ARYA BURISRAWA adalah putra ke-empat Prabu Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati / Setyawati, putri tunggal Bagawan Bagaspati dari pertapaan Argabelah.
All about Hindu, Catur Veda, Rigveda, Yajurveda, Samaveda, Atharvaveda, Darsana, Bhagawad Gita, Mahabharata, Ramayana, Teologi, Purana, Itihasa, Resi, Doa-doa, Wayang, Tempat Suci, Tirthayatra, termasuk Lontar
Jumat, 29 Juni 2012
Burisrawa - Arya Burisrawa
Arya Kalabendana
ARYA KALABENDANA adalah putra bungsu Prabu Arimbaka, raja raksasa negara Pringgandani dengan Dewi Hadimba.
Label:
abimanyu,
Arimba,
Arya Kalabendana,
Brajadenta,
Brajalamatan,
Brajamusti,
Brajawikalpa,
Dewi Arimbi,
dewi pratiwi,
Dewi Sumbadra,
Gatotkaca,
Hidimba,
Prabkesa,
Prabu kresna
Arya Gandamana
ARYA GANDAMANA adalah putra mahkota negara Pancala. Putra Prabu Gandabayu dengan permaisuri Dewi Gandarini.
ARYA DRESTADYUMNA
ARYA DRESTADYUMNA atau TRUSTAJUMENA adalah putra bungsu Prabu Drupada, raja negara
Pancala dengan permaisuri Dewi Gandawati, putri Prabu Gandabayu dengan Dewi
Gandini. Ia mempunyai kakak kandung dua orang masingmasing bernama; Dewi
Drupadi, istri Prabu Yudhistira, raja Amarta, dan Dewi Srikandi, istri
Arjuna.
Arya Dandunwacana
ARYA DANDUNWACANA adalah adik Prabu Yudhistira, yang menurut cerita pedalangan Jawa adalah raja Jin negara Mertani.
Nagarakertagama
Nagarakertagama (lontar)
Sejarah Majapahit
mulai digali pada akhir abad sembilan belas berkat usaha Dr. J.L.A Brandes yang
menerbitkan serta menerjemahkan Serat Pararaton dalam VBG XLIX, 1896 dan pada
permulaan abad dua puluh berkat usaha Prof. H. Kern dalam menerjemahkan Nagarakertagama
dalam BKI 58 sampai 69 yang kemudian dikumpulkan dalam H. Kern V.G VII dan
VIII, 1917.
Wilwatikta (Majapahit)
Wilwatikta
Majapahit yang dalam
Kitab Negarakertagama sering disebut dengan sebutan WILWATIKTA atau TIKTAWILWA (Tiktasriphala),
adalah sebuah kerajaan besar Nusantara yang pernah berdiri di kisaran tahun
1293 M hingga 1500 M, yang didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya atau
Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya).
Wangsa Kresna Kapakisan di Bali
Wangsa Kåûóa Kapakisan di Bali
Dalêm Kêtut Kåûóa Kapakisan, 1352 – 1380
Setelah raja Bedhahulu atau Úrì Tapolung wafat dikalahkan oleh pasukan Majapahit, pulau Bali menjadi sunyi sepi, kacau balau, masing-masing mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri, tidak mau menuruti sesamanya.
Dalêm Kêtut Smara Kapakisan, 1383 – 1460
Dalêm Kêtut Kåûóa Kapakisan mempunyai tiga orang putera yaitu, yang sulung Ida I Dewa Samprangan, sangat gemar bersolek.
Úrì Waturenggong, 1458 – 1550
Setelah Dalêm Kêtut Smara Kapakisan wafat, digantikan oleh puteranya Úrì Waturenggong, yang telah dinobatkan sebagai raja muda sejak 1458.
Kresna Kepakisan
Dalêm Kêtut Kåûóa Kapakisan, 1352 – 1380
Setelah raja
Bedhahulu atau Úrì Tapolung wafat dikalahkan oleh pasukan Majapahit, pulau Bali
menjadi sunyi sepi, kacau balau, masing-masing mempertahankan pendapatnya
sendiri-sendiri, tidak mau menuruti sesamanya.
Kapakisan
Dalêm Kêtut Smara Kapakisan, 1383 – 1460
Dalêm Kêtut Kåûóa
Kapakisan mempunyai tiga orang putera yaitu, yang sulung Ida I Dewa Samprangan,
sangat gemar bersolek.
Waturenggong
Úrì Waturenggong, 1458 – 1550
Setelah Dalêm Kêtut
Smara Kapakisan wafat, digantikan oleh puteranya Úrì Waturenggong, yang telah
dinobatkan sebagai raja muda sejak 1458. Dalam pemerintahannya pulau Bali tetap
seperti dahulu kala, negeri aman sentosa.
Tapolung
Úrì Tapolung, 1328 – 1343
Setelah
Úrì Mahà guru wafat, digantikan oleh puteranya, Úrì Tapolung, yang
bergelar Úrì Aûþa Asura Ratna Bhùmi Bantên.
Masula Masuli
Úrì Maúula Maúuli
Karena
raja Úrì Parameúwara telah wafat, lalu digantikan oleh putera baginda
yang lahir buncing (kembar laki-laki perempuan).
Jayasunu
Úrì Jayasunu, 1214 - 1284
Setelah
raja Úrì Dhanà dhirà ja wafat 1204, rakyat pulau Bali sedih dan bingung
karena putera mahkota, Úrì Jayasunu, yang berhak naik tahta menggantikan
ayahnya, ternyata menghilang dari istana tidak seorang pun yang tahu
kemana perginya.
Danadhiraja
Úrì Dhanà dhirà ja, 1200 – 1204
Setelah
Úrì Hekà jaya wafat, digantikan oleh adiknya yang bergelar Úrì
Dhanà dhirà ja.
Heka Jaya
Úrì Hekà jaya, 1181 – 1200
Úrì
Jayapangus berputera dua orang yaitu Úrì Hekà jaya dan Úrì Dhanà dhirà ja.
Jaya Pangus
Úrì Jayapangus, 1150 – 1181
Setelah
Úrì Jayaúakti wafat tahun 1150, digantikan oleh puteranya Úrì
Jayapangus yang bertahta menjadi raja Bali.
Jaya Sakti
Úrì Jayaúakti, 1119 – 1150
Úrì
Jayaúakti naik tahta kerajaan Bali menggantikan kakaknya, Úrì Suradhipa
yang telah wafat tahun 1119.
Sakalindhu
Ratu Sakalindhu Kirana, 1077 – 1101
Setelah
Úrì Aji Hungsu wafat, digantikan oleh puterinya, Ratu Sakalindhu Kirana
naik tahta sebagai raja Bali.
Aji Hungsu
Úrì Aji Hungsu, 1049 – 1077
Kini
Úrì Aji Hungsu naik tahta kerajaan Bali, menggantikan kakaknya. Beliau
memerintah dengan bijaksana, selalu sujud bhakti kehadapan Hyang Widhi
dan para dewata.
Markata
Úrì Wardhana Markata Pangkaja Tunggdewa, 1018-1049
Setelah
raja Úrì Dharmma Udhayana wafat, digantikan puteranya yang bergelar Úrì
Wardhana Markata Pangkaja Tunggadewa.
Udayana
Úrì Dharmma Udhayana Warmmadewa, 991 – 1018
Setelah
raja Úrì Candrabhaya wafat, digantikan oleh puteranya yang bergelar Úrì
Dharmma Udhayana Warmmadewa, yang termasyur kebesarannya sebagai raja
Bali, dipuji dan dihormati oleh para pendeta dan raja-raja sampai ke
pulau Jawa.
Candrabhaya
Úrì Candrabhaya Singha Warmmadewa, 942 – 991
Úrì
Ugraseóa Warmmadewa digantikan oleh puteranya yang bergelar Úrì
Candrabhaya Singha Warmmadewa.
Ugrasena
Úrì Ugraseóa Warmmadewa, 915 – 942
Setelah
raja Úrì Keúari Warmmadewa wafat, yang menggantikannya menjadi raja
Bali ialah puteranya yang bergelar Úrì Ugraseóa Warmmadewa.
Warmadewa
Úrì Keúari Warmmadewa, 882 - 915
Wangsa Warmmadewa mulai memerintah di Bali setelah mengalahkan raja Mayadanawa.
Sri Mayadanawa
Úrì Mayadanawa
Kira-kira pertengahan abad IX di Bali memerintah seorang
raja yang bernama Úrì Mayadanawa yang bertahta di Bedahulu, putera raja Daitya
di Balingkang.
Resi Markandeya
Åûi Mà rkaóðeya
Åûi
Mà rkaóðeya seorang yogi dari Hindu (India) yang berà úrama di lereng gunung
Raung Jawa Timur, adalah Åûi yang pertama-tama datang ke Bali untuk menyebarkan
agama Hindu.
Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran
Sesudah runtuhnya Kerajaan Majapahit, masih ada kerajaan di pulau Jawa yang meneruskan tradisi kehinduannya, antara lain Kerajaan Pajajaran.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit, 1293 – 1528
KÃ¥tarà jasa Jayawardhana, 1293 – 1309
Raden Wijaya anak Lêmbu Tal, cucu Mahisa Campaka, menantu Kåtanagara
Masa Akhir Majapahit
Masa Akhir Majapahit, 1429 – 1522
Sejak
pemerintahan raja Wikramawardhana, bintang kejayaan Majapahit sudah
mulai suram dan makin lama makin pudar.
Wikramawardhana
Wikramawardhana, 1389 – 1429
Putera
mahkota Majapahit yang lahir dari permaisuri raja Hayam Wuruk adalah
puteri Kusumawardhani.
Rajasanagara / Hayam Wuruk
RÃ jasanagara, 1350 – 1389
Hayam
Wuruk memerintah dengan gelar RÃ jasanagara. Dengan Gajah Mada sebagai
patihnya, kerajaan Majapahit mengalami jaman keemasannya. Sumpah Palapa
Gajah Mada dapat terlaksana dan seluruh kepulauan Indonesia (Nusantara)
bahkan juga sampai ke semenanjung Malaka, mengibarkan panji-panji
Majapahit, sedangkan hubungan persahabatan dengan negara-negara tetangga
berlangsung dengan baik.
Tribhuwanottunggadewi
Tribhuwanottunggadewi, 1328 – 1350
Dengan
tidak adanya pengganti raja dari keturunan Jayanagara, semestinya
GÃ yatri atau RÃ japatni yang menggantikan memegang tampuk pemerintahan.
Akan tetapi karena Gà yatri telah menjadi bhikûuni, maka anaknya Bhre
Kahuripan yang naik tahta dengan gelar Tribhuwanottunggadewi
Jayawiûóuwarddhani, dalam tahun 1328 itu juga.
Jayanagara
Jayanagara, 1309 – 1328
Setelah
Kåtarà jasa wafat, digantikan oleh Raden Kala Gêmêt, putera Kåtarà jasa
dengan Dyah Dara Pêtak (Indreúwari), yang bergelar Jayanagara, atau
disebut juga dengan gelar Wiralandagopala.
Kertarajasa Jayawardhana
The statue of Harihara, the god combination of Shiva and Vishnu. It was the mortuary deified portrayal of Kertarajasa. Originally located at Candi Simping, Blitar. (National Museum of Indonesia, Jakarta) |
KÃ¥tarà jasa Jayawardhana, 1293 – 1309
Raden
Wijaya anak Lêmbu Tal, cucu Mahisa Campaka, menantu Kåtanagara, yang
sedang mengejar tentara Kadiri, terpaksa melarikan diri setelah
mendengar bahwa Singhasà ri telah jatuh. Dengan bantuan lurah Kudadu, ia
dapat menyeberang ke Madura untuk mencari perlindungan dan bantuan
kepada Arya Wirarà ja bupati Sungênêb.
Langganan:
Postingan (Atom)