Selasa, 03 Juli 2012

Upanayana Samskara

UPANÀYANA SAÝSKÀRA


yDopv¢t' prm' piv]' p[japteyRTshj' purStat( - 

AayuZy mg[)' p[itmuÆ xu.[' yDopv¢t' blmStu tej" - 

yDopv¢tmis yDSy Tva yDopv¢tenopnöaim --



Yajñopavìtaý paramaý pavitraý prajàpateryatsahajaý purastàt,
àyuûya magryam pratimuñca úubhraý yajñopavìtaý balamastu tejaá,
yajñopavìtamasi yajñasya tvà yajñopavìtenopanahyàmi.
(Pàraskara Gåhasùtra: 2-2-11)
Yajñopavìt, berarti tiga benang (yajñopavìtam) yang sangat (paramam) suci (pavitram) yang ada sejak zaman dahulu (purastàt) dan bersamaan dengan (sahajam) adanya Deva Prajàpati (prajàpateá). Benang (yajñopavìt) tersebut memberi umur (àyusam) panjang dan membawa kehidupan ke masa depan (agryam). Untuk itu letakkanlah di atas bahumu (pratimuñca). Semoga yajño-pavìt yang suci (subhram) ini memberikan kekuatan (balamastu) dan cahaya (tejas). Wahai anak, kamu adalah (asi) yajñopavìt itu sendiri (yajñopavìtam). Aku (àcàrya) dekat (upanahyàmi) dengan kamu (tvà) melalui yajñopavit tersebut (yajñopavìtena).

Yajñopavìtam yang sangat suci yang telah ada sejak zaman dahulu yang sama dengan Deva Prajàpati. Benang tersebut dapat memberikan umur panjang dan membawa ke masa depan. Letakanlah di atas bahumu. Semoga yajñopavìtam tersebut memberikan kekuatan dan cahaya. Wahai anak, kamu sebenarnya adalah yajñopavìtam itu sendiri. Aku dekat denganmu melalui yajñopavìtam tersebut’.

Mantra di atas dikutip dari Pàraskara Gåhasùtra yang diperkenalkan oleh Swàmì Dayànanda dalam Saýskàra Vidhi untuk Upanàyana Saýskàra

Sebenarnya dalam Atharva Veda (11-5-3) terdapat mantra mengenai Upanàyana Saýskàra yang berbunyi: 
àcàrya upanaya­màno brahmacàrióaý kåóute garbhamantaá, taý ràtrìstisra udare bibharti taý jàtaý ­draûþum abhi­saýyanti devàá. 
Artinya, semoga melalui Upanàyana Saýskàra, guru melindungi muridnya seperti seorang ibu melindungi bayi dalam kandungannya. 
"Upa" berarti dekat dan "nàyan" berarti membawa, yang maksudnya adalah mendekatkan anak kepada guru. Melalui saýskàra tersebut guru menerima anak sebagai muridnya. Dalam mantra di atas terlihat bagaimana hubungan yang diharapkan antara murid dan guru. Semoga hubungan tersebut menjadi teladan pada zaman ini. Dalam upanàyana saýskàra, orang tua akan berkata kepada guru (àcàrya)  
"Kami telah melahirkan anak ini dan berusaha memberikan kehidupan yang baik. Sekarang kami ingin anak ini berkembang dalam masyarakat supaya ia bisa menjadi orang yang baik. Oleh karena itu anak ini kami serahkan kepada guru." 
Saat itu guru akan memberikan tiga helai benang, yang disebut yajñopavìta, sebagai simbul anak itu boleh mempelajari Veda dan ilmu pengetahuan yang lain. Tiga benang tersebut merupakan simbul dari tiga åóa (hutang), yaitu åûi åóa, pitå åóa, dan deva åóa.
Åûi åóa berarti berhutang kepada leluhur, yaitu para åûi, sehingga ajaran yang mereka berikan diteruskan kepada generasi berikutnya. Pitå åóa, berarti berhutang kepada orang tua sehingga kita harus menghormati mereka. Deva åóa, berarti berhutang kepada dewa-dewa sehingga kita harus memuja para dewa.

Tiga helai benang tersebut akan selalu mengingatkan kita agar melunasi ketiga hutang tersebut. Dalam upanàyana saýskàra, guru berkata kepada murid.  
"Wahai muridku, aku menyatukan hatimu dan hatiku, pikiranmu akan selalu mengikutiku, kamu juga akan selalu mematuhi ucapanku, dan mulai hari ini Deva Båhaspati menyatukan kita berdua" (Pàraskar Gåhasùtra: 2-2-16)
Gåhasùtra menjelaskan bahwa saýskàra tersebut dilaksanakan pada tahun kedelapan untuk seorang anak bràhmaóa, tahun kesebelas untuk kûatriya, dan tahun keduabelas untuk vaiúya (aûþame varûe bràhmaóam upanayet.). Jika saýskàra tersebut tidak dilaksanakan pada tahun yang sudah ditentukan, orang itu disebut Patita, yaitu orang yang nama baiknya tercemar dalam masyarakat (ata ùrdhvaý patita savitrikabhavanti)

Anak yang telah mendapatkan upanàyana saýskàra disebut dvijà, yang artinya mengalami kelahiran yang kedua melalui guru, karena sang guru yang akan membuka mata anak itu sehingga dapat melihat dengan benar. Dalam Mànava Dharmaúàstra dikatakan bahwa pada awal kelahirannya, semua manusia adalah úùdra. Melalui saýskàra-saýskàra tersebut seorang manusia disebut dvijà (janmanà jàyate úùdra sansakarat dvija ucyate).

Konsep upanàyana saýskàra dapat dilihat dalam kisah Ràmàyaóa dan Mahàbhàrata di mana para kûatriya dan bràhmaóa selalu memakai benang yang menandaskan mereka telah dvija.

Konsep saýskàra tersebut juga dilaksanakan oleh orang-orang Parsi yang memakai beberapa benang, yang disebut kusti. Dalam sebuah dialog Zarattushtra menanyakan kepada Ahura Mazda, "Oh Ahura Mazda, kejahatan apa yang menyebabkan kematian?"
Ahura menjawab, "Memberikan ajaran yang tidak benar." 

Zarattushtra berkata, "Siapa pun yang tidak memakai benang (kusti) akan dihukum.
Dengan demikian saýskàra tersebut mempunyai hubungan dengan agama lain.

Jadi, upanàyana saýskàra dilaksanakan dengan tujuan agar anak mulai mendapat pendidikan dari sang guru sehingga menjadi manusia sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar