INDRA
Aa pp[o paiqRv' rjo
bØ/e rocna idiv -
n TvavaimNd– kén n
jato n jinZyte_it ivë' vvi=q --
À paprau pàrthivaý
rajo badbadhe rocanà divi,
Na tvàvàm indra
kaúcana na jàto na janiûyate'ti viúvaý vavakûitha.
(Ågveda: I.81.5)
Dewa Indra (indra)
yang mencakup (paprau) seluruh bumi (pàrthivam) dan merajut
(badbadhe) bintang, bulan dan segala yang bercahaya lainnya (rocanà) dalam
Dyuloka (divi). Oh Dewa Indra (Indra) tiada bandingan-Mu (na
tvàvàm kaúcana). Engkau yang tidak pernah terlahirkan (janiûyate) dan
tidak pernah pula akan dilahirkan (na jato), Engkau tersebar
(vavakûitha) di seluruh dunia ini (viúvaý).
’Oh Dewa Indra yang
mencakup seluruh bumi dan yang merajut bintang, bulan dan segala yang bercahaya
dalam Dyuloka. Engkau sebenarnya tiada banding, dan tidak pernah terlahirkan
serta tidak akan dilahirkan. Engkau tersebar dimana-mana’.
Arti mantra di atas
adalah: "Dewa Indra mencakup bumi (dunia) dan merajut bintang, sùrya,
bulan yang bercahaya di angkasa dan tidak ada yang sebanding dengan Dewa Indra.
Dia tidak pernah terlahirkan dan tidak akan pernah dilahirkan pula, dan Dewa Indra
menyebar di seluruh dunia".
Kata 'indra'
dibahas dalam Nirukta yang ditulis oleh Yaúkàcàrya. Kata 'indra'
berasal dari kata kerja 'Id' yang artinya 'raja/kuasa'.
Jadi, Indra berarti 'yang menguasai dunia'. Indra juga diartikan 'yang
berlari untuk meminum soma' dan Iràm Dadhàti. Arti Indra yang
ketiga adalah 'yang mencahayakan seluruh dunia', (indhe bhùtàni).
Dalam bahasa Vaidika,
yang agak berbeda dengan bahasa Sanskrit (klasik), ditemukan kata yang
mempunyai arti yang berbeda-beda, sehingga orang yang tidak tahu perbedaan
tersebut akan sulit memahami intisari sebuah mantra yang begitu mendalam. Swàmì
Dayànanda menerjemahkan Indra sebagai Tuhan. Vasudeva
Saran menerjemahkan Indra sebagai 'suddha àtma tattva’.
Sedangkan para sarjana barat seperti, McDonald menerjemahkan Indra sebagai
Dewa Topan. Hari Úaòkara Joshi menerjemahkan Indra sebagai 'mahà
yogì dalam awal proses penciptaan dunia'.
Karena kita temukan
banyak arti dari kata Indra, dalam keadaan sulit seperti ini, untuk
mencari arti sesungguhnya seorang sarjana harus mencari kata 'indra'
yang paling mendekati artinya dalam mantra tersebut. Dengan dasar inilah kata Indra
yang diartikan oleh Swàmì Dayànanda paling mendekati, yaitu yang
berarti Tuhan. Karena dalam mantra tersebut dijelaskan, selain Indra,
tidak ada yang pernah lahir dan tidak akan pernah lahir.
Demikian pula Indra
mencahayakan seluruh bintang, sùrya, bulan, dan lain-lainnya. Seperti
halnya dalam Upaniûad dikatakan dengan cahaya-Nya, seluruh dunia menjadi
terang benderang dan bersinar. Jika Indra tidak memberikan cahayanya,
bintang, sùrya, bulan, dan yang lain-lainnya tidak dapat bersinar
sendiri (tameva bhàntamanu bhàti sarvam).
Intisari mantra di
atas adalah untuk menyadarkan umat manusia agar menerima kekuatan Tuhan yang
tersebar di mana-mana, dan selalu berusaha untuk mendekatkan diri dengan-Nya
karena hal itu bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan abadi. Sebaliknya,
menjauhkan diri dari-Nya adalah suatu tindakan yang mengundang segala
kesengsaraan.