EKAÝ
SAD VIPRÀ BAHUDHÀ VADANTI
—Nd–' im]'
vä,mig{mahurqo idVy" s sup,oR gäTman( -
Ek' siÜp[a bhu/a
vdNTyig{' ym' matirëanmahu" --
Indraý mitraý varuóam
agnim àhur atho divyaá sa suparóo garutmàn,
Ekaý ûaî viprà
bahudhà vadantyagniý yamaý màtariúvànam àhuá.
(Ågveda: I.164.46)
Nama-Ku adalah Indra
(indram), Mitra (mitram), Varuóa (varuóam), Agni (agnim),
dan juga disebut (àhur atho), Cahaya (divyaá) dan juga (saá)
mempunyai sayap yang indah (suparóo), maka nama-Ku juga Garutmàt (Maha
Agung). Para sarjana (sadviprà) menyebut-Ku (vadanti) yang hanya
satu yaitu Aku (ekam) dengan nama-nama berbeda (bahudhà) demikian
juga disebut Agni, Yama dan Màtariúvan (cosmic breath/nafas
kosmik).
’Nama-Ku adalah Indra,
Mitra, Varuóa, Agni, cahaya dan mempunyai sayap yang sangat indah. Oleh
karena itu aku disebut Garutmàt. Demikian juga aku disebut sebagai Agni,
Yama, dan Màtariúvan. Aku hanya satu akan tetapi para sarjana
menyebutku dengan nama yang berbeda-beda’.
Mantra di atas
tersebut terdapat dalam Ågveda yang membicarakan nama-nama para dewa,
yang terdapat dalam empat Veda. Supaya seseorang tidak salah paham akan
keberadaan dewa-dewa, maka mantra tersebut menjelaskan bahwa semua nama dari
dewa adalah nama Tuhan yang hakikatnya adalah satu.
Masalah tentang
nama-nama dewa tersebut, juga dibahas dalam Veda yang lain seperti yang
terdapat dalam mantra - tad eva agnis tad àdityas tad vàyus tad u
candramàá, ... (Yajurveda: 32-1), yang berarti Tuhan adalah
satu yang disebut dengan nama-nama berbeda seperti Agni, Àditya, Vàyu,
dan Candrama.
Seperti dalam mantra:
"Tuhan adalah satu, tetapi disebut dengan banyak nama" - yo
devànàm nàmadhà eka eva... (Yajurveda-17 - 27). Diungkapkan
bahwa Tuhan adalah satu cahaya yang sinarnya terbias dalam bentuk yang berbeda,
jadi Tuhan adalah satu dan tidak ada yang kedua, ketiga, atau keempat (na
dvitìyo na tåtì yaú caturtho nàpy ucyate - Atharvaveda: 13-4-16).
Demikian juga
terdapat ..sa eûa eka ekavåd eka eva,.. (Atharvaveda-13-4-20)
bahwa Tuhan adalah satu dan tiada yang lainnya. Sarve asmin devà eka våto
bhavanti,.. (Atharvaveda: 13-4-21) berarti "seluruh
dewa menjadi satu dalam Tuhan".
Seperti diketahui
bahwa Tuhan mempunyai ribuan nama, tetapi bukan berarti Tuhan lebih dari satu.
Jelas, Tuhan hanya satu dan tidak ada yang kedua. Hanya para sarjana yang
menyebut nama-Nya secara berbeda sesuai dengan pengetahuannya. Kita tidak boleh
meributkan nama Tuhan, apakah nama Tuhan itu Viûóu, Agni, Úiva, Brahmà,
dan lain-lainnya. Orang-orang yang sering membeda-bedakan Tuhan karena namanya
saling bertengkar, berdebat, dan mempersoalkan nama-nama Tuhan.
Mantra tersebut
adalah jawabannya agar mereka sadar dan tidak ribut hanya karena nama berbeda
atau hanya karena salah satu nama yang lebih tinggi, lebih baik, atau lebih
lainnya. Di sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya semua nama itu sama yaitu
Tuhan. Pada waktu kita menyebut nama Úiva, semua dewa akan termasuk di
dalamnya dan Úiva-lah yang mewakili dewa-dewa itu, demikian juga yang
lain.
Banyak di antara kita
bertengkar hanya karena perbedaan nama, tetapi kita tidak pernah melihat secara
mendalam, seperti kita meributkan kulit kelapa yaitu kulit luarnya, tetapi kita
tidak pernah merasakan kenikmatan isi di dalamnya. Untuk itu, dalam mantra
tersebut dijelaskan agar manusia tidak salah paham atas nama-nama yang berbeda,
karena semua nama tersebut adalah nama Tuhan sendiri. Kapan kita bisa memahami
nama-nama Tuhan yang hakikatnya hanya satu, maka pada waktu itu baru kita akan
menikmati kesempurnaan, keagungan, dan kebesaran-Nya.
Fungsi Gàyatrì
Mantra begitu penting. Oleh karena itu, kita perlu berjapa setiap hari jika
ingin hidup bahagia di dunia, dan mendapatkan mokûa.