Jumat, 29 Juni 2012

Warmadewa

Úrì Keúari Warmmadewa, 882 - 915

Wangsa Warmmadewa mulai memerintah di Bali setelah mengalahkan raja Mayadanawa
 Di dalam Puràóa Bali Dwìpà disebutkan bahwa Úrì Mayadanawa meniadakan upacara dewayajña di sad kahyangan di pura-pura di seluruh Bali. Hal itulah yang menyebabkan para Àrya Hindu yang dipimpin oleh Úrì Keúari Warmmadewa menyerang pulau Bali dan membinasakan raja Úrì Mayadanawa di hulu sungai Petanu.
Setelah peperangan berakhir, kahyangan-kahyangan atau pura-pura di Bali semua rusak, hanya tinggal dasar-dasarnya saja. Para Àrya Hindu dengan dipimpin oleh Úrì Keúari Warmmadewa memugar dan membangun kembali semua pura-pura yang rusak itu bersama-sama dengan masyarakat Bali Aga. Setelah selesai pemugaran pura-pura itu, raja Úrì Keúari Warmmadewa bermaksud melaksanakan upacara yajña. Upacara yajña untuk memuja Sang Hyang Widhi (dewayajña) serta upacara untuk para dewata yang gugur di medan perang (pitå yajña), dilaksanakan pada hari Buddha Kêliwon Dunggulan yang disebut Hari Raya Galungan. Adapun pelaksanaan upacara Hari Raya Galungan itu, oleh Úrì Keúari Warmmadewa, dimulai pertama kali pada hari Buddha (Rebo) Kêliwon Dunggulan, sasih kacatur, tanggal 15, Úàka 804 atau tanggal 7 Nopember 882.
Pulau Bali aman dan makmur sejak pemerintahan maharaja Úrì Keúari Warmmadewa. Daerah-daerah luar pulau Bali yang ada di bawah kekuasaan raja Bali ialah Makasar, Sumbawa, Sasak dan Blambangan.
Pada tahun 915 raja Keúari Warmmadewa wafat karena sudah lanjut usia dan digantikan oleh puteranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar