Senin, 02 Juli 2012

Kesatuan dan Persatuan

KESATUAN DAN PERSATUAN


y] b–õ c =]Æ sMyÆO crt" sh - 

t' lokMpu<y' yDez' y] deva" shaig{na --

Yatra brahma ca kûatrañ ca samyañcau carataá saha,
Taý lokam puóyam yajñeûaý yatra devàá sahàgninà.
(Yajurveda: 20.25)
Dalam sebuah negara (yatra) para bràhmaóa (brahma) dan (ca) para kûatriya (kûatram) melaksanakan tugas (carataá) dengan baik dalam persatuan (samyañcau), negara tersebut (tam lokam) selalu makmur dan sejahtera jaya (puóyam). Dengan keinginan melaksanakan yajña (yajñeûaý) para sarjana selalu mengikuti perintah Tuhan (yatra devàá) dan melaksanakan upacara dan upakara (sahàgninà) maka negara tersebut selalu jaya tanpa kerusuhan.

’Dalam negara di tempat para bràhmaóa dan kûatriya dapat melaksanakan tugas dengan baik dalam persatuan dan kesatuan, negara tersebut akan selalu dapat hidup makmur dan sejahtera. Dengan selalu mempunyai keinginan ber-yajña, para bràhmaóa dan sarjana melaksanakan yajña. Dengan demikian negara tersebut akan selalu jaya’.

Dalam mantra di atas dijelaskan mengenai konsep sebuah negara yang sejahtera dan makmur. Pertama-tama dikatakan bahwa para pemimpin harus menjaga persatuan dan kesatuan, sehingga dalam pemerintahan perlu diikutsertakan para bràhmaóa dan kûatriya. Bràhmaóa, berarti para ahli, atau cendekiawan yang menguasai berbagai macam bidang pengetahuan. 

Mereka diperlukan menjadi analis yang akan selalu memberikan sumbangan pikiran kepada para kûatriya. Kûatriya berarti para pemimpin. Kûatriya di sini berarti siapa pun yang bisa melindungi negara, dialah yang disebut kûatriya dan para pemimpinlah yang menjalankan pemerintahan untuk melindung rakyat.

Perlu ditekankan supaya tidak terjadi perpecahan antara kaum intelektual dengan para pemimpin. Untuk itu, kerukunan harus dijaga dengan meningkatkan persatuan dan kesatuan. Untuk menjadi negara yang sejahtera perlu kesamaan pandangan dan tujuan antara kaum intelektual dengan para pemimpin. 

Agar hal itu bisa terwujud dalam suatu negara, dibutuhkan kerja sama yang baik. Sekarang di dunia ini pada banyak kasus tidak terdapat kerja sama yang baik antara para intelektual dan para pemimpin, dimana pemimpin seolah menja-di ahli waris negara dan para intelektual ditinggalkan begitu saja, yang mengakibatkan terjadinya masalah-masalah besar.

Pada zaman dahulu para raja atau kûatriya sangat menghormati para bràhmaóa (para åûi). Para åûi tersebut selalu memberikan petuah-petuah dan nasihat-masihat kepada raja, supaya raja bisa melaksanakan tugas dengan baik dan melindungi rakyat. Tetapi sekarang ini, para intelektual sepertinya ditinggalkan, dan perencanaan mereka tidak lagi dihargai, sehingga yang terjadi hanya dominasi para pemimpin. Padahal, apabila kaum intelektual tidak lagi diikutsertakan dalam pembangunan suatu negara, akan terjadi ketidakseimbangan (kekacauan) di negara tersebut.

Untuk itu, mantra tersebut menekankan kerja sama yang baik antara pemimpin dan intelektual tanpa lupa selalu mengamalkan dan mengikuti perintah Tuhan yang telah diberikan melalui ajaran Veda. Di samping itu, negeri yang para pemimpinnya rajin melaksanakan yajña untuk keselamatan umat manusia, akan selalu makmur dan tidak akan terjadi kerusuhan dan kekacauan. Dalam mantra tersebut juga dijelaskan mengapa terjadi masalah, sehingga masyarakat tidak percaya kepada para pemimpin. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya persatuan dan kesatuan antara intelektual dengan pemimpin. 

Perlu disadari oleh pemimpin bahwa kekuasaan yang mutlak hanyalah kekuasaan Tuhan. Untuk itu, semua orang yang berperan (kaum intelektual, pemimpin, dan rakyat sendiri) harus selalu mengikuti ajaran Veda yang menjadi panutan yang diwahyukan oleh Tuhan demi menjaga keselamatan dan kesejahteraan negara pada khususnya dan dunia pada umunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar