Senin, 02 Juli 2012

Damai dari Tuhan

KEDAMAIAN DARI TUHAN


x' no Aj Ekpad devo AStu x' no_ihbuR?Ny" x' smud–" - 

x' no Apa' npaTpeärStu x' n" p*iè{.Rvtu devgopa --

Úaý no aja ekapàd devo astu úaý no'hirbudhnyaá úaý samudraá,
Úaý no apàý napàt perurastu úaý naá påúnir bhavatu devagopà.
(Ågveda: 7.35.13)
Tuhan (devaá) yang tak terlahirkan (ajaá) selalu berjalan satu arah (ekapàd) memberikan kedamaian kepada kami (úamnaá), awan (ahirburdhanyaá) memberikan kedamaian kepada kami (úaý), air samudra memberikan keda-maian kepada kami (samudrah saý) air di awan yang hanya turun di musim hujan (apàm napàt) semoga memberikan kedamaian kepada kami (úaýno). Demikian pula semoga Tuhan menjauhkan kami dari segala duka (peruá), dan selalu memberikan kedamaian pada kami (úamnaá). Dia yang memenuhi segala ruang dan waktu (påúniá), pelindung kebaikan (devagopà), berikanlah kedamaian kepada kami (naá úaý bhavatu).

’Oh Tuhan yang tak terlahirkan, yang selalu berjalan satu arah serta yang selalu memberikan kedamaian pada kami. Semoga Engkau memberikan perdamaian kepada kami. Semoga air samudera dan titik-titik hujan di langit juga memberikan kedamaian kepada kami. Semoga juga Engkau menjauhkan kami dari duka. Wahai Engkau yang memenuhi ruang dan waktu, pelindung kebaikan, berikanlah kedamaian kepada kami’.

Manusia pada waktu lelah dengan aktivitas sehari-hari akan merasakan bahwa rutinitas itu membuat adanya rasa sedih, marah, bahagia, dan sebagainya. Sementara itu pada malam harinya dia minta perlindungan Tuhan yang merupakan satu-satunya yang bisa memberikan kedamaian pada dirinya. 

Àcàrya Vinobabhave menulis dalam buku hariannya bahwa dirinya pada pagi hari mulai memuja Tuhan, kemudian ke lapangan untuk mendengarkan cerita orang-orang, dan pada sore hari berusaha menyelesaikan masalah-masalah mereka. Semua itu dilakukannya karena dia ingin semua manusia berbahagia dalam hidupnya. Rutinitas tersebut dilakukannya setiap hari dan sewaktu istirahat di malam hari dia selalu minta perlindungan Tuhan. Dengan rutinitas ini pula dia merasakan kebahagiaan. 

Hal itu mungkin tercipta bagi orang-orang yang sudah bisa menjauhkan diri dari kepentingan diri sendiri karena telah memasrahkan hidupnya kepada Tuhan, dan sama sekali tidak berambisi untuk menjadi orang terkenal, kaya, berkuasa, dan sebagainya. Mereka juga tidak ingin terlahirkan kembali di dunia ini dan tidak perlu mencari surga. Mereka hanya punya satu keinginan yang pasti yaitu menjalani hidupnya dengan mengabdikan diri atau melayani sesama yang tertimpa kesulitan.

Manusia dengan kemampuannya yang terbatas tidak akan bisa melaksanakan segala pekerjaan secara sempurna. Tetapi dia wajib menyelesaikan tugas yang diembannya dari Tuhan. Supaya dia bisa menyelesaikan tugasnya secara baik dan penuh rasa tanggung jawab, dia harus meminta karunia-Nya karena usaha apa pun yang dilakukan tanpa karunia Beliau akan sia-sia. 

Jadi dengan kesadaran itu, kita akan bisa menyikapi segala hal dengan bijaksana, karena mungkin saja dalam kehidupan ini akan datang banyak gejolak. Tetapi dengan menciptakan suasana damai kita akan mampu menyelesaikan semua hal dalam kehidupan ini. Sebenarnya lingkungan sangat mempe-ngaruhi kedamaian itu. 

Pada waktu seorang åûi mengucapkan mantra, dia ingin semua alam dalam keadaan damai, awan dan hujan turun pada musimnya atau pada saat diperlukan, dan air samudera agar tenang, dan lain-lainnya. Semuanya dimohon berjalan dengan penuh ketenangan sehingga kedamaian bisa terwujud, dan akibatnya semua mahluk bisa hidup bahagia. Hal tersebut juga dibahas dalam mantra diatas, bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang memberi karunia kedamaian kepada segala ciptaan-Nya. Alam semesta yaitu awan, sùrya, air samudra dan sebagainya, juga diberikan kedamaian, sehingga kedamaian itu pada akhirnya sampai pada manusia. 

Para sarjana barat berpendapat bahwa Veda adalah ciptaan manusia primitif yang takut pada alam, sehingga manusia itu mengucapkan mantra Veda. Hal itu jelas tidak benar. Dapat dibuktikan bahwa bagaimana pun kemajuan peradaban manusia dan perkem-bangan teknologi, tetap tidak mengatasi hukuman alam seperti banjir, gempa, topan, wabah penyakit, dan sebagainya. Jadi pendapat sarjana itu sangat tidak mendasar dan salah. 

Padahal sebenarnya Veda itulah puncak keberhasilan para åûi yang memperkenalkan mantra-mantra kepada manusia untuk memahami kekuasaan Tuhan, sehingga kita mengerti dan mohon agar tidak terjadi bencana alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar