Senin, 02 Juli 2012

Mantra Upasana

UPÀSANA MANTRA


tejois tejo miy /eih v¢yRmis v¢y| miy 

/eih balamis bala' miy /eih AojoSyojo 

miy /eih mNyuris mNyu miy /eih shois sho miy /eih --


Tejosi tejo mayi dhehi vìryamasi vìryam mayi dhehi balamasi balam mayi dhehi ojosyojo mayi dhehi manyurasi manyu mayi dhehi sahosi saho mayi dhehi.
(Yajurveda: 19.9)
Oh Tuhan yang bertejas (bercahaya) (tejoasi) berikanlah (dhehi) cahayamu (tejo) kepada saya (mayi). Oh Tuhan yang memiliki kekuatan vìrya, (vìryamasi) berikanlah (dhehi) kekuatan vìrya (vìryam) kepada saya (mayi). Oh Tuhan yang memiliki kekuatan fisik (balamasi) berikanlah (dhehi) kekuatan tersebut (balam) kepada saya (mayi). Oh Tuhan yang memiliki kekuatan cahaya (ojas) berikan-lah ojas (oja) kepada saya (mayi). Oh Tuhan yang penghancur orang jahat (manyurasi) berikanlah (dhehi) kekuatan manyu (manyu) kepada saya (mayi). Oh Tuhan Yang Mahapengampun (sahoasi) berikanlah (dehi) kekuatan maaf (saho) kepada saya (mayi).

’Oh Tuhan yang bersinar berikanlah cahayamu kepada saya, Engkau merupakan vìrya itu sendiri berikanlah kekuatan vìrya itu kepada saya. Engkau merupakan kekuatan fisik berikanlah kekuatan tersebut kepada saya dan Engkau merupakan kekuatan ojas itu sendiri berikanlah kekuatan tersebut kepada saya. Tuhan sebagai kekuatan penghancur orang jahat berikanlah kekuatan tersebut kepada saya, Tuhan sebagai Mahapengampun berikanlah kekuatan tersebut kepada saya agar dapat memaafkan orang lain’. 

Mantra di atas berasal dari Yajurveda yang biasanya diucapkan dalam Upàsana Yajña. Upàsana Yajña berarti mengucapkan mantra-mantra yang dengan permohonan dalam yajña seperti dalam mantra di atas, dimohonkan supaya kita mendapatkan segala sifat-sifat yang dimiliki Tuhan, seperti tejas, vìryam, balam, ojas, manyu, dan saha

Setiap orang di dunia ini merasa tidak sempurna karena tergantung pada Yang Mahakuasa. Banyak hal di dunia ini berada di luar jang-kauan tangan manusia. Pada waktu pikiran kita tidak bisa memberikan jalan, dan ayah-ibu atau yang lain tidak mampu menolong, pada saat itu manusia biasanya menerima keberadaan Tuhan.

Dalam Veda dijelaskan bahwa dalam segala duka, Tuhan yang memiliki kekuatan fisik dan mental adalah jalan terakhir bagi manusia. Untuk itu kita memohon kepada Tuhan supaya sifat-sifat dan kekuat-an yang Beliau miliki dianugerahkan kepada kita, seperti tejas dan ojas. Dalam bahasa Sanskreta "tejas", berarti cahaya dan "ojas", berarti "sebuah cahaya yang muncul melalui meditasi", ketika sembahyang di sekitar wajah. 

Vìryam, adalah kekuatan brahmacàri karena melalui pengendalian indria-indria, seseorang akan mendapatkan kekuatan vìryam yang berada dalam badan. Kekuatan balam, dimaksudkan agar badan kita bebas dari segala duka dan penyakit serta selalu sehat karena Tuhan memiliki kekuatan tersebut sehingga kami juga patut mendapat­-kannya.

Manyu, berarti pemarah. Kekuatan tersebut dimiliki oleh Tuhan karena Tuhan selalu memberikan keadilan kepada setiap orang. Sebenarnya Tuhan hanyalah menunaikan sesuai dengan karma masing-masing. Untuk itu dimohon supaya kita juga mendapatkan kekuatan manyu dan bisa menghancurkan kejahatan demi masyarakat. 

Terakhir adalah saha di mana Tuhan juga disebut Mahapemaaf. Banyak orang melakukan dosa, pàpa, lalu menyesal dan mohon kepada Tuhan supaya Tuhan memaafkan mereka atas perbuatannya. Untuk itu kita mohon supaya kita juga memiliki kekuatan 'saha' agar kita bisa memaafkan seseorang.

Dengan memilki sifat-sifat teja dan ojas, manusia bisa hidup damai. Demikian juga melalui sifat-sifat seperti vìryam, manyu dan saha seseorang bisa melawan kejahatan, dan sebaliknya bisa memaaf-kan orang-orang yang tidak berdosa. 

Swàmì Dayànanda tidak disukai oleh sekelompok orang karena minta kepada umat Hindu di India untuk meninggalkan tradisi yang tidak sesuai dengan Veda. Ia diracuni oleh dua orang yang akhirnya tertangkap oleh petugas raja. Mereka dengan tangan terikat dibawa ke hadapan Swàmì Dayànanda untuk diberi hukuman yang pantas, namun Swàmì Dayànanda mengatakan ia datang bukan untuk menahan umat manusia, melainkan untuk membebaskan umat manusia dari segala ikatan. 

Terakhir, Swàmì Dayànanda diracuni dengan kaca oleh pembantunya, namun ia pada waktu itu juga memaafkan dan memberikan uang agar si pembantu bisa pergi jauh dari sana. Padahal Swàmì Dayànanda sendiri akhirnya meninggal dunia karena racun yang berbahaya tersebut. Dengan demikian Swàmì Dayànanda memiliki sifat saha (pemaaf) dan memberi kita teladan agar tidak membalas dendam. Kita mesti memaafkan teman, keluarga, dan bahkan musuh kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar