Senin, 02 Juli 2012

Makanan Sattwika

MAKANAN YANG SÀTTVIKA


¤j| vhNt¢rm*t' `*t' py" kIla lMpirñutm( - 

Sv/a Sq tpRyt me pit*n( --

Ùrjaý vahantìramåtaý ghåtaý payaá kìlà lamparisrutam,
Svadhà stha tarpayata me pitån.
(Yajurveda: 2.34)
Para pitara yang ingin mokûa (svadhà stha pitån) puaslah (tarpayata) dengan makanan yang manis (amåtam) mentega (ghåtam) susu dari sapi (payah) buah-buahan matang dari air (kilàlam pariúrutam) karena semua itu memiliki gizi dan energi.

’Wahai semua manusia yang berkeinginan mendapatkan mokûa, puaslah engkau dengan memakan makanan yang manis seperti mentega, susu sapi, buah-buahan yang matang, dan air, oleh karena semuanya itu mengandung gizi yang baik’.

Selain menyelidiki Tuhan, àtma dan tujuan kehidupan manusia, para åûi juga menyelidiki tentang makanan, termasuk apa yang perlu dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Para åûi percaya bahwa melalui makanan yang sàttvika kita menyucikan satva dan penyucian satva ini akan menyebabkan daya ingat kita menjadi berkembang. Dengan makan makanan yang mengandung berdosa seseorang akan cepat meninggal dunia (alasyàdanndosacca mrtyur pipràñji-ghàýsati) (Manu).

Dalam Veda kita disarankan makan makanan yang sàttvika. Makanan yang sàttvika meliputi nasi, sayur-sayuran, mentega, susu dan yang tumbuh dari alam. Makanan yang sàttvika akan membantu mengendalikan pikiran dan mendekatkan diri dengan Tuhan. 

Jika seseorang sudah menjadi sàttvika, dia tidak ingin binatang-binatang dibunuh untuk dimakan karena pada waktu itu akan muncul pikiran bahwa seluruh mahluk yang ada hidup bersama dengan bahagia. Jika kita membunuh binatang maka live and let live akan hilang. Oleh kare-na itu terdapat banyak mantra dalam Veda yang mengatakan mà hiýsin paúùn pàhi (Yajurveda: 1-1). Jangan membunuh binatang-binatang, tetapi lindungilah mereka. 

Untuk mengetahui pendapat Veda tentang sàttvika dikatakan anàgohatyà vai bhìmà kåtye mà no gàmaúvaý puruûam vadhìá,.. - Atharvaveda: 10-1-29. Membunuh mahluk yang tidak bersalah ada-lah dosa, untuk itu dalam mantra tersebut dikatakan, "wahai hiýsà, jangan kamu membunuh sapi, kuda dan manusia di mana pun kamu (hiýsà) bersembunyi kami akan mengeluarkanmu." 

Demikian juga dalam Ågveda: 10-46-5, dikatakan bahwa seseorang vànaprastha yang tinggal di hutan diharapkan tidak dapat gangguan dari binatang-binatang karena dia makan buah-buahan dan sayur-sayuran. Di sini jelas seorang vànaprastha tidak punya keinginan untuk membunuh binatang, karena binatang menjadi sahabatnya. Demikian juga dalam Ågveda dikatakan, wahai petani berikanlah kami air yang manis, susu, mangga yang matang (kûetrasya pate madhumanta mùrmi....) - Ågveda: 4.57.2). 

Dengan demikian tidak ada satupun contoh dalam seluruh Veda yang mengajarkan pembunuhan terhadap binatang bagi kebahagiaan manusia, karena dalam mantra-mantra dalam Veda dikatakan bahwa semua mahluk yang ada di dunia hidup bersama dengan bahagia tanpa gangguan siapa pun. 

Dalam Mànava Dharmaúàstra makanan tamasa, yaitu daging dan minuman keras bukanlah makanan untuk manusia. Yakûarakûaá piúàcànnaý madyam màýsam suràsavam (Manu). Demikian juga dalam Upaniûad dikatakan sebenarnya apa pun yang tumbuh dari alam adalah makanan bagi manusia, seperti buah-buahan, beras, gandum dan lain-lain.  

Ågveda: 10-146-6, mengatakan bahwa melalui pertanian manusia mendapatkan makanan (...bahvannàmakåûìvalàm). Dalam Ràmàyaóa, Ayodhyà Kàóða: 30,Ràma mengatakan bahwa, "Saya tinggal di sini dengan makanan berupa buah-buahan di tempat Guharja". Dalam Mahàbhàrat disebutkan: "Pada zaman kali yuga nanti manusia akan tinggal di negara-negara di mana terdapat makanan dari tumbuh-tumbuhan, yaitu gandum, beras, buah-buahan dan lain-lain: ye yavànna janapada." (Mahàbhàrata; Vanaparva 190).

Dengan demikian, jelas jika seseorang ingin mencari kebahagiaan dan ingin mendekatkan diri kepada Tuhan, lebih baik manjadi sàttvika karena makanan-makanan seperti daging dan lain-lain bersifat tamasa dan bagi orang tamasa sulit mendekatkan diri kepada-Nya. Karena itu Veda, Upaniûad, Ràmàyaóa, Mahàbhàrata dan seluruh buku suci menyatakan bahwa dibandingkan dengan seorang yang makan makanan tamas, seorang sàttvika akan lebih cepat mendapatkan mokûa, bebas dari segala penyakit dan hidupnya juga akan panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar