YOGA
yuÇiNt b–/{mäz' crNt' pir tSquz" - rocNte rocna idiv --
Yuñjanti
bradhnamaruûaý carantaý pari tasthuûaá, rocante rocanà divi.
Cara
untuk mencapai mokûa adalah yoga, para yogi menyatukan àtma
dengan Tuhan (yuñjanti) yang mengetahui segala-galanya (carantaý),
jauh dari hiýsà, sumber dari segala karunia (aruûaý), menyebarkan
kebahagiaan, dan Maha Agung (bradhnam). Melalui Tuhan, para yogi
melepaskan segala kegelapan dalam àtma mereka (rocanà) dan
menjadi bersinar karena dapat cahaya dari Tuhan.
’Para
yogi menyatukan àtma dengan Tuhan melalui jalan yoga.
Tuhan yang Mahamengetahui segala-galanya meru-pakan ahiýsà itu sendiri
adalah sumber dari segala karunia dan menyebarkan kebahagiaan serta Mahaagung.
Untuk mengetahui semua itu, para yogi melepas segala kegelapan dari àtma
mereka dan menjadi bercahaya Tuhan’.
Ada sembilan rintangan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan,
yaitu vyàdhi (mendapat penyakit), styàn (tidak ingin berbuat yang
baik), sansaya (bingung dan tidak mengambil keputusan), pramàd
(tidak memikirkan kebenaran saat bertapa atau sembahyang), àlasya
(malas, tidak mau bekerja keras), avirati (tidak bisa mengendalikan
nafsu), bhrànti (mempunyai pikiran yang keliru, seperti mengira seutas
tali di kejauhan adalah seekor ular), alabdhabhumikatva (tidak berha-sil
dalam samàdhi), dan anavasthitattva (tidak memiliki pikiran yang
tenang walaupun berhasil dalam samàdhi).
Tanda-tanda kita mendapat semua rintangan tersebut di
antaranya adalah mendapat duka, pikiran nakal, tubuh bergetar dan sesak nafas.
Tetapi, jika bisa menghindari ke sembilan ritangan tersebut dan mampu
memusatkan pikiran kepada Tuhan yang merupakan segala-galanya di dunia ini,
kita akan menyatu dengan-Nya dan menjadi tenang.
Dalam Filsafat Yoga dibahas
empat cara praktis bagi seorang yogi agar dapat melaksanakan samàdhi
dengan baik, yaitu maitri (menganggap semua manusia adalah sama dan
teman), karuóà (merasakan penderitaan orang lain), mudità (merasa
bahagia bila bergaul dengan orang baik), dan upekûà (tidak bergaul
dengan orang yang jahat, tapi tidak bermusuhan).
Menurut Filsafat Yoga, yoga adalah mengendalikan
pikiran. Dengan cara bertapa dan sembahyang, pikiran kita dikendalikan sehingga
seorang yogi merasa bahagia dan bisa memberikan kebaha-giaan kepada
orang lain. Sebaliknya, manusia bisa selalu tenggelam dalam kesedihan dan
kegelapan.
Filsafat Yoga juga membahas tentang 'våtti' yang
berarti godaan terhadap pikiran, yaitu pramàóa, antara lain pratyakûa
(melihat secara langsung), dan anumàóa (melihat melalui imajinasi), viparyya
atau mempunyai pikiran yang keliru, seperti mengira seutas tali adalah ular, vikalpa
atau menyimpulkan sesuatu secara sempit, seperti percaya manusia mempunyai
tanduk karena mendengar cerita seseorang yang melihat manusia di suatu negara
mempunyai tanduk, nidrà atau pikiran yang tidak memiliki pengetahuan dan
tenggelam dalam kegelapan, småti atau terus-menerus memikirkan dan
mengingat sesuatu yang telah dilihat oleh mata. Lima macam godaan terhadap
pikiran tersebut bisa dihindari melalui abhyàsa, yaitu terus-menerus
melakukan yoga dan meditasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar