Jumat, 29 Juni 2012

Kertarajasa Jayawardhana

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b6/Harihara_Majapahit_1.JPG/220px-Harihara_Majapahit_1.JPG
The statue of Harihara,
the god combination of
Shiva and Vishnu. It was the mortuary
deified portrayal of Kertarajasa.
Originally located at Candi Simping, Blitar.
(National Museum of Indonesia, Jakarta)

Kåtaràjasa Jayawardhana, 1293 – 1309

Raden Wijaya anak Lêmbu Tal, cucu Mahisa Campaka, menantu Kåtanagara, yang sedang mengejar tentara Kadiri, terpaksa melarikan diri setelah mendengar bahwa Singhasàri telah jatuh. Dengan bantuan lurah Kudadu, ia dapat menyeberang ke Madura untuk mencari perlindungan dan bantuan kepada Arya Wiraràja bupati Sungênêb.
 
Kemudian atas nasehat Wiraràja, Raden Wijaya pergi ke Kadiri, untuk menghambakan diri kepada raja Jayakatwang. Pada waktu Raden Wijaya dan pengikut-pengikutnya tiba di Kadiri, bertepatan dengan perayaan Hari Raya Galungan. Atas jaminan Wiraràja pengabdian Raden Wijaya itu diterima, dan kemudian dianugerahi tanah hutan Tarik, yang dengan bantuan orang-orang Madura, dibuka menjadi desa yang subur yaitu Majapahit atau Wilwatikta.
Sementara itu tentara Tiongkok (Tartar) sebanyak 20.000 orang yang diangkut dengan seribu kapal dengan membawa perbekalan untuk satu tahun, telah mulai mendarat di Tuban dekat Surabaya, dengan tujuan membalas penghinaan Kåtanagara terhadap Kubilai Khan.
Raden Wijaya menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Jayakatwang. Ia menggabungkan diri dengan tentara Tartar itu, dan bersama mereka menggempur Kadiri, memaksa Jayakatwang untuk menyerah. Waktu kembali ke pelabuhan, Raden Wijaya menyerang tentara Tartar dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan kekacauan. Tentara Tartar yang merasa tugasnya menyerang raja Jawa sudah selesai, segera naik kapal untuk berlayar kembali ke Tiongkok, meskipun harus meninggalkan banyak korban.
Dengan diperkuat oleh pasukan Singhasàri yang kembali dari Malayu (Sumatera), Raden Wijaya menjadi raja pertama Majapahit bergelar Kåtaràjasa Jaya-wardhana. Ia memerintah dengan tegas dan bijaksana, sehingga keadaan negara tenteram dan aman. Wiraraja yang telah banyak memberikan bantuan, diberi kedudukan yang sangat tinggi ditambah dengan kekuasaan atas daerah Lumajang sampai Blambangan. Para pembantu-pembantunya yang setia dan telah rela menanggung penderitaan dahulu, diberi kedudukan yang semestinya di dalam pemerintahan.
Kåtaràjasa wafat dalam tahun 1309, dicandikan di dalam candi Simping (candi Sumberjati Blitar), dan candi ini merupakan candi Úiwa; dan dalam candi Budha di Antahpura dalam kota Majapahit.
Arca perwujudannya adalah Harihara yaitu Wiûóu dan Úiwa dalam satu arca. Permaisurinya Tribhuwanà dicandikan di candi Rimbi (Mojokerto) sebagai Parwati.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar