan wanita dalam Veda sangat dihormati.

Dalam pandangan Åûi Manu, bila para wanita dihormati di sanalah para deva tinggal, dan bila para wanita tidak dihormati, rumah akan seperti neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar