Rabu, 20 Juni 2012

Kisah Tiga Raksasa


Kisah Tiga Rakûasa
Suatu kali, ada tiga rakûasa yang jahat. Mereka menginginkan kekuatan dan kekuatan yang lebih banyak lagi untuk diri mereka. Mereka memuja Brahma, Sang pencipta dengan konsentrasi yang tàmasik dan memiliki keinginan yang egois ingin mengalahkan para dewa. 


Karena keinginan jahat mereka, Brahma muncul dihadapan mereka. Mereka berkata, “Kami ingin menjadi takterkalahkan dan sangat kuat, tidak dapat dikalahkan oleh siapapun kapanpun dan dimanapun di jagat-raya ini!”

Brahma sang pencipta berpikir, “Aku harus menciptakan anugerah yang sedikit menjebak. Jika aku memberikan mereka kekuatan ini, maka mereka akan merebut singgasana surga!” Brahma mengabulkan permintaan mereka, “Aku memberikan anugerah ini dengan satu pengecualian. 

Kalian akan membangun kota di udara terbuat dari emas, dari perak dan juga dari besi. Ketiga kota itu akan seperti planet yang besar. Kota ini akan memiliki matahari, bulan dan yang lainnya. Tetapi dalam seribu tahun sekali, kota ini akan menjadi satu dan pada saat itu, hanya dengan satu panah saja Dewa Úiva akan menghancurkannya. Dewa Úiva akan memanah kota ini ketika kota ini menjadi satu. 

Kemudian kalian dan kota itu akan hancur selamanya, menjadi abu. Atau, membutuhkan seribu tahun lagi bagi kota itu untuk menyatu lagi, dan pada saat itu kalian tidak akan bisa dikalahkan oleh siapapun dimanapun dan kapanpun. Dengan mengatakan semua ini, Sang Pencipta menghilang

Para rakûasa ini, amat bahagia, mereka memerintah semua bidadari dan yang lainnya. Mereka menciptakan matahari dan bulan mereka sendiri. Mereka tidak terkalahkan, dan menikmati hidup mereka, menari dan melakukan segala hal. Semua dewa sangat prihatin. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam kesedihan mereka ingat memuja Gaóeúa, kesulitan kami akan berakhir dan merekapun terus memuja Putra dewa itu.

Sehingga para dewapun menghaturkan doa. Gaóeúa, berkenan dengan doa ini dan dengan segera meminta ayahnya, Dewa Úiva untuk mengambil panah pàúupata, panah bertuah, untuk menghancurkan semua kekacauan.

Dewa Úiva melihat bahwa saat itu adalah saat yang tepat, karena ketiga kota itu menyatu setelah seribu tahun. Saat itu sangatlah penting, ia menjadikan Gunung Meru sebagai busurnya dan ular úakti Vàsukì, sebagai senar busur itu. Dan Mahàviûóu sendiri sebagai pàúupata, seluruh jagat raya ini sebagai keretanya, dan keempat Veda sebagai kuda-kudanya.

Ia menarik busur itu, bersiap-siap ketika panah itu akan mengenai sasaran dan menghancurkan tiga kota yang akan membawa kebebasan.

Kemudian mereka mencoba melepaskan panah, tetapi ada sesuatu yang salah. Walaupun saat itu sangat tepat, dan Ia adalah Úiva yang agung, namun betapapun ia menarik busur, namun tidak bergerak sama sekali. Dalam wujud panah, Mahàviûóu sendiri disana. Dewa Úiva bertanya, “Apanya yang salah? Kenapa benda ini tidak bergerak sedikitpun?”

Dewa Viûóu berkata, “Lihatlah! Lihatlah pada ujung panah yang runcing itu. Disana, yang sebesar kutu, putramu Gaóeúa duduk disana dan ia tidak mengijinkan aku untuk menghancurkan para rakûasa itu!”

Dewa Úiva, terkejut dan menyapa Gaóeúa. “Kenapa engkau membuat masalah, putraku?”

“Ya,” jawab Gaóeúa, “Engkau telah memberiku kekuatan dan berkata sebelum kegiatan apapun, terutama kegiatan penting seperti ini, engkau harus mengingatku. Aku tidak akan membiarkan bahkan ayahku melakukan kegiatan ini terkecuali aku dipuja terlebih dahulu.!”

Kemudian dewa Trimùrti berkata, “Baiklah, Gaóeúa bukan hanya penghalau rintangan, tetapi ia juga pembuat masalah!” Kemudian, dewa Trimùrti menghaturkan doa pada Gaóeúa. Setelah meneriakkan kata ‘Jai!’ padanya maka iapun turun dari ujung panah. Dan jutaan kilatan cahaya berkumpul, Ia membuat panah itu menghancurkan sasaran dengan berkahnya.

Ketiga kota berarti tiga tubuh anda—badan kasar, badan astral dan badan kausal. Ego mencoba memerintah kota-kota ini yang adalah tempat untuk menyadari keberadaan kebenaran. Ego ingin mengatur kota ini, saat terjaga (tubuh fisik), saat mimpi dalam badan astral, dan tidur nyenyak tanpa mimpi dalam badan kausal.

Membutuhkan seribu kehidupan atau bahkan lebih, sepuluh ribu jam, atau bulan, atau tahun, hingga engkau menemukan Guru, inisiasi, mantra dan keyakinan. Ketika mereka dikumpulkan bersama, maka engkau bisa menghancurkan ketiga kota, yang berarti bebas dari keterikatan tubuh dan mendapatkan kesadaran tubuh.

Ketika Dewa Úiva menaklukkan ketiga kota ini, terompet ditiup, bunga ditaburkan dan para åûi seperti Tumbura dan Nàrada menari diatas awan menyanyikan keagungan Dewa Úiva dan Gaóeúa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar