Sabtu, 16 Juni 2012

Dewa Indra dan Bangkai Babi

Kebenaran itu selalu bersinar.
Pikiran yang egoislah yang selalu berawan.


Di dalam dirimu terdapat cahaya-Nya. Engkau tidak bisa meminjam cahaya orang lain untuk melihat cahaya itu. Tuhan sendiri adalah Cahaya dari semua cahaya. 


Tujuan dari semua doa, pùjà (pelayanan pemujaan), satsang (berteman dengan orang suci), yoga, latihan pernafasan, and terutama japa mantra (menyebut nàma Tuhan berulang-ulang) adalah untuk menenangkan pikiran dan membawa kedamaian itu ke dalam hati.

Akan sangat baik apabila dalam perjalanan meditasi ini anda dibimbing oleh seorang Guru. Kemudian dengan mudahnya, tanpa usaha, dengan bahagia dan rasa senang pikiran anda telah mengalami penerangan. Dalam Bahasa Sanskerta “man” berarti pikiran; “tra” berarti yang membawamu melampaui pikiranmu. Vibrasi mantra menghilangkan kegalauan pikiran dan memberikan anda kedamaian pikiran. Mantra memiliki kekuatan untuk menenangkan emosi anda. 

Mantra memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dari dalam dan luar. Mantra mempersembahkan pada anda keinginan Tuhan. Nàma suci Tuhan, kata Tuhan — Gaóeúa. Ketika kecerdasan pikiran dijernihkan dengan menenangkan pikiran dalam meditasi, dengan bantuan mantra, cahaya Àtman (Sang Diri), Kebenaran akan terungkap padamu.

Kebenaran yang paling misterius, yang terdapat dalam diri kita semua juga mengambil wujud. Sebagai sebuah ilustrasi, listrik yang tidak memiliki warna tetapi memiliki kekuatan. Ketika kekuatan listrik itu ada pada bola lampu, maka warna listrik itu menjadi seperti bola lampu itu. Demikian juga dengan terus menerus mengucapkan mantra, maka warna pikiran kita akan merasakan kedamaian yang ada dalam mantra itu. Dan pikiran yang damai itu akan mengusir semua pikiran jahat, yang seperti rakûasa atau àsura.

Pikiran manusia adalah sekumpulan pikiran, campuran yang kompleks dari tiga guóa (sattwaguóa, rajoguóa, tamoguóa) yang ada. Ketika pikiran itu didominasi oleh tamo guóa, maka anda akan menjadi tidak aktif dan malas. Ketika dipengaruhi oleh rajoguóa, maka anda akan menjadi aktif. Dan ketika dengan kekuatan mantra, pikiran anda menghilangkan tamas dan rajas, kegelapan dan the dualitas, anda akan memiliki pikiran sattva guóa (tenang dan tidak resah). Dalam keadaan itu, kebenaran yang tertinggi memperlihatkan dirinya padamu. Selama anda memiliki sifat yang sattva guóa, maka anda sangat dekat dengan Kebenaran.

Kita semua haruslah merasa bahwa kita bagian dari Tuhan, karena kita berasal dari-Nya. Kemuliaan itu ada pada diri setiap orang, jadi masing-masing orang memiliki potensi kemuliaan. Tidaklah mungkin anda begitu jahatnya, sangat jahat dan anda harus dikutuk di neraka selamanya. Anda hanya berbuat jahat pada batasan tertentu saja, sesuai dengan kapasitas kejahatan anda. Setelah mencapai kapasitas itu, maka anda harus berbuat baik lagi karena tidak ada kejahatan atau keburukan lagi yang harus dilakukan. 

Dan itulah mengapa anda kembali ke jalan yang benar. Swami Vivekànanda selalu memberikan dorongan kepada orang-orang dengan mengatakan, ‘Jika anda tidak bisa berbuat baik, maka paling tidak lakukanlah hal yang buruk. Karena ketika anda melakukan hal yang buruk maka anda akan ditendang oleh hukum karma yang akan membuat anda belajar. Maka anda akan kembali ke jalan yang benar.”

Ego kita seperti seekor babi yang gemuk yang selalu ingin berkubang. Selalu ingin berkubang pada apa yang disebut dengan ‘kenyamanan diri.’ Kecenderungan itu ada dalam setiap diri kita. Kita memiliki daging, kita memiliki ego dan kita memiliki sisi keindahan dalam diri kita. Perjuangan antara tubuh dan jiwa kita benar-benar hidup. Semakin anda menjalani hidup berdasar pada ego, maka akan semakin menderitalah anda. 

Semakin anda menjalani hidup berdasar pada jiwa maka akan lebih berbahagialah anda. Setiap orang ingin bahagia karena itulah hak lahir mereka. Tetapi tidak ada yang akan merasa bahagia sebelum menyadari Sang Diri (Àtman). Sementara itu semuanya adalah kesedihan, penderitaan dan dualitas.

Kita belajar secara perlahan. Alam seperti sebuah buku dan setiap kehidupan yang diberikan pada kita seperti sebuah halaman. Pertama anda membuka halaman tentang Hindu, kemudian Kristen atau kemudian agama lain. Dan pada dasarnya anda akan merasakan semuanya adalah sama. Semuanya ada dalam buku yang sama, hanya saja halamannya yang berbeda. Setiap hari kita, juga demikian, seperti membuka sebuah halaman. Setiap hari ada harapan. 

Apakah hal ini kabar yang baik? Tidak perduli berapa doûa yang anda telah buat, berapa banyak karma yang telah anda lakukan, jiwa anda pada dasarnya tidak bisa menjadi yang lain selain menyadari Tuhan. Karena jiwa kita berasal dari Tuhan, dan harus kembali ke Tuhan. Ada yang berjalan, ada yang naik kereta kuda, ada yang memakai mobil ada yang dengan pesawat terbang — semuanya, pada akhirnya akan mencapai Tuhan.

Tuhan tidaklah terburu-buru. Anda bisa mengambil jalan mana yang anda inginkan. Hukum karma akan mengajari kita semua. Tetap saja kita tidak bisa melarikan diri dari Tuhan karena kita berada dalam perut-Nya. Bahkan dengan semua pesawat kita, pasukan, perang, kita tetap saja seperti makhluk kecil, seperti ulat yang ada pada buah pohon beringin. 

Jika dibandingkan dengan Tuhan, tubuh kita seperti, makhluk-makhluk itu. Tetapi jiwa suatu hari akan bangkit dengan kata Guru, atau inisiasi mantra. Inilah yang disebut dengan ‘terlahir dalam Jiwa.’ Kelahiran terjadi di tempat ini. Dan lagi, kita membuat kesalahan, tetapi kembali kita bisa berdiri. Sebuah cerita akan membuat penjelasan ini lebih di mengerti.

Suatu ketika, Indra, pemimpin para dewa, melihat-lihat dalam kelahiran manusia. Ia tidak memahami kenapa orang-orang ini tidak senang ketika mereka diberikan tubuh manusia untuk menyadari akan adanya Tuhan. Bahkan dewa sekalipun ingin sekali memiliki tubuh manusia dengan yang mana mereka bisa mencapai mokûa (pembebasan).

Indra berpikir, “Mengapa manusia, walau dalam wujud binatang bermeditasi dan menyadari kebenaran dan merasa bahagia selamanya? Dan bagaimana caranya aku mengetahui hal ini, kecuali aku menjadi manusia bumi?”. 

Jadi ia berkata pada pelayannya. “Lihat, ada seekor babi mati. Jiwaku akan memasuki tubuh babi itu. Aku ingin tahu kenapa, dalam tubuh binatang, manusia tidak menyadari kebenaran Tuhan. Tetapi aku ingin kau berjanji satu hal. Apabila aku lupa bahwa aku seorang dewa ketika aku berada dalam wujud binatang. Aku memintamu untuk menembakku hingga aku mati, dan terbebas dari tubuh babi ini dan menyadari siapa diriku sebenarnya. 

Ketika Dewa Indra memasuki tubuh babi yang telah mati itu. Ia langsung lupa, bahwa ia adalah Dewa Indra. Ia hanya tahu satu hal bahwa “Aku adalah seekor babi”. Ia mendapat seekor betina dan memiliki banyak sekali anak-anak. Dengan keluarga besarnya ia sangat bahagia, sangat bahagia berkubang dan bermain dalam kubangan lumpur bersama betinanya dan anak-anak mereka. Ya, bagi seekor babi itulah surga!

Pelayan Indra datang membawa senjata, dan ia berkata “Dewa, aku akan membebaskanmu dari semua ini”. Kau adalah Dewa Indra. Babi itu bekata “Omong kosong! Aku bukanlah Dewa Indra. Pergi dari tempat ini.” Tetapi pelayan Dewa Indra itu berkata, “Engkau adalah Indra, pemimpin kami di surga.!” Tetapi babi itu bukannya keluar dari kubangan lumpur tetapi ia bahkan mengajak pelayannya itu untuk bergabung bersamanya. “Kemarilah dan berkubanglah disini.” Maka engkau akan tahu yang mana surga dan yang mana yang tidak. Inilah surga ! 

Lihat bagaimana betinaku dan anak-anakku sangat riang dan gembira bermain di kubangan lumpur ini. Usaha pelayan itu sia-sia, tidak ada kata yang dapat meyakinkan babi itu bahwa ia adalah Dewa Indra. Ini adalah sebuah cerita yang hebat. Cerita ini memiliki makna yang sangat banyak untuk kita semua - mengapa melupakan siapa kita dan mengapa kita berpikir bahwa inilah segalanya.

Tetapi, pada akhirnya, pelayan itu memang harus melepaskan Indra dari tubuh babinya. Sayang sekali babi itu harus dibunuh, karena Indra tidak dapat menyadari Tuhan ketika ia menjadi babi. Hanya dengan membunuh babi itu, yang berarti adalah ego kita, maka kesadaran akan Tuhan akan muncul. 

Ketika Indra telah terbebas dari tubuh babinya ia berkata, “Ketika aku berada dalam tubuh babi, apakah yang telah aku lakukan?” Ketika ia mendengar cerita pelayannya, ia sangat sedih. Sekarang ia baru memahami jiwa dalam tubuh manusia, sebelum egonya dihancurkan oleh Guru dengan kekuatan mantra tidak mampu melihat keindahan, kedamaian dan berkah yang ada dalam jiwa.

Semua mantra seperti senjata. Mantra akan membuat ego menjadi lebih lunak dan menghancurkan tamoguóa dan ràjaguóa. Seperti ego satwika yang tenang berada dalam diri anda. Dengannya, andapun merefleksikan Diri dalam pikiran yang tenang. Sehingga semua pùjà dan mantra bertujuan untuk mencapai keseimbangan, kesamaan dan kemurnian itu.

Jika pikiran baik-baik saja, maka semua akan baik-baik saja. Pikiran adalah penyebab keterikatan, dan pikiran pula yang menyebabkan kebebasan kita. Pikiran ketika dipenuhi dengan Ego, maka disanalah neraka itu. Dan pikiran ketika dipenuhi dengan keseimbangan yang satwika anda tidak perlu mencari surga, karena surga itu ada disini. 

Begitulah, ketika pikiran dipenuhi keegoisan adalah penyebab keterikatan dan juga siklus kematian - kelahiran kembali. Dan pikiran yang bebas dari keegoisan adalah mokûa (bebas) atau surga. Semuanya — surga dan nereka — berada dalam diri anda. Dan ketika anda meninggalkan tubuh anda, apapun yang ada dalam pikiran anda akan tetap anda bawa ke tempat lain. Jadi, untuk menaklukkan pikiran yang liar adalah dengan melakukan yoga dan untuk membuat pikiran tenang dan diam maka kita harus bermeditasi. 

Kebenaran itu selalu bersinar. Pikiran yang egoislah yang selalu berawan. Untuk menyucikan pikiran, mandilah pada saat meditasi. Hirup udara OÝ, tahan OÝ dan hembuskan OÝ. Kemudian dunia akan bermanifestasi untukmu dimanapun itu. Anda tidak perlu mencari Kata Tuhan, karena Kata Tuhan akan berbicara dan bernyayi melalui anda. Semuanya mungkin bagi sebuah Kata karena Kata Tuhan adalah keajaiban yang tertinggi. Kata Tuhan adalah OÝ dan OÝ adalah Gaóeúa.

Kekuatan Kebenaran yang tidak terbataslah yang ada dalam diri anda ketika diberkahi, disebut sebagai 33 juta dewa-dewa dan para bidadari. Tetapi jangan lupa dengan filsafat fundamental dalam semua agama dan memahami hanya ada satu Tuhan. Sama halnya dengan satu listrik yang bermanifestasi melalui semua jenis dan warna, begitu pula Tuhan yang bermanifestasi melalui berbagai wujud. 

Kesemuanya tidak mengacu pada Tuhan yang berbeda. Sang Diri itu, Kebenaran itu dijelaskan pada semua agama dengan mitos dan simbol-simbol yang berbeda. Tetapi kebenaran itu adalah satu, walau disebut dengan banyak nama. Tidak ada seorangpun yang belum pernah mendengar kata OÝ. Karena ketika anda membuka mulut anda maka akan keluar suara “AH”. Semua bahasa di dunia ini dan juga bahasa yang lainnya dimasukkan dalam OÝ yang monosilabik ketika ditulis dalam Bahasa Sanskerta seperti angka 3.

Angka 3 ini adalah tiga dimensi — alam bawah (Patala), alam tengah (martya) dan surga (Swarga). Juga melambangkan badan fisik, badan astral (halus) dan badan kausal. Dalam tubuh kausal terdapat tubuh kausal, penyebab kelahiran dan kematian dimana sebuah potensi yang bernama vasana tersimpan. Ketika tubuh kausal hilang karena pengetahuan tentang Kebenaran, maka anda akan memiliki kelahiran atau kematian lagi. 

Angka tiga melambangkan posisi terjaga, mimpi dan tidur nyenyak. Semua yang tiga — Viûóu. Brahma, Úiva, Putra, Bapa dan Roh kudus termasuk ke dalam 3 ini. Suara nasal yang tetap menggema setelah kita menyanyikan OÝ — MMMMM. Di luar tubuh fisik, halus dan kausal, di luar dari dunia bawah, tengah dan atas, diluar, keadaan terjaga, mimpi atau tidur nyenyak terdapat suara yang transendental yang disebut dengan nada.

Juga dalam simbol itu, terdapat tanda yang menyerupai bulan sabit yang melambangkan kala, aura. Begitu banyak cahaya sehingga anda mampu merefleksikan pikiran, sehingga aura Tuhan akan mengelilingi anda. Semua berkah ampunan, kebaikan, kasih-sayang, kekuatan penyembuhan, kreatifitas dan nyanyian adalah kala. Ketika anda berbicara maka itu adalah kebijaksanaan; anda merasa damai di tengah banyaknya kegiatan — semuanya dan selebihnya itu adalah kala. Kala adalah titik-titik dari bulan sabit yang akan menjadi bulan purnama.

Dewa Úiva memakai bulan sabit pada dahinya. Kita semua memiliki cakra bulan pada dahi kita. Pada saat kita menyanyikan atau mendengarkan cerita tentang Tuhan, padma dengan enam belas kelopak mengembang yang membuat air kehidupan menetes pada liur kita. Pada saat seperti itu, kita merasa bahagia berada di Kuil Tuhan, Gereja atau memiliki Satsanga atau pusat yoga atau ketika para orang suci memmperbincangkan tentang Tuhan. Maka muncullah rasa yang berbeda disana.

Pada saat itu, gelombang alpha dan theta muncul dalam otak. Ketika terjadi penyatuan Úakti dan Úiva pada cakra mahkota hasilnya adalah sat (keberadaan, kebenaran) dan cit, (kesadaran) yang menyatu. Hasilnya adalah kelahiran kembali Kristus, kelahiran Ràma, kelahiran Buddha, kelahiran ànanda (berkah). Itulah yang terjadi apabila melakukan satsaòga, mendengarkan atau membaca Kitab Suci, Bhagavad Gìtà, Ràmàyaóa, atau bacaan lainnya. 

Kata apapun tentang Tuhan dalam semua bahasa, disemua negara menghasilkan hasil yang sama. Dengan melakukan semua ini, orang-orang akan merasakan siraman rohani. Ini adalah sebuah pengalaman yang dapat langsung dilakukan. Pada saat anda duduk dan menyanyikan nyanyian Tuhan, akibatnya akan terasa pada anda. Kesehatan fisik, mental dan spiritual anda meningkat. Kekuatan intuitif yang bermanifestasi pada diri anda.

Sebuah titik yang berada di atas, titik yang ada dalam OÝ seperti yang tertulis dalam Bahasa Sanskerta, melambangkan sumber dari semuanya berasal dan titik ini disebut sebagai bindu.

Jadi apakah itu OÝ? OÝ adalah kata Tuhan. Seperti yang diajarkan oleh Injil, “Pada awalnya hanya ada Kata, Kata yang bersama dengan Tuhan dan kata itu adalah Tuhan” (John 1:1). OÝ adalah Tuhan, kata yang tidak termanifestasi. Ketika Ia bermanifestasi, Ia adalah OÝ GAM, kata yang bermanifestasi. Dalam bahasa Sanskerta, Kata Tuhan yang bermanifestasi disebut dengan Gaóeúa. 

Gaóeúa adalah perpaduan dua kata, ‘gaóa’ dan ‘ìúa’. Gaóa berarti kelompok, misalnya species — species manusia, species binatang, segala jenis gaóa tidak hanya di bumi ini, tetapi disetiap loka (dimensi, ruang, tempat). Ìúa berarti Penguasa atau pemimpin. Jadi Gaóeúa berarti kata Tuhan, OÝ, yang adalah penguasa jagat-raya dan semua makhluk hidup.  Dalam OÝ, segalanya ada. Segalanya adalah OÝ. Oleh karena itu, segalanya adalah Kata Tuhan; segalanya adalah Gaóeúa. Kita semua adalah gaóa. Kita adalah janagaóa, yang berarti umat manusia. Juga terdapat devagaóa, makhluk yang mulia. Terdapat juga Úivagaóa, atau pengikut Dewa Úiva. Juga terdapat pitragaóa, gaóa yang ancestral.

Untuk semua jenis kelompok ini, ada Gaóeúa. Ia memberikan tiga kekuatan penting untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari — vidyà, buddhi and siddhi. Vidyà juga disebut dengan riddhi, yang adalah kebijaksanaan yang abadi. Buddhi adalah yang menerangi kecerdasan dimana pikiran anda begitu waspada saat bekerja sehingga anda mampu melihat apapun karena kekuatan yang telah diberkahi. Dan siddhi adalah pencapaian, tidak hanya berupa kekuatan supranatural tetapi juga pencapaian spiritual.

Apakah anda tahu ada siddhi yang paling tinggi? Adalah ketika anda mampu menaklukkan amarah anda. Adalah ketika anda mampu mengendalikan lidah dan indera anda. Siddhi bukanlah hanya sebuah kemampuan untuk menghasilkan benda tertentu misalnya jam tangan, walaupun itu mungkin. Mengadakan atau membuat benda tertentu ada tetapi benda itu masih bisa dibeli, dengan kekuatan siddhi bukanlah kegunaan dari siddhi. Siddhi adalah ketika mengatakan satu kata, amarah seseorang menghilang dan reda. Itulah siddhi. 

Apapun yang tidak bisa dicapai, ketika seorang Guru memberikan berkahnya, dan hal itu bisa dicapai, maka itulah siddhi. Apapun yang ada diatas dan dibawah, yang tidak ada dalam buku mampu dilihat oleh mata ketiga seorang guru. Ketika, dengan kata-katanya, ia membawa dan menghubungkan jiwa anda dengan ingatan semua loka dimana dirinya sebelumnya — seperti sebuah apel yang ada di tangan anda — maka itulah disebut dengan vak siddhi.

Tetapi anda bisa merasakan siddhi dengan cara yang sederhana. Misalnya, saat menyetir, anda memutar kaset, anda bergoyang namun remnya tetap terkendali dan segalanya adalah otomatis. Anda telah mengendarai siddhi. Seorang manusia bisa berada dalam lubang tanah dan duduk selama 48 hari tanpa bernafas, makan atau minum. 

Ini adalah kekuatan fisik yang luar biasa, tentu saja – pengaturan nafas yang sangat hebat – tetapi tetap saja ini bukanlah pencapaian spiritual. Pencapaian yang tertinggi dari pencapaian yang lain adalah ketika anda tidak menginginkan apapun selain Kebenaran (Tuhan). Inilah siddhi yang paling tinggi. Sedangkan siddhi yang lain berada jauh dibawah siddhi ini. Ketika anda menyelaminya, maka semua kekuatan ini akan mengikuti anda secara otomatis.

Teknik yang paling sederhana untuk Kesadaran – Diri adalah untuk memusatkan tubuh, pikiran dan jiwa dalam empat puluh hari (sepuluh hingga lima belas menit )setiap hari melakukan sàdhanà (disiplin spiritual) dengan melakukan penarikan nafas OÝ, menahan nafas OÝ, dan menghembuskan nafas OÝ. Kemudian suara mobil, suara pesawat dan segalanya akan menjadi satu suara dengan OÝ . Anda akan merasakan semua itu. Bersamaan dengan itu, anda akan merasakan pengalaman kreativitas baru, syair Ketuhanan dan juga tarian. Anda akan merasa sangat ringan dan bahagia.

Tuhan akan memanifestasikan diri pada anda. Anda akan mengingat dan mengetahui siapa diri anda. Sifat yang pelupa adalah màyà (kebodohan) dan ingatan adalah pengetahuan. Itulah kesadaran. Kesadaran yang seperti ini adalah mungkin dengan kekuatan mantra. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar