Jumat, 29 Juni 2012

Masa Akhir Majapahit

Masa Akhir Majapahit, 1429 – 1522

Sejak pemerintahan raja Wikramawardhana, bintang kejayaan Majapahit sudah mulai suram dan makin lama makin pudar. 

Perang saudara antara para keluarga raja, hilangnya kekuasaan pusat diluar daerah sekitar ibukota Majapahit, dan penyebaran agama Islam yang sejak ± 1400 berpusat di Malaka, dan yang disertai dengan timbulnya kerajaan-kerajaan Islam yang menentang kedaulatan Majapahit, adalah peristiwa-peristiwa yang menandai masa runtuhnya kerajaan Majapahit yang tadinya mempersatukan seluruh Nusantara.

Pengganti Wikramawardhana adalah puterinya yang bernama Suhità yang memerintah dari 1429 sampai 1447. Dalam lapangan kebudayaan, masa pemerintahan Suhità itu ditandai oleh tumbuhnya kembali anasir-anasir kebudayaan Indonesia. Berbagai tempat pemujaan didirikan di lereng-lereng gunung dan bangunan-bangunan itu disusun sebagai punden berundak-undak, misalnya di lereng gunung Penanggungan; di lereng gunung Lawu (candi Sukuh dan candi Cêta).

Suhità digantikan oleh adik tirinya, Kåtawijaya yang memerintah dari tahun 1447 sampai 1451. Kemudian Kåtawijaya digantikan oleh Ràjasawardhana yang memerintah dari tahun 1451 sampai 1453. Setelah Ràjasawardhana, selama tiga tahun tidak ada rajanya. Tahun 1456 yang menjadi raja adalah Bhre Wêngkêr, dengan nama Hyang Pùrwawiúeûa. Dalam tahun 1466, ia digantikan oleh Bhre Pandansalas, yang bernama Suraprabhàwa dan bergelar Singhawikramawardhana.

Dalam pemerintahan raja Suraprabhàwa, mpu Tanakung menggubah kakawin Úiwaratrikalpa atau Lubdhaka.

Dalam tahun 1468 Suraprabhàwa terdesak oleh Kåtabhùmi, anak bungsu Ràjasawardhana, yang kemudian berkuasa di Majapahit. Singhawikramawardhana sendiri memindahkan pusat kekuasaannya ke Daha, dimana ia wafat tahun 1474. Di Daha, Singhawikrama-wardhana digantikan oleh puteranya, Raóawijaya, yang bergelar Bhatàra Prabhu Girindrawardhana. Dalam tahun 1478 Raóawijaya berhasil menundukkan Kåtabhumi dan merebut Majapahit. Menurut prasasti tahun 1486, Girindrawardhana menamakan dirinya sebagai raja Wilwatikta Daha Janggala Kadiri. Sampai kapan ia memerintah, tidak diketahui. Tahun 1500 RadenPatah Bupati Demak melepaskan diri dari Majapahit dan mendirikan kerajaan Islam, kemudian menyerang Majapahit sehingga jatuh dan kekuasaannya berpindah ke Kerajaan Islam Demak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar