Rabu, 20 Juni 2012

Evolusi Jìwa (Makhluk Cakrawala dan Sang Absolut)

Makhluk Cakrawala dan Sang Absolut


Dalam perjalanan evolusi yang semakin meningkat, bahkan sang penguasa jagat raya itu sendiri akan terus berevolusi. Adapun makhluk cakrawala adalah hasil evolusi berikutnya dari sang penguasa jagat. Salah satu makhluk cakrawala itu adalah sang penguasa tata surya kita ini, yang memimpin segala evolusi di alam seluas wilayah dari matahari dengan seluruh planet-planetnya. Oleh kaum mistikus dari beberapa tradisi yoga. beliau disebut sang Logos Sùrya, atau dewa Matahari, dewa Sùrya.

Satu tata surya terdiri dari satu bintang utama yang diorbit oleh banyak planet. Planet diorbit oleh satu atau beberapa buah satelit. Satu galaksi terdiri dari banyak tata surya, bermilyar-milyar bintang. Bintang kita bernama matahari, planit kita bernama bumi dan satelitnya adalah bulan. 

Planit lainnya adalah Merkurius (BUDDHA-GRAHA), Venus (ÚUKRA-GRAHA), Mars (AÒGARAKA-GRAHA), Yupiter (BÅHASPATI-GRAHA), Neptunus, Uranus, Saturnus (ÚANAIÚCARA-GRAHA), Pluto (planit yang baru diketahui), yang masing-masing memiliki satu atau beberapa buah satelit. Di seluruh alam semesta raya ini terdapat bermilyar-milyar galaksi. Setiap bintang mengorbit bintang lain yang lebih kuat dan setiap galaksi mengorbit galaksi lain yang lebih kuat.


Jadi, kita telah memahami betapa adanya keteraturan di seluruh alam semesta raya ini, yang menunjukkan adanya suatu keberadaan Mahacerdas, yang mendasari semuanya ini. Dan lebih halus dari semuanya ini masih ada alam-alam lain yang jauh lebih memukau dan dahsyat dari pada alam fisik ini. 

Alam-alam yang lebih halus itu di antaranya adalah: 
  • alam astral, 
  • alam mental, 
  • alam buddhi, 
  • alam Àtma (nirvàóa)
  • alam anupadaka (parinirvàóa)
  • alam adi (mahàparinirvàóa). 
Masing-masing dari alam itu mempunyai partikel-partikelnya sendiri yang semakin halus, seperti cahaya matahari yang menembus air yang bening; seperti gelombang radio yang menembus dinding tembok. Alam-alam halus itu juga berada di sini menembus alam fisik kita ini.

Masih ada alam semesta yang lebih halus lagi, yaitu alam semesta yang tak termanifestasikan, di mana para logos kosmis berevolusi. Seluruh alam semesta raya ini beserta seluruh mahluknya termasuk seluruh logos adalah percikan atau diferensiasi Tuhan Mahaagung Yang Mutlak (parabrahman)

Yang Mutlak merupakan sumber dari segalanya, sumber dari yang termanifestasi dan yang tak termanifestasi. Dengan demikian, logos merupakan keberadaan yang perkembangan potensi jìwaninya telah membuatnya dapat mewaspadai satu tatanan tata surya beserta makhluk penghuni di dalamnya; yang auranya membentang seluas tata surya itu sendiri.

Seluruh planet dan satelit serta semua bentuk kehidupan pada satu tata surya, bereksistensi melalui sang logos, seolah-olah sebagaimana halnya semua warna pelangi yang bereksistensi melalui lensa prisma dari cahaya putih. Semuanya tetap bersumber pada Yang Mutlak. 

Sebagaimana halnya seluruh anak-anak bereksistensi secara jasmaniah maupun jìwaniah, tetap bersumber pada Tuhan; demikian pula halnya jìwa kita masing-masing bereksistensi melalui sang logos tata surya kita walaupun setiap jìwa kita masing-masing termasuk jìwa logos-logos, semuanya tetap merupakan percikan sang Maha mutlak. Pembentangan potensi kesadaran sang logos di alam semesta yang termanifestasi sedang mencapai puncaknya. Evolusi berikut bagi sang logos adalah di alam-alam yang tak bermanifestasi.

Telah dijelaskan bahwa melalui proses evolusi, setiap makhluk termasuk manusia pada suatu ketika juga pasti mencapai tahapan evolusi tingkat logos. Tetapi cepat atau lambatnya manifestasi pencapaian itu langsung ditentukan oleh penerapan akal sehat kita pada setiap tahapan evolusi. 

Kemurnian, kecerdikan dan kecerdasan serta efisiensi kita masing-masing di dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari di keabadian saat ini demi saat berikutnya. Evolusi yang dinaungi dan dibimbing oleh hukum reinkarnasi (punarbhàva) dan hukum karma (karmaphala) memastikan kita bahwa masing-masing dari kita pasti akan mencapai tahapan evolusi tersebut. 

Tetapi, jika kita keliru menjalani kehidupan kita maka pencapaiannya menjadi lebih lama nantinya. Hal yang keliru ini di antaranya adalah kehidupan yang tak bermoral. 

Tetapi perlu disadari bahwa:  
Engkau akan memasuki cahaya-Nya (cahaya mutlak), namun tak akan pernah menyentuh nyala api-Nya (sang Mutlak).
Yang Absolut (parabrahman) selamanya mutlak; walaupun seluruh kehidupan dalam kesejatianNya merupakan kehidupan tunggal sang Mutlak itu sendiri, seperti halnya tak tersentuhnya ketenangan air di dasar lautan oleh deburan ombak di permukaan lautan, walaupun air di dasar dan di permukaan adalah satu, yaitu lautan itu sendiri.

Ketinggian sang logos itu sebagian besar tak dapat kita pahami. Di antara misi sang logos yang dapat kita pahami adalah menyediakan dan memimpin medan evolusi seluas satu tata surya pada pembentangan potensi kesadaran Ilahi setiap makhluk, termasuk manusia, dewa-dewa dan makhluk-makhluk lainnya. 

Dalam kegiatannya, logos surya dibantu oleh organisasi pemerintahan gaibnya yang rapi. Utamanya adalah oleh tujuh keberadaan agung yang menjadi saluran utamanya. Dalam Hindùisme, beliau dikenal sebagai tujuh prajàpati (penguasa makhluk). Kaum Zoroaster menyebutnya tujuh Amesha Spenta. Kaum Ibrani menyebutnya tujuh malaikat di muka tahta Tuhan.

Sang logos membimbing setiap partikel dan setiap makhluk menuju kesempurnaannya masing-masing, terserap melalui sang logos menuju ke peleburan setiap jìwa ke dalam sang Mutlak. Ini berarti pula membimbing kesadaran jìwa yang pada suatu ketika memakai mineral sebagai badan jasmaninya hingga jìwa tersebut berkesadaran logos.

Inilah yang dipelajari siswa jìwani dan setiap orang yang memahami misi ketuhanan ini akan serta merta melupakan kepentingan pribadinya sendiri dan melibatkan seluruh kehidupannya pada pelayanan rencana Tuhan. 

Karena itu seharusnya kita mengembangkan semangat alturisme yaitu menginginkan kebahagiaan makhluk lain. Setiap orang harus melepaskan sifat mementingkan diri sendiri dan menyadari bahwa setiap makhluk lain apa pun, betapa pun baik atau buruknya, dalam tahapan evolusi sementara ini, ia bersama-sama mereka berbagi hidup tunggal, yaitu kehidupan sang Mutlak itu sendiri. 

Semuanya merupakan percikan sang Mutlak. Ini merupakan dasar persaudaraan universal; persaudaraan yang tak bisa dihancurkan.

Jadi, kita harus menyadari dengan seluruh eksistensi kita bahwa kita perlu menyatu dengan kasih, bukan untuk mengasihi atau pun dikasihi melainkan untuk menjadi kasih itu sendiri dalam nama Tuhan, sebagaimana halnya matahari yang menyatu dengan cahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar