Jumat, 29 Juni 2012

Arya Gandamana



ARYA GANDAMANA adalah putra mahkota negara Pancala. Putra Prabu Gandabayu dengan permaisuri Dewi Gandarini. 


Arya Gandamana mempunyai kakak kandung bernama Dewi Gandawati. Arya Gandamana adalah kesatria yang tiada tandingannya. 

Arya Gandamana berwajah tampan, gagah, tegap, pendiam, pemberani, kuat dan sakti serta memiliki ilmu andalan Aji Bandungbandawasa dan Glagah Pangantol-atol. 

Arya Gandamana pernah menderita penyakit yang tak tersembuhkan. Penyakit itu baru sembuh setelah ia berikrar, mengucapkan sumpah tidak akan menjadi raja sesuai wangsit Dewata. 

Gandamana kemudian pergi mengabdikan ke negara Astina kehadapan Prabu Pandu, dan diangkat menjadi patih negara Astina. Jabatan itu dipegangnya sampai ia harus meninggalkan negara Astina karena penghianatan Sakuni. 

Ketika ayahnya, Prabu Gandabayu meninggal, Gandamana tetap teguh dengan sumpahnya. 

Arya Gandamana relakan haknya menjadi raja kepada kakak iparnya, Arya Sucitra yang menjadi raja Pancala bergelar Prabu Drupada. 

Akhir riwayat Gandamana diceritakan; menurut Mahabharata, Gandamana tewas dalam peperangan melawan Bima saat terjadi penyerbuan anak-anak Kurawa dan Pandawa ke negara Pancala atas perintah Resi Durna. 

Sedangkan menurut pedalangan, Gandamana tewas dalam peperangan melawan Bima saat ia melakukan pasanggiri/sayembara tanding dalam upaya mencarikan jodoh untuk Dewi Drupadi.



Sisi lainnya:

Arya Gandamana adalah salah satu tokoh protagonis dalam cerita pewayangan, sebagai putra sulung dari Prabu Gandabayu sebenarnya dia berhak atas tahta kerajaan Pancalaradya. Hanya saja karena keyakinannya bahwa berjuang dan membela tanah air itu tidak harus selalu menjadi raja, saat akan dinobatkan sebagai raja menggannatikan ayahnya pemilik ajian bandungbandawasa ini menolaknya. Bahkan dengan dengan lapang dada menyarankan agar adik iparnya Sucitra yang menikah dengan Dewi Gandawati sebagai raja di Pancalaradya.



Dirinya lebih memilih sebagai Patih di kerajaan Astinapura dalam masa pemerintahan Prabu Pandudewanata, yang sekaligus dianggapnya sebagai guru dalam hal tata pemerintahan dan kebijksanaan dalam menjalankan peran sebagai pemimpin dan manusia biasa. Dengan pengetahuan dan yang diperolehnya sebagai Patih di Astinapura itu, membuat dirinya semakin mempunyai kharisma baik dan semakin tinggi pula rasa cinta tanah air dan tekad untuk memajukan negaranya semakin menggunung.



Setelah Prabu Pandudewanata wafat Gandamana kurang begitu berkenan dengan cara pemerintahan Dastarata, hal ini pula yang membuatnya lebih memilih untuk kembali ke Pancalaradya. Sebagai ksatria yang betul-betul bijaksana dan berilmu lebih dari cukup, dia pulang ke negaranya bukan sebagai opsisi dari Prabu Sucitra yang telah menggunakan nama Prabu Drupada, melainkan dengan senanghati bersama-sama membangun Pancalaradya dengan adik iparnya tersebut. Sehingga pada saat itu kejayaan Pancalaradya mencapai puncaknya, seluruh negara menghormati Pancalradya tidak terkecuali dengan Astinapura.


Dalam cerita pewayangan Arya Gandamana ini tewas ketika berhadapan dengan Arya Bima yang tidak lain adalah putra Pandudewanata, saat mengikuti sayembara Dewi Drupadi untuk jodoh Pandawa tertua Yudistira. Sebetulnya ilmu kesaktian Arya Gandamana bisa dikatakan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Arya Bima, hanya saja pada saat itu takdir sudah menggariskan lain. Kuku Pancanaka Bima secara tidak sengaja menusuk ke perut Gandamana sehingga tewas, disaat bersamaan Ajian Bandungbandwasa menyatu dengan Arya Bima. Sedangkan wangi dan daya ksatriannya menyatu dengan Arjuna.


Kalau saja seluruh orang yang mempunyai kepandaian bisa bersifat seperti Arya Gandamana, sangat mungkin negara ini akan maju dan terhindar dari sikut-sikutan serta ledek-ledekan yang akan membuat suasana memanas. Ilmu yang dimilikinya tidak membuat silap atas kekuasaan yang sebernya sudah menjadi haknya, jika yang lain menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan tidak demikian dengan dirinya. Lebih baik berkarya bagi negaranya dalam posisi apapun, daripada meributkan kekuasaan yang tidak akan dibawanya saat mati.

Ilmu yang paling berguna adalah ilmu yang dapat diamalkan dan sekaliguskan diturunkan / ditularkan kepada orang lain, mungkin tiap orang mempunyai daya serap terhadap ilmu itu berbeda-beda. Makanya tidak salah jika Ki Dalang mengatakan Ajian Bandungbandawasa menyatu dengan Bima, sedangkan wangin dan daya ksatriaan menyatu dengan Arjuna. Karena gabungan dari dua tokoh ini juga kelak melahirkan kejayaan negara Amartapura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar