Mataràm (Jawa Tengah)
Kerajaan Mataràm dikenal dari prasasti Canggal tahun 732 ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.
Prasasti itu menyebutkan bahwa :
Prasasti itu menyebutkan bahwa :
“Pada tahun Úaka yang telah lalu dengan ditandai angka Úaka Úruti Indriya Rasa (654 Úaka) pada hari Senin, hari baik tanggal 13 bagian terang, bulan Kàrttika, Sang Raja Sañjaya mendirikan lingga yang ditandai dengan tanda-tanda di bukit yang bernama Sthirangga buat keselamatan rakyat.”
Disamping wangsa Sañjaya, di Jawa Tengah juga berkuasa wangsa Úailendra. Antara wangsa Sañjaya dan wangsa Úailendra ada kerja sama yang erat dalam hal-hal tertentu, seperti dijelaskan dalam prasasti Kalasan (778) yang menyebutkan adanya kerjasama antara wangsa Sañjaya dan wangsa Úailendra dalam mendirikan candi Kalasan (Yogyakarta) yang merupakan bangunan suci Dewi Tàrà (Buddha Mahàyàna).
Melihat kenyataan bahwa candi-candi dari abad VIII dan IX yang ada di bagian utara Jawa Tengah bersifat Hindu, sedangkan yang ada dibagian selatan Jawa Tengah bersifat Buddha, maka dapat diketahui daerah kekuasaan wangsa Sañjaya adalah dibagian utara Jawa Tengah dan kekuasaan wangsa Úailendra di bagian selatan Jawa Tengah.
Prasasti Klurak (782) isinya ialah mengenai pembuatan arca Mañjuúrì yang menggambarkan Buddha, Dharma dan Sanggha yang sama pula dengan Brahma, Wiûóu dan Maheúwara. Tampaknya pada jaman itu telah terjadi suatu permulaan pendekatan yang menuju kepada proses sinkretisasi Úiwa Buddha yang pada saat itu masing-masing sudah mengarah kepada Tantrayàna dan Mantrayàna.
Pada pertengahan abad IX kedua wangsa itu bersatu dengan terjadinya perkawinan antara Rakai Pikatan dari wangsa Sañjaya dengan Pràmodawardhani dari wangsa Úailendra. Mereka berdua banyak pula mendirikan bangunan-bangunan suci, Pràmodawardhani yang bergelar Úrì Kahulunan, mendirikan bangunan-bangunan suci Buddha, dan Rakai Pikatan mendirikan bangunan-bangunan suci Hindu. Di candi Plaosan yang bersifat agama Buddha didapatkan tulisan-tulisan nama-nama Úrì Kahulunan dan Rakai Pikatan. Dalam dua buah prasasti dari tahun 842 Úrì Kahulunan meresmikan pemberian tanah dan sawah untuk menjamin berlangsungnya pemeliharaan Kamùlàn (bangunan suci untuk memuliakan leluhur) di Bhùmisambhàra.
Kamùlàn ini tidaklah lain daripada Borobudur, yang mungkin sekali sudah didirikan oleh Samaratungga ayah dari Úrì Kahulunan, dalam tahun 824.
Rakai Pikatan sendiri telah pula mendirikan berbagai bangunan suci Hindu. Mungkin sekali kelompok candi Lara Jonggrang di Prambanan berdirinya adalah atas usaha Rakai Pikatan. Dalam sebuah prasasti dari tahun 856 yang dikeluarkan oleh Dyah Lokapàla atau Rakai Kayuwangi, segera setelah Rakai Pikatan turun dari tahta, terdapat uraian tentang kelompok candi agama Úiwa yang sesuai benar dengan keadaan kelompok candi Lara Jonggrang. Juga dalam kitab kakawin Ràmàyaóa, yang diperkirakan dihimpun dalam abad IX, ada uraian yang serupa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar