Úrì Keúari Warmmadewa, 882 - 915
Wangsa Warmmadewa mulai memerintah di Bali setelah mengalahkan raja Mayadanawa.
Di dalam Puràóa Bali Dwìpà disebutkan bahwa Úrì Mayadanawa meniadakan upacara dewayajña di sad kahyangan di pura-pura di seluruh Bali. Hal itulah yang menyebabkan para Àrya Hindu yang dipimpin oleh Úrì Keúari Warmmadewa menyerang pulau Bali dan membinasakan raja Úrì Mayadanawa di hulu sungai Petanu.
Di dalam Puràóa Bali Dwìpà disebutkan bahwa Úrì Mayadanawa meniadakan upacara dewayajña di sad kahyangan di pura-pura di seluruh Bali. Hal itulah yang menyebabkan para Àrya Hindu yang dipimpin oleh Úrì Keúari Warmmadewa menyerang pulau Bali dan membinasakan raja Úrì Mayadanawa di hulu sungai Petanu.
Setelah
peperangan berakhir, kahyangan-kahyangan atau pura-pura di Bali semua
rusak, hanya tinggal dasar-dasarnya saja. Para Àrya Hindu dengan
dipimpin oleh Úrì Keúari Warmmadewa memugar dan membangun kembali semua
pura-pura yang rusak itu bersama-sama dengan masyarakat Bali Aga.
Setelah selesai pemugaran pura-pura itu, raja Úrì Keúari Warmmadewa
bermaksud melaksanakan upacara yajña. Upacara yajña untuk memuja Sang
Hyang Widhi (dewayajña) serta upacara untuk para dewata yang gugur di
medan perang (pitå yajña), dilaksanakan pada hari Buddha Kêliwon
Dunggulan yang disebut Hari Raya Galungan. Adapun pelaksanaan upacara
Hari Raya Galungan itu, oleh Úrì Keúari Warmmadewa, dimulai pertama kali
pada hari Buddha (Rebo) Kêliwon Dunggulan, sasih kacatur, tanggal 15,
Úàka 804 atau tanggal 7 Nopember 882.
Pulau
Bali aman dan makmur sejak pemerintahan maharaja Úrì Keúari Warmmadewa.
Daerah-daerah luar pulau Bali yang ada di bawah kekuasaan raja Bali
ialah Makasar, Sumbawa, Sasak dan Blambangan.
Pada tahun 915 raja Keúari Warmmadewa wafat karena sudah lanjut usia dan digantikan oleh puteranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar