Rabu, 27 Juni 2012

Kerajaan Singhasari

Kerajaan Singhasàri, 1222 – 1292 

Ken Arok, 1222 – 1227

Raja pertama Singhasàri adalah Úrì Ranggah Ràjasa Amùrwabhùmi yang lebih terkenal dengan Ken Arok.

Anuúapati, 1227 – 1248

Pemerintahan Anuúapati (juga disebut Anuúanàtha) berlangsung aman dan tenteram

Tohjaya, 1248

Tohjaya hanya beberapa bulan saja memerintah, karena terbunuh.

Úrì Jaya Wiûóuwardhana, 1248 – 1268

Dalam tahun 1248 itu juga Ranggawuni naik tahta kerajaan Singhasàri dengan gelar Úrì Jaya Wiûóuwardhana.

Kåtanagara, 1268 – 1292

Dalam pemerintahannya raja Kåtanagara dibantu oleh 3 orang mahamantri yaitu: rakryàn i hino, rakryàn i sirikan dan rakryàn i halu.

kertanegara

Kåtanagara, 1268 – 1292

Dalam pemerintahannya raja Kåtanagara dibantu oleh 3 orang mahamantri yaitu: rakryàn i hino, rakryàn i sirikan dan rakryàn i halu.

Sri Jaya Wisnuwardhana

Úrì Jaya Wiûóuwardhana, 1248 – 1268

Dalam tahun 1248 itu juga Ranggawuni naik tahta kerajaan Singhasàri dengan gelar Úrì Jaya Wiûóuwardhana.

tohjaya

Tohjaya, 1248

Tohjaya hanya beberapa bulan saja memerintah, karena terbunuh, sebagai balas dendam juga, oleh Ranggawuni anak Anuúapati. Setelah meninggal, Tohjaya dicandikan di Katanglumbang (letaknya belum diketahui)

anusapati

Anuúapati, 1227 – 1248

Pemerintahan Anuúapati (juga disebut Anuúanàtha) berlangsung aman dan tenteram, tetapi dalam tahun 1247 ternyata Tohjaya hendak pula membalas dendam atas pembunuhan terhadap ayahnya, Ken Arok, oleh Anuúapati. Dengan suatu muslihat maksudnya itu terlaksana. Anuúapati terbunuh dan kemudian dicandikan di candi Kidal sebelah tenggara Malang.

Ken Arok

Ken Arok, 1222 – 1227

Raja pertama Singhasàri adalah Úrì Ranggah Ràjasa Amùrwabhùmi yang lebih terkenal dengan Ken Arok. Sebelum jadi raja ia pernah mengabdi pada seorang Akuwu di Tumapêl yang bernama Tunggul Amêtung. Akuwu itu kemudian dibunuhnya dengan keris mpu Gandring dan isterinya Ken Dêdês dikawininya; kemudian Ken Arok berkuasa atas daerah Tumapêl.

Singhasari

Kerajaan Singhasàri, 1222 – 1292


Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.

Kerajaan Kadiri

Kerajaan Kadiri, 1042 – 1222

Sampai setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri dari pemerintahan, tidak ada berita mengenai kerajaan yang dibagi dua itu. Kemudian ternyata hanya Kadiri yang melanjutkan sejarahnya. Raja pertama yang diberitakan ialah Úrì Jayawarúa digjaya Úàstra Prabhu dengan prasastinya yang berangka tahun 1104, yang menganggap dirinya titisan Wiûóu seperti Airlangga.

Wangsa Isana di Jawa Timur

Ìúànawangsa (Jawa Timur)

Wangsa Isyana adalah sebuah dinasti yang berkuasa di Kerajaan Medang periode Jawa Timur pada abad ke-10 sampai awal abad ke-11.

Asal-Usul

Istilah Ìúàna berasal dari nama Sri Ìúàna Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja Medang (929947). Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa.
Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diduga merupakan keturunan Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang periode Jawa Tengah. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu Mpu Daksa yang memerintah sekitar tahun 910–an. Mpu Daksa sendiri memperkenalkan pemakaian Sanjayawarsa (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya. Dengan demikian, Mpu Daksa dan Mpu Sindok dapat disebut sebagai anggota Wangsa Sanjaya.
Kerajaan Medang di Jawa Tengah hancur akibat letusan Gunung Merapi menurut teori van Bammelen. Mpu Sindok kemudian memindahkan ibu kota Medang dari Mataram menuju Tamwlang. Beberapa tahun kemudian ibu kota dipindahkan lagi ke Watugaluh. Kedua istana baru itu terletak di daerah Jombang sekarang.
Mpu Sindok tidak hanya memindahkan istana Medang ke timur, namun ia juga dianggap telah mendirikan dinasti baru bernama Wangsa Ìúàna.
Namun ada juga pendapat yang menolak keberadaan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Ìúàna, antara lain yang diajukan oleh Prof. Poerbatjaraka, Pusponegoro, dan Notosutanto. Menurut versi ini, dalam Kerajaan Medang hanya ada satu dinasti saja, yaitu Wangsa Syailendra, yang semula beragama Hindu. Kemudian muncul Wangsa Syailendra terpecah dengan munculnya anggota yang beragama Buddha.
Dengan kata lain, versi ini berpendapat bahwa Mpu Sindok adalah anggota Wangsa Syailendra yang beragama Hindu Siwa, dan yang memindahkan istana Kerajaan Medang ke Jawa Timur.

Airlangga


Airlangga, 1019 – 1042

Waktu kerajaan Dharmawangúa mengalami pralaya, tahun 1016, Airlangga dapat meloloskan diri. Ia baru berusia 16 tahun dan dengan disertai Narottama, ia bersembunyi di Wanagiri ikut para pertapa.

Dharmawangsa

Dharmawangúa, 991 – 1016
Pengganti Makutawangsawardhana adalah Úrì Dharmawangúa Têguh Anantawikramottunggadewa. Dalam masa pemerintahan Dharmawangúa, kitab Mahàbhàrata disadur ke dalam bahasa Jawa Kuna jadi 18 parwa. 
Dari 18 parwa itu, yang kini masih ada hanya 9 parwa, diantaranya : 

Mpu Sindok

Sindok, 929-947

Sejak berkuasanya raja Sindok, maka Jawa Timur menggantikan Jawa Tengah diatas panggung sejarah. Raja Sindok meninggalkan banyak prasasti, tetapi kebanyakan berisi soal pembebasan tanah dari pajak untuk keperluan bangunan-bangunan suci.
Dalam masa pemerintahan Sindok, disusun sebuah kitab suci agama Buddha yaitu Sanghyang Kamahàyànikan yang menguraikan soal-soal ajaran dan upacara agama Buddha Mantrayàna, tetapi agama raja Sindok sendiri adalah agama Hindu sebagaimana dapat diketahui dari prasasti-prasastinya.
Sindok memerintah bersama-sama permaisurinya, Úrì Parameúwari Úrì Wardhani pu Kbi. Sindok sendiri bergelar Úrìmahàràja Ìúàna Wikramadharmottunggadewa.
Raja Sindok memerintah sampai tahun 947, kemudian digantikan oleh anak perempuannya Úrì Ìúànatunggawijaya, yang bersuamikan raja Lokapala. Dari perkawinan ini lahirlah anak laki-laki Makutawangúawardhana. Makutawangúawardhana mempunyai anak perempuan yaitu Mahendradattà atau Guóapriya-dharmapatni yang kemudian kawin dengan raja Udayana dari wangsa Warmadewa yang memerintah Bali.

Kerajaan Kanjuruhan

Kanjuruhan (Jawa Timur)

Untuk pertama kalinya Jawa Timur muncul dalam sejarah pada tahun 760. Di desa Dinoyo Malang, ditemukan sebuah prasasti tahun 760 yang menceritakan bahwa dalam abad VIII itu ada kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan dengan raja bernama Dewasiýha.

Kerajaan Mataram

Mataràm (Jawa Tengah)

Kerajaan Mataràm dikenal dari prasasti Canggal tahun 732 ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. 
Prasasti itu menyebutkan bahwa :

Kerajaan Sriwijaya

Úrìwijaya

Dari berita-berita Cina dapat diketahui bahwa pada abad VII di Sumatera terdapat kerajaan Úrìwijaya yang menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha. Seorang guru agama Buddha yang terkenal sampai ke India dan Cina ialah Úakyakirti. Úrìwijaya merupakan tempat persinggahan pendeta-pendeta Buddha dari Cina yang akan menuju ke India dan juga yang akan pulang ke Cina dari India.

Kerajaan Dan Raja Hindu Di Indonesia

Kerajaan Dan Raja Hindu Di Indonesia

Dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah kebudayaan agama Hindu yang diketemukan diberbagai tempat di daerah Nusantara ini, baik berdasarkan penemuan-penemuan arkeologi maupun penemuan kitab-kitab berupa rontal-rontal, menunjukkan bahwa peninggalan-peninggalan itu pada umumnya memperlihatkan ciri-ciri Úiwa yang amat dominan. 

Kerajaan Kalingga

Kalingga

Dalam berita-berita Cina dari jaman raja-raja Tang (618 - 906), disebutkan adanya kerajaan Kalingga atau Holing di Jawa Tengah. Rakyatnya hidup makmur dan tenteram. Sejak tahun 674 diperintah oleh seorang wanita yaitu Ratu Sima. Pemerintahannya sangat keras, berdasarkan kejujuran yang mutlak (hukum Manu). Tidak seorang pun berani melanggar hak dan kewajiban masing-masing.

Kerajaan Tarumanagara

Tarumanàgara

Prasasti Tugu di Museum Nasional
Sekitar tahun 400 – 500 di Jawa Barat berdiri kerajaan Tarumanàgara dengan rajanya Pùróawarman.
Diketemukan 7 buah prasasti yaitu di daerah Bogor (Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten); di daerah Jakarta (Tugu, Cilincing) dan di daerah Banten Selatan (Lebak Munjul).

Kutai

Kutai


Kerajaan Hindu tertua didapatkan di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Di sana ditemukan 7 buah Yùpa, yaitu tugu peringatan upacara kurban. Tulisannya memakai huruf Pallawa, yang diperkirakan berasal dari sekitar tahun 400, berbahasa Sanskerta dalam bentuk syair. Salah satu dari yùpa itu memuat keterangan bahwa raja yang memerintah adalah raja Mùlawarman, anak dari Aúwawarman, cucu dari Kundungga.