VEDÀRAMBHA SAÝSKÀRA
.U.uRv" Sv" - tTsivtuvRre<ym( -
.goR
devSy /¢mih - i/yo yo n" p[codyat( --
Bhùr
bhuvaá svaá, tat savitur vareóyam
Bhargo devasya dhìmahi, dhiyo yo naá pracodayàt.
(Yajurveda: 36.3)
Oh
Tuhan yang memberikan kehidupan (bhùá), yang menjauhkan segala duka (bhuvaá),
yang memberi suka kepada penyembah-Nya (svaá), pencipta jagat raya,
sumber segala cahaya, pemberi segala kemakmuran (tat savituá), yang
diinginkan manusia, yang selalu memberi kemenangan, Yang Mahaesa (devasya),
Mahabaik, dan yang menjadi sumber pemusatan pikiran (vareóyam), penebus
segala dosa, Mahasuci (bhargaá), kami menerima (dhìmahi) Tuhan
yang demikian (tat). Oh Tuhan (yaá), anugerahkanlah (pracodayàt)
budi yang baik (dhiyaá) kepada kami (naá).
’Tuhan
sebagai pemberi kehidupan, menjauhkan dari segala duka dan memberikan
kebahagiaan. Sebagai pencipta jagat raya dan sumber dari segala cahaya dan
pemberi kemakmuran, yang diinginkan oleh semua umat manusia. Tuhan yang selalu
memberi kemenangan kepada manusia, yang merupakan Mahabaik dan menjadi pusat
pikiran, penebus dosa yang Mahasuci, kami menerima Tuhan yang seperti itu. Oh
Tuhan anugerahkanlah kepada kami budi yang baik’.
"Vedàrambha",
yang terdiri dari kata "Veda" (pengetahuan) dan "arambha"
(mulai), berarti mulai menerima pengetahuan dari guru. Saýskàra tersebut
sebaiknya dilaksanakan di sekolah oleh para guru. Pada zaman dahulu saýskàra
tersebut biasa dilakukan di àúrama atau di gurukula (keluarga guru) seperti
yang terdapat di India sampai sekarang. Vedàrambha Saýskàra penting bagi
seorang anak karena melalui saýskàra tersebut ia mendapat Gàyatrì
Mantra yang merupakan sumber segala Veda.
Setelah saýskàra tersebut dilaksanakan, anak akan
disebut brahmacàri dan berhak mendapat pelajaran tentang Veda dan
brahmacàri. Brahmacàri mempunyai makna mencari Tuhan ("brahma"
berarti Tuhan, "cari" berarti mencari). Salah satu caranya
adalah dengan bertapa di gurukula. Anak yang baru pertama kali belajar
di sekolah (gurukula) bersumpah untuk tinggal dengan setia di àúrama yang
pertama, yang disebut brahmacàri.
Saat menjalani pendidikan seorang brahmacàri harus
mengenda-likan semua indra dan tidak boleh berhubungan dengan wanita. Hal ini
bertujuan agar dasar yang membentuk kepribadiannya kuat sehingga mampu
menghadapi dunia setelah menyelesaikan pendidikan di gurukula.
Dalam saýskàra tersebut guru memberikan beberapa
nasehat:
satyam vada, dharmam cara, svàdhyàyanmà pramad, màtå devo bhava, pitå devo bhava, àcàrya devo bhava, atithi devo bhava (Taittirìya: 7-11-1-4),
yang berarti: Wahai anak, ucapkanlah selalu yang benar, selalu mengkuti dharma, jangan malas belajar, hormat kepada orang tua, guru, dan para tamu yang datang meskipun tidak diundang.
Karman kuru, divà mà
svàpsiá, krodhanåte varjaya, upari sayyàý varjaya, berarti bekerjalah dengan rajin, jangan tidur pada siang
hari, kendalikan kemarahan, jangan tidur diatas kasur yang empuk.
Nasihat guru yang lain adalah engkau adalah seorang brahmacàri,
laksanakan selalu saòdhyà (sembahyang), minumlah àcamana,
pelajarilah Veda selama dua belas tahun, patuh pada ucapan guru yang
benar, jangan ikuti ucapan yang tidak benar, jangan berhubungan kelamin, makan
makanan sàttvika, bersikaplah sopan, bicara seperlunya, dan senantiasa
hormat kepada guru.
Konsep pendidikan Vidyà dan Avidyà juga
diperkenalkan dalam saýskàra ini. Seseorang bisa mendapatkan mokûa
melalui vidyà sedangkan melalui Avidyà seseorang akan mendapatkan
keahlian dan kematian secara terus menerus. Oleh karena itu, guru akan
mengatakan kepada murid (siûya) sebagai berikut: tat tvam asi, aham
brahma asmi, dan brahma satyam jaganmithyà, yang berarti Engkau adalah Dia (Tuhan), Àtma itu
sendiri adalah Brahma, hanya Brahma yang Mahabenar dan yang lain
adalah màyà.
Melalui kata-kata tersebut dan dengan bertapa di dekat kaki
guru, murid akan mendapatkan pengetahuan dan merasakan aham brahma asmi, yang artinya "saya adalah brahman (Tuhan)".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar