Selasa, 03 Juli 2012

Wedarambha Samskara

VEDÀRAMBHA SAÝSKÀRA


.U.uRv" Sv" - tTsivtuvRre<ym( - 

.goR devSy /¢mih - i/yo yo n" p[codyat( --



Bhùr bhuvaá svaá, tat savitur vareóyam
Bhargo devasya dhìmahi, dhiyo yo naá pracodayàt.
(Yajurveda: 36.3)
Oh Tuhan yang memberikan kehidupan (bhùá), yang menjauhkan segala duka (bhuvaá), yang memberi suka kepada penyembah-Nya (svaá), pencipta jagat raya, sumber segala cahaya, pemberi segala kemakmuran (tat savituá), yang diinginkan manusia, yang selalu memberi kemenangan, Yang Mahaesa (devasya), Mahabaik, dan yang menjadi sumber pemusatan pikiran (vareóyam), penebus segala dosa, Mahasuci (bhargaá), kami menerima (dhìmahi) Tuhan yang demikian (tat). Oh Tuhan (yaá), anugerahkanlah (pracodayàt) budi yang baik (dhiyaá) kepada kami (naá).

’Tuhan sebagai pemberi kehidupan, menjauhkan dari segala duka dan memberikan kebahagiaan. Sebagai pencipta jagat raya dan sumber dari segala cahaya dan pemberi kemakmuran, yang diinginkan oleh semua umat manusia. Tuhan yang selalu memberi kemenangan kepada manusia, yang merupakan Mahabaik dan menjadi pusat pikiran, penebus dosa yang Mahasuci, kami menerima Tuhan yang seperti itu. Oh Tuhan anugerahkanlah kepada kami budi yang baik’.

"Vedàrambha", yang terdiri dari kata "Veda" (pengetahuan) dan "arambha" (mulai), berarti mulai menerima pengetahuan dari guru. Saýskàra tersebut sebaiknya dilaksanakan di sekolah oleh para guru. Pada zaman dahulu saýskàra tersebut biasa dilakukan di àúrama atau di gurukula (keluarga guru) seperti yang terdapat di India sampai sekarang. Vedàrambha Saýskàra penting bagi seorang anak karena melalui saýskàra tersebut ia mendapat Gàyatrì Mantra yang merupakan sumber segala Veda.

Setelah saýskàra tersebut dilaksanakan, anak akan disebut brahmacàri dan berhak mendapat pelajaran tentang Veda dan brahmacàri. Brahmacàri mempunyai makna mencari Tuhan ("brahma" berarti Tuhan, "cari" berarti mencari). Salah satu caranya adalah dengan bertapa di gurukula. Anak yang baru pertama kali belajar di sekolah (gurukula) bersumpah untuk tinggal dengan setia di àúrama yang pertama, yang disebut brahmacàri.

Saat menjalani pendidikan seorang brahmacàri harus mengenda-likan semua indra dan tidak boleh berhubungan dengan wanita. Hal ini bertujuan agar dasar yang membentuk kepribadiannya kuat sehingga mampu menghadapi dunia setelah menyelesaikan pendidikan di gurukula.

Dalam saýskàra tersebut guru memberikan beberapa nasehat:  
satyam vada, dharmam cara, svàdhyàyanmà pramad, màtå devo bhava, pitå devo bhava, àcàrya devo bhava, atithi devo bhava (Taittirìya: 7-11-1-4)
yang berarti: Wahai anak, ucapkanlah selalu yang benar, selalu mengkuti dharma, jangan malas belajar, hormat kepada orang tua, guru, dan para tamu yang datang meskipun tidak diundang.

Karman kuru, divà mà svàpsiá, krodhanåte varjaya, upari sayyàý varjaya, berarti bekerjalah dengan rajin, jangan tidur pada siang hari, kendalikan kemarahan, jangan tidur diatas kasur yang empuk.

Nasihat guru yang lain adalah engkau adalah seorang brahmacàri, laksanakan selalu saòdhyà (sembahyang), minumlah àcamana, pelajarilah Veda selama dua belas tahun, patuh pada ucapan guru yang benar, jangan ikuti ucapan yang tidak benar, jangan berhubungan kelamin, makan makanan sàttvika, bersikaplah sopan, bicara seperlunya, dan senantiasa hormat kepada guru.

Konsep pendidikan Vidyà dan Avidyà juga diperkenalkan dalam saýskàra ini. Seseorang bisa mendapatkan mokûa melalui vidyà sedangkan melalui Avidyà seseorang akan mendapatkan keahlian dan kematian secara terus menerus. Oleh karena itu, guru akan mengatakan kepada murid (siûya) sebagai berikut: tat tvam asi, aham brahma asmi, dan brahma satyam jaganmithyà, yang berarti Engkau adalah Dia (Tuhan), Àtma itu sendiri adalah Brahma, hanya Brahma yang Mahabenar dan yang lain adalah màyà

Melalui kata-kata tersebut dan dengan bertapa di dekat kaki guru, murid akan mendapatkan pengetahuan dan merasakan aham brahma asmi, yang artinya "saya adalah brahman (Tuhan)".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar