Kamis, 06 Desember 2012

Indra



INDRA
Aa pp[o paiqRv' rjo bØ/e rocna idiv - 
n TvavaimNd– kén n jato n jinZyte_it ivë' vvi=q --

À paprau pàrthivaý rajo badbadhe rocanà divi,
Na tvàvàm indra kaúcana na jàto na janiûyate'ti viúvaý vavakûitha.
(Ågveda: I.81.5)
Dewa Indra (indra) yang mencakup (paprau) seluruh bumi (pàrthivam) dan merajut (badbadhe) bintang, bulan dan segala yang bercahaya lainnya (rocanà) dalam Dyuloka (divi). Oh Dewa Indra (Indra) tiada bandingan-Mu (na tvàvàm kaúcana). Engkau yang tidak pernah terlahirkan (janiûyate) dan tidak pernah pula akan dilahirkan (na jato), Engkau tersebar (vavakûitha) di seluruh dunia ini (viúvaý).

’Oh Dewa Indra yang mencakup seluruh bumi dan yang merajut bintang, bulan dan segala yang bercahaya dalam Dyuloka. Engkau sebenarnya tiada banding, dan tidak pernah terlahirkan serta tidak akan dilahirkan. Engkau tersebar dimana-mana’.

Arti mantra di atas adalah: "Dewa Indra mencakup bumi (dunia) dan merajut bintang, sùrya, bulan yang bercahaya di angkasa dan tidak ada yang sebanding dengan Dewa Indra. Dia tidak pernah terlahirkan dan tidak akan pernah dilahirkan pula, dan Dewa Indra menyebar di seluruh dunia". 

Kata 'indra' dibahas dalam Nirukta yang ditulis oleh Yaúkàcàrya. Kata 'indra' berasal dari kata kerja 'Id' yang artinya 'raja/kuasa'. Jadi, Indra berarti 'yang menguasai dunia'. Indra juga diartikan 'yang berlari untuk meminum soma' dan Iràm Dadhàti. Arti Indra yang ketiga adalah 'yang mencahayakan seluruh dunia', (indhe bhùtàni). 

Dalam bahasa Vaidika, yang agak berbeda dengan bahasa Sanskrit (klasik), ditemukan kata yang mempunyai arti yang berbeda-beda, sehingga orang yang tidak tahu perbedaan tersebut akan sulit memahami intisari sebuah mantra yang begitu mendalam. Swàmì Dayànanda menerjemahkan Indra sebagai Tuhan. Vasudeva Saran menerjemahkan Indra sebagai 'suddha àtma tattva’. Sedangkan para sarjana barat seperti, McDonald menerjemahkan Indra sebagai Dewa Topan. Hari Úaòkara Joshi menerjemahkan Indra sebagai 'mahà yogì dalam awal proses penciptaan dunia'. 

Karena kita temukan banyak arti dari kata Indra, dalam keadaan sulit seperti ini, untuk mencari arti sesungguhnya seorang sarjana harus mencari kata 'indra' yang paling mendekati artinya dalam mantra tersebut. Dengan dasar inilah kata Indra yang diartikan oleh Swàmì Dayànanda paling mendekati, yaitu yang berarti Tuhan. Karena dalam mantra tersebut dijelaskan, selain Indra, tidak ada yang pernah lahir dan tidak akan pernah lahir. 

Demikian pula Indra mencahayakan seluruh bintang, sùrya, bulan, dan lain-lainnya. Seperti halnya dalam Upaniûad dikatakan dengan cahaya-Nya, seluruh dunia menjadi terang benderang dan bersinar. Jika Indra tidak memberikan cahayanya, bintang, sùrya, bulan, dan yang lain-lainnya tidak dapat bersinar sendiri (tameva bhàntamanu bhàti sarvam).

Intisari mantra di atas adalah untuk menyadarkan umat manusia agar menerima kekuatan Tuhan yang tersebar di mana-mana, dan selalu berusaha untuk mendekatkan diri dengan-Nya karena hal itu bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan abadi. Sebaliknya, menjauhkan diri dari-Nya adalah suatu tindakan yang mengundang segala kesengsaraan.

Catatan dalam Batu - Pustaka Ilmu Pengetahuan

Kerangka dan sisa lain mahluk hidup terkubur dalam batuan. Benda ini membantu kita membuka rahasia zaman lampau.

Penyelidikan batuan dan fosil telah membantu para ahli untuk rnembagi sejarah Bumi atas tiga zaman besar. Zaman ini dibagi lagi atas masa-masa yang lebih pendek. Selama zaman Paleosoikum kehidupan mulai dengan tumbuh-tumbuhan laut sederhana. Berangsur-angsur ikan, amfibi dan serangga berkembang. Dalam zaman Mesosoikum reptil, burung, binatang menyusui dan tumbuh-tumbuhan yang berbunga berkembang. Dalam zaman Kenosoikum, yaitu masa sekarang, muncullah manusia.