Senin, 02 Juli 2012

Samanwaya

SAMANVAYA


sman¢ v Aak§it" snana òdyain v" - 

smanmStu vo mno yqa v" sushasit --4--

samànì va àkùtiá samànà hådayàni vaá,
samànamastu vo mano yathà vaá susahàsati.
(Ågveda: 10.191.4)
Wahai manusia, satukan pikiranmu untuk satu tujuan (samànì va akutiá) satukan hatimu (samànà hådayàni vaá) satukan pikiranmu dengan sesama (samànamastu vo mano) dan semua tinggal dalam pergaulan yang harmonis (susahàsati).

’Wahai umat manusia, satukanlah pikiranmu untuk mencapai satu tujuan dan satukanlah hatimu, satukanlah pikiranmu dengan sesama dan semuanya tinggal dalam pergaulan yang harmonis’.

Mantra tersebut merupakan bagian terakhir dari Ågveda, yang berisi pesan Tuhan kepada seluruh umat manusia bila menginginkan perdamaian tercipta di dunia ini. Veda mengingatkan kepada umat manusia agar bersatu dan tidak terpecah belah karena sebenarnya kebahagiaan yang sejati hanya ada dalam kesatuan. 

Dalam mantra di atas kita dihimbau untuk menyatukan pikiran demi tercapainya satu tujuan bersama. Tujuan tersebut yaitu dharma, artha, dan kàma yang dapat kita capai di dunia ini sedangkan yang terakhir dan yang terutama adalah melepaskan diri dari alam duniawi yaitu menuju mokûa

Jadi di sini pertama-tama kita perlu mewujudkan sebuah masyarakat sejati yang berdasarkan dharma. Dharma bukan hanya dilaksanakan dengan bersembahyang di pura saja, tetapi lebih dari itu pelaksanaan dharma harus kita wujudkan dalam tingkah-laku sehari-hari. 

Seperti yang pernah diucapkan oleh Gandhi, pelaksanaan seseorang dalam dharma terlihat bukan dengan cara tinggal di dalam hutan tetapi pengabdian dharma di tengah-tengah masyarakat. Dari dasar tersebut, akan muncul konsep sarvodaya dalam pikiran umat manusia yang berarti "semua makmur". 

Hal tersebut baru akan terwujud bila pikiran kita sudah sama dan tujuan juga sama. Dalam mantra tersebut juga diharapkan bila umat manusia menyatukan pikiran dan hati dengan sesama, semua konflik yang muncul di dunia ini bisa terselesaikan tanpa perlu ada pertumpahan darah sesama manusia.

Manusia labil yang masing-masing berjalan pada jalan yang berbeda dan mempunyai tujuan yang berbeda menyebabkan terjadinya perpecahan. Mungkin secara fisik suatu negara disebut kuat, tetapi secara mental bisa saja begitu lemah. Dikatakan, sebuah negara tidak disebut kuat hanya tingginya gedung-gedung yang berdiri kokoh dan menjulang tinggi, atau bangunan-bangunan canggih lainnya. 

Lebih daripada itu negara disebut kuat bila masyarakatnya mempunyai pikiran yang sehat. Jika manusia secara mental lemah, kemajuan macam apa pun tidak akan berguna. Sekarang ini peradaban manusia disebut canggih dengan menciptakan teknologi-teknologi tinggi. 

Tetapi perlu disadari bahwa makin canggih teknologi, pikiran manusia menjadi semakin sempit dan lemah. Hal itu dapat menyebabkan terjadinya konflik-konflik di dunia ini. Tagore sendiri pernah menyarankan supaya anak kecil dididik secara fisik dan mental agar menjadi seimbang. 

Kesimpulannya, mantra tersebut menjelaskan, bila umat manusia ingin tinggal dalam kedamaian dan keharmonisan, mereka harus menyatukan pikiran dan hati demi tercapainya kabahagiaan umat manusia seluruhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar