Rabu, 27 Juni 2012

Airlangga


Airlangga, 1019 – 1042

Waktu kerajaan Dharmawangúa mengalami pralaya, tahun 1016, Airlangga dapat meloloskan diri. Ia baru berusia 16 tahun dan dengan disertai Narottama, ia bersembunyi di Wanagiri ikut para pertapa.

Dalam tahun 1019 Airlangga dinobatkan menjadi raja menggantikan Dharmawangúa, oleh para pendeta Úiwa Buddha, dengan gelar: Úrì Mahàràja Rake Halu Úrì Lokeúwara Dharmawangúa Airlangga Anantawikramottunggadewa.

Sejak tahun 1028 Airlangga mulai merebut kembali daerah-daerah bekas kerajaan Dharmawangúa, termasuk raja Wurawari dikalahkannya pada tahun 1032. Setelah memperoleh kembali wilayah yang dianggap memang menjadi haknya, raja Airlangga berusaha memakmurkan rakyatnya.

Ketenteraman dan kemakmuran pemerintahan Airlangga tampak juga dari suburnya seni sastra. Pada tahun 1030 mpu Kanwa mengarang kakawin Arjunawiwàha. Dari kakawin Arjunawiwàha itu dapat diketahui bahwa wayang kulit sudah dikenal dan sudah memasyarakat, lihat pupuh V, 9 dimana terdapat kata-kata: “ringgit ... walulang inukir.” Demikian pula pada beberapa prasasti ada disebutkan jabatan; awayang atau aringgit (dalang?).

Airlangga mempunyai seorang puteri dan dua orang putera. Yang tertua puteri diangkat sebagai mahamantri i hino, yaitu Sanggramawijaya, yang dicalonkan akan menggantikannya menjadi raja. Akan tetapi setelah tiba masanya, puteri ini menolak naik tahta dan memilih sebagai pertapa. Oleh Airlangga dibuatkan pertapaan di Pucangan (gunung Penanggungan) dan disanalah Sanggramawijaya bertapa sebagai Kili Suci.

Untuk menghindarkan terjadinya perebutan tahta antara kedua puteranya, maka kerajaannya dibagi menjadi dua yaitu Janggala (Singhasàri) dengan ibu kotanya Kahuripan, dan Pañjalu (Kadiri) dengan ibu kotanya Daha. Pembagian itu dilakukan pada tahun 1041 dengan bantuan mpu Bharàdah, yang terkenal sakti.

Setelah membagi kerajaan, Airlangga mengundurkan diri dari tahta dan kemudian hidup sebagai pertapa dengan sebutan Åûi Gêntayu. Raja Airlangga wafat tahun 1049 dan dicandikan di candi Belahan. Arcanya berbentuk Wiûóu naik Garuða (di Museum Majakerta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar