Rabu, 27 Juni 2012

Kerajaan Dan Raja Hindu Di Indonesia

Kerajaan Dan Raja Hindu Di Indonesia

Dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah kebudayaan agama Hindu yang diketemukan diberbagai tempat di daerah Nusantara ini, baik berdasarkan penemuan-penemuan arkeologi maupun penemuan kitab-kitab berupa rontal-rontal, menunjukkan bahwa peninggalan-peninggalan itu pada umumnya memperlihatkan ciri-ciri Úiwa yang amat dominan. 

Hal ini membuktikan bahwa ajaran agama Hindu yang menyebar sampai ke Nusantara (Indonesia) adalah agama Hindu sekte Úiwa Siddhànta yang termasuk Tantrayàna.

Penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia disebarkan oleh para Bràhmaóa/Åûi atau sarjana-sarjana agama Hindu. Terkenal nama Åûi Agastya dari Kàúi, Benares India, penganut Úiwa yang taat, sebagai dharma-duta menyebarkan agama Hindu ke India Selatan, nama Åûi Agastya juga sangat terkenal sampai ke Nusantara (Indonesia).

Sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, karena raja dan bràhmaóa (pendeta dan sarjana agama) merupakan sumber-sumber dasar perkembangan agama.

1.Kutai

Kerajaan Hindu tertua didapatkan di daerah Kutai, Kalimantan Timur. 

2.Tarumanàgara

Sekitar tahun 400 – 500 di Jawa Barat berdiri kerajaan Tarumanàgara dengan rajanya Pùróawarman.

3.Kalingga

Dalam berita-berita Cina dari jaman raja-raja Tang (618 - 906), disebutkan adanya kerajaan Kalingga atau Holing di Jawa Tengah. 

4.Úrìwijaya

Dari berita-berita Cina dapat diketahui bahwa pada abad VII di Sumatera terdapat kerajaan Úrìwijaya yang menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha. 

5.Mataràm (Jawa Tengah)

Kerajaan Mataràm dikenal dari prasasti Canggal tahun 732 ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. 

6.Kanjuruhan (Jawa Timur)

Untuk pertama kalinya Jawa Timur muncul dalam sejarah pada tahun 760. Di desa Dinoyo Malang, ditemukan sebuah prasasti tahun 760 yang menceritakan bahwa dalam abad VIII itu ada kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan dengan raja bernama Dewasiýha. 

7.Ìúànawangsa (Jawa Timur)

Sindok, 929-947

Sejak berkuasanya raja Sindok, maka Jawa Timur menggantikan Jawa Tengah diatas panggung sejarah. 

Dharmawangúa, 991 – 1016

Pengganti Makutawangsawardhana adalah Úrì Dharmawangúa Têguh Anantawikramottunggadewa. 

Airlangga,1019 – 1042

Waktu kerajaan Dharmawangúa mengalami pralaya, tahun 1016, Airlangga dapat meloloskan diri. 

8.Kerajaan Kadiri, 1042 – 1222

Sampai setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri dari pemerintahan, tidak ada berita mengenai kerajaan yang dibagi dua itu. 

9.Kerajaan Singhasàri, 1222 – 1292 

Ken Arok, 1222 – 1227

Raja pertama Singhasàri adalah Úrì Ranggah Ràjasa Amùrwabhùmi yang lebih terkenal dengan Ken Arok. 

Anuúapati, 1227 – 1248

Pemerintahan Anuúapati (juga disebut Anuúanàtha) berlangsung aman dan tenteram, tetapi dalam tahun 1247 ternyata Tohjaya hendak pula membalas dendam atas pembunuhan terhadap ayahnya, Ken Arok, oleh Anuúapati. 

Tohjaya, 1248

Tohjaya hanya beberapa bulan saja memerintah, karena terbunuh, sebagai balas dendam juga, oleh Ranggawuni anak Anuúapati.  

Úrì Jaya Wiûóuwardhana, 1248 – 1268

Dalam tahun 1248 itu juga Ranggawuni naik tahta kerajaan Singhasàri dengan gelar Úrì Jaya Wiûóuwardhana. 

Kåtanagara, 1268 – 1292

Dalam pemerintahannya raja Kåtanagara dibantu oleh 3 orang mahamantri yaitu: rakryàn i hino, rakryàn i sirikan dan rakryàn i halu. 

10.Kerajaan Majapahit, 1293 – 1528 

Kåtaràjasa Jayawardhana, 1293 – 1309

Raden Wijaya anak Lêmbu Tal, cucu Mahisa Campaka, menantu Kåtanagara, yang sedang mengejar tentara Kadiri, terpaksa melarikan diri setelah mendengar bahwa Singhasàri telah jatuh. 

Jayanagara, 1309 – 1328

Setelah Kåtaràjasa wafat, digantikan oleh Raden Kala Gêmêt, putera Kåtaràjasa dengan Dyah Dara Pêtak (Indreúwari), yang bergelar Jayanagara, atau disebut juga dengan gelar Wiralandagopala.

Tribhuwanottunggadewi, 1328 – 1350

Dengan tidak adanya pengganti raja dari keturunan Jayanagara, semestinya Gàyatri atau Ràjapatni yang menggantikan memegang tampuk pemerintahan. 

Ràjasanagara, 1350 – 1389

Hayam Wuruk memerintah dengan gelar Ràjasanagara. Dengan Gajah Mada sebagai patihnya, kerajaan Majapahit mengalami jaman keemasannya.

Wikramawardhana, 1389 – 1429

Putera mahkota Majapahit yang lahir dari permaisuri raja Hayam Wuruk adalah puteri Kusumawardhani. 

Masa Akhir Majapahit, 1429 – 1522

Sejak pemerintahan raja Wikramawardhana, bintang kejayaan Majapahit sudah mulai suram dan makin lama makin pudar. 

11.Kerajaan Pajajaran

Sesudah runtuhnya Kerajaan Majapahit, masih ada kerajaan di pulau Jawa yang meneruskan tradisi kehinduannya, antara lain Kerajaan Pajajaran. 

12.Åûi Màrkaóðeya di Bali

Åûi Màrkaóðeya seorang yogi dari Hindu (India) yang beràúrama di lereng gunung Raung Jawa Timur, adalah Åûi yang pertama-tama datang ke Bali untuk menyebarkan agama Hindu. 

13.Úrì Mayadanawa

Kira-kira pertengahan abad IX di Bali memerintah seorang raja yang bernama Úrì Mayadanawa yang bertahta di Bedahulu, putera raja Daitya di Balingkang. 

14.Wangsa Warmmadewa di Bali 

Úrì Keúari Warmmadewa, 882 - 915

Wangsa Warmmadewa mulai memerintah di Bali setelah mengalahkan raja Mayadanawa. 

Úrì Ugraseóa Warmmadewa, 915 – 942

Setelah raja Úrì Keúari Warmmadewa wafat, yang menggantikannya menjadi raja Bali ialah puteranya yang bergelar Úrì Ugraseóa Warmmadewa. 

Úrì Candrabhaya Singha Warmmadewa, 942 – 991

Úrì Ugraseóa Warmmadewa digantikan oleh puteranya yang bergelar Úrì Candrabhaya Singha Warmmadewa. 

Úrì Dharmma Udhayana Warmmadewa, 991 – 1018

Setelah raja Úrì Candrabhaya wafat, digantikan oleh puteranya yang bergelar Úrì Dharmma Udhayana Warmmadewa, yang termasyur kebesarannya sebagai raja Bali, dipuji dan dihormati oleh para pendeta dan raja-raja sampai ke pulau Jawa. 

Úrì Wardhana Markata Pangkaja Tunggdewa,1018-1049

Setelah raja Úrì Dharmma Udhayana wafat, digantikan puteranya yang bergelar Úrì Wardhana Markata Pangkaja Tunggadewa. 

Úrì Aji Hungsu, 1049 – 1077

Kini Úrì Aji Hungsu naik tahta kerajaan Bali, menggantikan kakaknya. Beliau memerintah dengan bijaksana, selalu sujud bhakti kehadapan Hyang Widhi dan para dewata. 

Ratu Sakalindhu Kirana, 1077 – 1101

Setelah Úrì Aji Hungsu wafat, digantikan oleh puterinya, Ratu Sakalindhu Kirana naik tahta sebagai raja Bali.

Úrì Suradhipa, 1101 – 1119

Dalam tahun 1101 Ratu Sakalindhu Kirana wafat. Oleh karena beliau tidak menikah (nyuklabrahmacari) maka tidak mempunyai keturunan.

Úrì Jayaúakti, 1119 – 1150

Úrì Jayaúakti naik tahta kerajaan Bali menggantikan kakaknya, Úrì Suradhipa yang telah wafat tahun 1119. 

Úrì Jayapangus, 1150 – 1181

Setelah Úrì Jayaúakti wafat tahun 1150, digantikan oleh puteranya Úrì Jayapangus yang bertahta menjadi raja Bali. 

Úrì Hekàjaya, 1181 – 1200

Úrì Jayapangus berputera dua orang yaitu Úrì Hekàjaya dan Úrì Dhanàdhiràja. 

Úrì Dhanàdhiràja, 1200 – 1204

Setelah Úrì Hekàjaya wafat, digantikan oleh adiknya yang bergelar Úrì Dhanàdhiràja. 

Úrì Jayasunu, 1214 - 1284

Setelah raja Úrì Dhanàdhiràja wafat 1204, rakyat pulau Bali sedih dan bingung karena putera mahkota, Úrì Jayasunu, yang berhak naik tahta menggantikan ayahnya, ternyata menghilang dari istana tidak seorang pun yang tahu kemana perginya. 

Úrì Maúula Maúuli

Karena raja Úrì Parameúwara telah wafat, lalu digantikan oleh putera baginda yang lahir buncing (kembar laki-laki perempuan). 

Úrì Tapolung, 1328 – 1343

Setelah Úrì Mahàguru wafat, digantikan oleh puteranya, Úrì Tapolung, yang bergelar Úrì Aûþa Asura Ratna Bhùmi Bantên. 

15.Wangsa Kåûóa Kapakisan di Bali 

Dalêm Kêtut Kåûóa Kapakisan, 1352 – 1380

Setelah raja Bedhahulu atau Úrì Tapolung wafat dikalahkan oleh pasukan Majapahit, pulau Bali menjadi sunyi sepi, kacau balau, masing-masing mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri, tidak mau menuruti sesamanya. 

Dalêm Kêtut Smara Kapakisan, 1383 – 1460

Dalêm Kêtut Kåûóa Kapakisan mempunyai tiga orang putera yaitu, yang sulung Ida I Dewa Samprangan, sangat gemar bersolek. 

Úrì Waturenggong, 1458 – 1550

Setelah Dalêm Kêtut Smara Kapakisan wafat, digantikan oleh puteranya Úrì Waturenggong, yang telah dinobatkan sebagai raja muda sejak 1458. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar