Selasa, 03 Juli 2012

Yoga

YOGA


yuÇiNt b–/{mäz' crNt' pir tSquz" - rocNte rocna idiv --

Yuñjanti bradhnamaruûaý carantaý pari tasthuûaá, rocante rocanà divi.
(Ågveda: 1.6.1).
Cara untuk mencapai mokûa adalah yoga, para yogi menyatukan àtma dengan Tuhan (yuñjanti) yang mengetahui segala-galanya (carantaý), jauh dari hiýsà, sumber dari segala karunia (aruûaý), menyebarkan kebahagiaan, dan Maha Agung (bradhnam). Melalui Tuhan, para yogi melepaskan segala kegelapan dalam àtma mereka (rocanà) dan menjadi bersinar karena dapat cahaya dari Tuhan.

’Para yogi menyatukan àtma dengan Tuhan melalui jalan yoga. Tuhan yang Mahamengetahui segala-galanya meru-pakan ahiýsà itu sendiri adalah sumber dari segala karunia dan menyebarkan kebahagiaan serta Mahaagung. Untuk mengetahui semua itu, para yogi melepas segala kegelapan dari àtma mereka dan menjadi bercahaya Tuhan’.

Ada sembilan rintangan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, yaitu vyàdhi (mendapat penyakit), styàn (tidak ingin berbuat yang baik), sansaya (bingung dan tidak mengambil keputusan), pramàd (tidak memikirkan kebenaran saat bertapa atau sembahyang), àlasya (malas, tidak mau bekerja keras), avirati (tidak bisa mengendalikan nafsu), bhrànti (mempunyai pikiran yang keliru, seperti mengira seutas tali di kejauhan adalah seekor ular), alabdhabhumikatva (tidak berha-sil dalam samàdhi), dan anavasthitattva (tidak memiliki pikiran yang tenang walaupun berhasil dalam samàdhi).

Tanda-tanda kita mendapat semua rintangan tersebut di antaranya adalah mendapat duka, pikiran nakal, tubuh bergetar dan sesak nafas. Tetapi, jika bisa menghindari ke sembilan ritangan tersebut dan mampu memusatkan pikiran kepada Tuhan yang merupakan segala-galanya di dunia ini, kita akan menyatu dengan-Nya dan menjadi tenang. 

Dalam Filsafat Yoga dibahas empat cara praktis bagi seorang yogi agar dapat melaksanakan samàdhi dengan baik, yaitu maitri (menganggap semua manusia adalah sama dan teman), karuóà (merasakan penderitaan orang lain), mudità (merasa bahagia bila bergaul dengan orang baik), dan upekûà (tidak bergaul dengan orang yang jahat, tapi tidak bermusuhan).

Menurut Filsafat Yoga, yoga adalah mengendalikan pikiran. Dengan cara bertapa dan sembahyang, pikiran kita dikendalikan sehingga seorang yogi merasa bahagia dan bisa memberikan kebaha-giaan kepada orang lain. Sebaliknya, manusia bisa selalu tenggelam dalam kesedihan dan kegelapan.

Filsafat Yoga juga membahas tentang 'våtti' yang berarti godaan terhadap pikiran, yaitu pramàóa, antara lain pratyakûa (melihat secara langsung), dan anumàóa (melihat melalui imajinasi), viparyya atau mempunyai pikiran yang keliru, seperti mengira seutas tali adalah ular, vikalpa atau menyimpulkan sesuatu secara sempit, seperti percaya manusia mempunyai tanduk karena mendengar cerita seseorang yang melihat manusia di suatu negara mempunyai tanduk, nidrà atau pikiran yang tidak memiliki pengetahuan dan tenggelam dalam kegelapan, småti atau terus-menerus memikirkan dan mengingat sesuatu yang telah dilihat oleh mata. Lima macam godaan terhadap pikiran tersebut bisa dihindari melalui abhyàsa, yaitu terus-menerus melakukan yoga dan meditasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar