Senin, 02 Juli 2012

Nama Baik

NAMA BAIK


Aayuto Ahamyuto me AaTmayut' me c=uryut' me è[o]myuto 

me p[,o Ayuto me Apano me Vyano Ayuto Ah' svR" --


Ayuto aham ayuto me àtmàyutaý me cakûur ayutaý me úrotramayuto me pràóo ayuto me apàno ayuto me vyàno ayuto ahaý sarvaá.
(Ath: 19. 51.1)
Oh Tuhan, saya menjadi bebas dari kritikan (ayuto aham), àtma-ku menjadi bahagia (ayuto àtmà), demikian juga mata (cakûu), telinga (úrotram), prana (pràóo), apàna, dan vyàna, serta semua anggota badan menjadi sehat dan saya menjadi bebas dari segala jenis kritikan di dunia (ayuto sarvaá).

Oh Tuhan, saya menjadi bebas dari kritikan, àtmà-ku menjadi bahagia, demikian juga mata, telinga, pràóa, apàna dan vyàna serta semua anggota badan menjadi sehat.

Dalam mantra diatas dijelaskan agar mata, telinga tidak menjadi sasaran kritikan orang lain dan pràóa, apàna, vyàna, udàna dan samàna (jenis angin dalam badan) menjadi sehat. Hal itu berarti semua manusia menyukai kita dan dalam kehidupan tidak ada satupun karma yang membuat nama kita jelek dalam masyarakat.

Terdapat tiga jenis manusia di dunia yaitu adhama, madhyama dan uttama. Manusia adhama yaitu manusia yang mempunyai tujuan hidup hanya untuk menjadi kaya raya. Manusia madhyama bertujuan memperoleh kekayaan dan kehormatan di dunia ini. 

Menurut kesusastraan Sanskrit, kehormatan atau nama baik dalam masyarakat adalah kekayaan itu sendiri. Dapat pula dikatakan bahwa bilamana kekayaan hilang, tidak hilang apa-apa; bilamana kesehatan hilang, berarti ada hilang sesuatu; tetapi bila nama baik hilang atau rusak, berarti segala-galanya hilang di dunia ini. 

Hal ini pula dibahas dalam mantra di atas agar kita tidak mendapatkan hujatan atau kritikan dari orang lain karena kita telah berbuat baik. Seluruh anggota badan selalu sehat demi mendapatkan segala yang baik dalam kehidupan. Setiap manusia ingin agar dia hidup bahagia dan mendapatkan kehormatan dalam masyarakat. 

Dan setelah meninggal, namanya selalu ada atau orang akan selalu mengingatnya. Hal ini bisa kita lihat bahwa di dunia ada yang membuat Pura untuk mendapatkan nama; atau menyumbangkan kekayaan untuk mencari nama di masyarakat. Demikian juga ada yang menulis buku agar namanya selalu ada di dunia ini. 

Filsafat Vedànta mengatakan "brahma satyam jagan mithyà"; bahwa hanya Tuhan lah yang abadi, yang lain semuanya akan musnah. Jelas di sini bahwa walaupun kita melaksanakan karma yang baik supaya mendapatkan nama yang baik, tetapi suatu hari nama baik pun akan hilang dalam Tuhan. 

Tetapi, bukan berarti bahwa tidak perlu mencari nama baik dalam masyarakat. Hal itu perlu agar dengan karma yang baik, seseorang akan mendapatkan kemasyhuran nama dalam masyarakat. Secara badan kasar, orang-orang besar telah tiada, tetapi nama-nama mereka masih bergema seperti Swàmì Vivekànanda, Swàmì Dayànanda, Gandhi dan lain-lain. Oleh karena itu, agar kita menjadi baik dan masyarakat menyukai, maka lakukanlah perbuatan yang dalam Gìtà disebut "niûkàma karma" atau karma tanpa pamrih.

Mantra ini penting agar kita tidak mendapatkan hujatan atau musuh dalam hidup ini. Untuk itu, mantra tersebut perlu diucapkan dan diaplikasikan agar kita bebas dari segala jenis duákha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar