Selasa, 03 Juli 2012

Traitawada

TRAITAVÀDA


Üa sup,aR syuja s%aya sman' v*=' pir zSvjate - 

tyorNy" ipPpl' SvaÜÑynè{n{Nyo Ai. cakx¢it --



dvà suparóà sayujà sakhàyà samànaý våkûaý pari ûasvajàte,
tayoranyaá pippalaý svàdvattyanaúnannanyo abhi càkaúìti.
(Ågveda: 1.164.20)
Ada dua burung yang bersahabat (dvà sakhàyà) mempunyai umur yang sama (sayujà) dan sama-sama memiliki sayap yang bagus (suparóà). Mereka berdua bertengger (pari ûasvajàte) di atas pohon yang sama (samànam våkûam), seekor di antaranya (tayoranyaá) menikmati buah pipal (pippalaý svàdvattya), tetapi burung yang lain (anyo) hanya menyaksikannya (càkaúit).

’Ada dua ekor burung yang bersahabat, mempunyai umur yang sama dan sama-sama mempunyai sayap yang sangat indah. Mereka berdua bertengger di atas dahan pohon yang sama. Seekor di antaranya menikmati buah pipal, tetapi yang satunya hanya menyaksikannya’.

Mantra tersebut berasal dari Ågveda, yang menjelaskan mengenai konsep keberadaan Tuhan, àtma dan prakåti dengan memberikan contoh perbandingan. Seperti diketahui, terdapat tiga konsep dalam Veda, yaitu advaita, dvaita, dan traitavàda. Advaita hanya mengakui keesaan Tuhan yaitu Brahma, dan tidak ada selain Brahma tersebut. Àcàrya Úaòkara sudah membahas mengenai hal tersebut dengan sangat luas dalam Brahmasùtra atau Vedànta. 

Yang kedua yaitu filsafat Saýkhyà / Dvaita yang menjelaskan mengenai puruûa dan prakåti. Yang ketiga yaitu Traitavàda, di mana dalam konsep tersebut Tuhan, àtma dan prakåti adalah masing-masing kekal. Hanya àtma dan prakåti memeiliki kekurangannya, yaitu dalam àtma tidak terdapat ànanda, begitu pula dalam prakåti yang hanya mempunyai sat, yang berarti tidak bisa bergerak, seperti gerakan yang dimiliki oleh àtma.

Mengenai konsep traitavàda yang mengajarkan bahwa Tuhan, àtma, dan prakåti adalah kekal, dalam mantra tersebut dijelaskan dengan perumpamaan Tuhan dan àtma yang disimbulkan dengan dua ekor burung. Kedua burung tersebut memiliki umur yang sama dan kekal/abadi. 

Sejak Tuhan ada, àtma juga sudah ada, dan mereka berdua bersahabat dan sama-sama mempunyai sayap, sehingga bisa pergi ke mana pun yang mereka sukai. Kedua burung tersebut bertengger di atas pohon yang merupakan simbol dari prakåti. Pohon pipal tersebut sangat kuat dan daunnya disimbolkan dengan àtma. Kayu-kayu pohon ini dipakai untuk melaksanakan yajña. Pipal bisa dikatakan seperti pohon beringin dan pohon ini merupakan salah satu pohon suci.

Kedua burung tersebut, yaitu Tuhan dan àtma, duduk di atas pohon yang sama yaitu prakåti. Salah satu dari kedua burung itu menikmati buah dari pohon tersebut. Burung tersebut adalah simbol àtma manu-sia yang selalu menikmati keindahan prakåti. Pada waktu mendapatkan buah enak, si burung merasa senang dan bahagia, tetapi sebaliknya pada waktu tidak mendapatkan yang enak, akan merasa sedih. 

Seperti halnya manusia yang hidup dengan hasil karma-nya, kalau manusia mendapatkan hasil karma yang baik, dia merasa bahagia, demikian juga sebaliknya jika mendapatkan hasil karma yang tidak baik, dia akan merasa sedih. 

Pohon pipal adalah simbul prakåti. Prakåti menyiapkan makanan dan minuman untuk semua umat manusia. Kalau prakåti tidak ada, manusia tidak bisa menikmati apa pun, tetapi keberadaan mereka berdua dikatakan kekal. Sedangkan burung yang satunya lagi yang merupakan simbul Tuhan, tidak makan dan minum padahal mereka berdua mempunyai kesamaan, yaitu mempunyai usia yang sama, bersahabat, dan sama-sama bersayap. 

Burung tersebut hanya melihat temannya, yaitu burung yang pertama. Burung tersebut tidak makan dan tidak menikmati apa pun di prakåti, karena sudah lepas dari keba-hagiaan dan kesedihan yang ada dalam prakåti. Dia hanya melihat dan menjadi saksi untuk burung yang pertama. Demikian juga, Tuhan hanya melihat dan menyaksikan àtma manusia, dan mahluk lainnya. 

Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa karena masih adanya ikatan àtma dengan prakåti, àtma sulit lepas dari hukum prakåti. Tetapi jika mampu lepas dari segala ikatan, àtma tersebut akan bisa bergabung dengan Tuhan, sehingga nanti tidak lagi akan merasakan kesedihan dan kebahagiaan di dunia ini dan hanya akan tinggal dalam ànanda bersama Tuhan. 

Secara keseluruhan mantra tersebut sangat menekankan pada konsep traitavàda, bahwa Tuhan, àtma, dan prakåti adalah tiga kekuatan yang kekal. Mantra tersebut juga terdapat dalam Upaniûad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar