Makhluk Cakrawala dan Sang Absolut
Dalam perjalanan evolusi yang semakin meningkat, bahkan sang
penguasa jagat raya itu sendiri akan terus berevolusi. Adapun makhluk cakrawala
adalah hasil evolusi berikutnya dari sang penguasa jagat. Salah satu makhluk
cakrawala itu adalah sang penguasa tata surya kita ini, yang memimpin segala
evolusi di alam seluas wilayah dari matahari dengan seluruh planet-planetnya.
Oleh kaum mistikus dari beberapa tradisi yoga. beliau disebut sang Logos
Sùrya, atau dewa Matahari, dewa Sùrya.
Satu tata surya terdiri dari satu bintang utama yang diorbit
oleh banyak planet. Planet diorbit oleh satu atau beberapa buah satelit. Satu
galaksi terdiri dari banyak tata surya, bermilyar-milyar bintang. Bintang kita
bernama matahari, planit kita bernama bumi dan satelitnya adalah bulan.
Planit
lainnya adalah Merkurius (BUDDHA-GRAHA),
Venus (ÚUKRA-GRAHA), Mars (AÒGARAKA-GRAHA),
Yupiter (BÅHASPATI-GRAHA), Neptunus, Uranus,
Saturnus (ÚANAIÚCARA-GRAHA), Pluto (planit
yang baru diketahui), yang masing-masing memiliki satu atau beberapa buah
satelit. Di seluruh alam semesta raya ini terdapat bermilyar-milyar galaksi. Setiap
bintang mengorbit bintang lain yang lebih kuat dan setiap galaksi mengorbit
galaksi lain yang lebih kuat.
Jadi, kita telah memahami betapa adanya keteraturan di
seluruh alam semesta raya ini, yang menunjukkan adanya suatu keberadaan
Mahacerdas, yang mendasari semuanya ini. Dan lebih halus dari semuanya ini
masih ada alam-alam lain yang jauh lebih memukau dan dahsyat dari pada alam
fisik ini.
Alam-alam yang lebih halus itu di antaranya adalah:
- alam astral,
- alam mental,
- alam buddhi,
- alam Àtma (nirvàóa),
- alam anupadaka (parinirvàóa),
- alam adi (mahàparinirvàóa).
Masing-masing dari alam itu mempunyai partikel-partikelnya sendiri yang semakin
halus, seperti cahaya matahari yang menembus air yang bening; seperti gelombang
radio yang menembus dinding tembok. Alam-alam halus itu juga berada di sini
menembus alam fisik kita ini.
Masih ada alam semesta yang lebih halus lagi, yaitu alam
semesta yang tak termanifestasikan, di mana para logos kosmis berevolusi.
Seluruh alam semesta raya ini beserta seluruh mahluknya termasuk seluruh logos
adalah percikan atau diferensiasi Tuhan Mahaagung Yang Mutlak (parabrahman).
Yang Mutlak merupakan sumber dari segalanya, sumber dari yang termanifestasi
dan yang tak termanifestasi. Dengan demikian, logos merupakan keberadaan yang perkembangan
potensi jìwaninya telah membuatnya dapat mewaspadai satu tatanan tata surya
beserta makhluk penghuni di dalamnya; yang auranya membentang seluas tata surya
itu sendiri.
Seluruh planet dan satelit serta semua bentuk kehidupan pada
satu tata surya, bereksistensi melalui sang logos, seolah-olah sebagaimana
halnya semua warna pelangi yang bereksistensi melalui lensa prisma dari cahaya
putih. Semuanya tetap bersumber pada Yang Mutlak.
Sebagaimana halnya seluruh
anak-anak bereksistensi secara jasmaniah maupun jìwaniah, tetap bersumber pada
Tuhan; demikian pula halnya jìwa kita masing-masing bereksistensi melalui sang
logos tata surya kita walaupun setiap jìwa kita masing-masing termasuk jìwa
logos-logos, semuanya tetap merupakan percikan sang Maha mutlak. Pembentangan
potensi kesadaran sang logos di alam semesta yang termanifestasi sedang
mencapai puncaknya. Evolusi berikut bagi sang logos adalah di alam-alam yang
tak bermanifestasi.
Telah dijelaskan bahwa melalui proses evolusi, setiap makhluk
termasuk manusia pada suatu ketika juga pasti mencapai tahapan evolusi tingkat
logos. Tetapi cepat atau lambatnya manifestasi pencapaian itu langsung
ditentukan oleh penerapan akal sehat kita pada setiap tahapan evolusi.
Kemurnian, kecerdikan dan kecerdasan serta efisiensi kita masing-masing di
dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari di keabadian saat ini demi saat
berikutnya. Evolusi yang dinaungi dan dibimbing oleh hukum reinkarnasi (punarbhàva)
dan hukum karma (karmaphala) memastikan kita bahwa
masing-masing dari kita pasti akan mencapai tahapan evolusi tersebut.
Tetapi,
jika kita keliru menjalani kehidupan kita maka pencapaiannya menjadi lebih lama
nantinya. Hal yang keliru ini di antaranya adalah kehidupan yang tak bermoral.
Tetapi perlu disadari bahwa:
Engkau akan memasuki cahaya-Nya (cahaya mutlak), namun tak akan pernah menyentuh nyala api-Nya (sang Mutlak).
Yang Absolut (parabrahman) selamanya mutlak;
walaupun seluruh kehidupan dalam kesejatianNya merupakan kehidupan tunggal sang
Mutlak itu sendiri, seperti halnya tak tersentuhnya ketenangan air di dasar
lautan oleh deburan ombak di permukaan lautan, walaupun air di dasar dan di
permukaan adalah satu, yaitu lautan itu sendiri.
Ketinggian sang logos itu sebagian besar tak dapat kita
pahami. Di antara misi sang logos yang dapat kita pahami adalah menyediakan dan
memimpin medan evolusi seluas satu tata surya pada pembentangan potensi
kesadaran Ilahi setiap makhluk, termasuk manusia, dewa-dewa dan makhluk-makhluk
lainnya.
Dalam kegiatannya, logos surya dibantu oleh organisasi pemerintahan
gaibnya yang rapi. Utamanya adalah oleh tujuh keberadaan agung yang menjadi
saluran utamanya. Dalam Hindùisme, beliau dikenal sebagai tujuh prajàpati
(penguasa makhluk). Kaum Zoroaster menyebutnya tujuh Amesha
Spenta. Kaum Ibrani menyebutnya tujuh malaikat di muka tahta Tuhan.
Sang logos membimbing setiap partikel dan setiap makhluk
menuju kesempurnaannya masing-masing, terserap melalui sang logos menuju ke
peleburan setiap jìwa ke dalam sang Mutlak. Ini berarti pula membimbing
kesadaran jìwa yang pada suatu ketika memakai mineral sebagai badan jasmaninya
hingga jìwa tersebut berkesadaran logos.
Inilah yang dipelajari siswa jìwani dan setiap orang yang
memahami misi ketuhanan ini akan serta merta melupakan kepentingan pribadinya
sendiri dan melibatkan seluruh kehidupannya pada pelayanan rencana Tuhan.
Karena itu seharusnya kita mengembangkan semangat alturisme yaitu menginginkan
kebahagiaan makhluk lain. Setiap orang harus melepaskan sifat mementingkan diri
sendiri dan menyadari bahwa setiap makhluk lain apa pun, betapa pun baik atau
buruknya, dalam tahapan evolusi sementara ini, ia bersama-sama mereka berbagi
hidup tunggal, yaitu kehidupan sang Mutlak itu sendiri.
Semuanya merupakan
percikan sang Mutlak. Ini merupakan dasar persaudaraan universal; persaudaraan
yang tak bisa dihancurkan.
Jadi, kita harus menyadari dengan seluruh eksistensi kita
bahwa kita perlu menyatu dengan kasih, bukan untuk mengasihi atau pun dikasihi
melainkan untuk menjadi kasih itu sendiri dalam nama Tuhan, sebagaimana halnya
matahari yang menyatu dengan cahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar