Selasa, 03 Juli 2012

Simantonayana Samskara

SÌMANTONAYANA SAÝSKÀRA


• rakamh' suhva' suìut¢ huve è*,otu n" su.ga bo/tu Tmna - 

s¢VyTvp" sUCyaiC^Ûmanya ddatu v¢r' xt daymuKqym( --



Ràkàmahaý suhavàý suûþutì huve úåóotu naá subhagà bodhatu tmanà,
Sìvyatvapaá sùcyàcchidyamànayà dadàtu vìraý úata dàyamukthayam.
(Ågveda: 2.32.4)
Saya sebagai suami (ahaý) dengan sopan (suhavàý) dan bahasa yang halus (suûtutì) memanggil (huve) istriku yang bercahaya seperti bulan purnama (ràkàm). Demikian juga yang beruntung (subhagà) mendengarkan kata-kata kami (nah ûåóotu) dan selalu menerima keinginan kami dalam hatinya (bodhat-utmanà). 

Seperti jarum merajut kain tebal dengan baik (acchiyamànayà sùcyà) demikian juga istri ini melakukan tugas sehari-hari gåhastha dengan baik (apaá sìvyatu) istriku seperti ini melahirkan anak yang menolong dunia dengan ratusan tangan (úata dàyam) dan mendapat sanjungan dari masyarakat (ukhtyam) supaya lahir putra yang kuat (viraý) yang akan dapat menyumbangkan kemampuannya untuk masyarakat (dadàtu).

’Saya sebagai seorang suami dengan sopan dan dengan bahasa yang lemah lembut, memanggil istriku yang bercahaya bagaikan bulan purnama. Demikian pula halnya yang telah mendengarkan kata-kata kami dan menerima keinginan kami dalam hati yang tulus ikhlas. Seperti halnya jarum yang menjahit kain tebal, demikian juga dengan istriku yang menjalankan tugas gåhastha sehari-hari dengan baik. Seperti halnya seorang istri melahirkan anak yang dapat menolong dunia dengan ratusan tangan dan mendapatkan pujian dari masyarakat. Semoga lahir putra yang kuat agar nanti dapat menyumbangkan kemampuannya untuk masyarakat’.

Puýsavana Saýskàra perlu dilakukan demi kesehatan bayi agar berkembang dengan baik, demikian juga Sìmantonayana Saýskàra perlu dilakukan demi perkembangan mental bayi, agar sehat (mental development). Sìmant berarti perkembangan pikiran, dengan demikian Sìmantonayana berarti melalui saýskàra tersebut ibu memperhatikan bayinya supaya dapat berkembang dengan mental yang sehat. 

Para åûi percaya bahwa melalui saýskàra (upacara) tersebut, manusia bisa diubah sesuai dengan keinginan ayah-ibu mereka. Suúruta menjelaskan bahwa saýskàra tersebut perlu dilakukan bulan keempat atau kedelapan. Dikatakan bahwa pada bulan kelima, pikiran bayi yang berada dalam kandungan mulai berkembang, sedangkan bulan keenam budi, bulan ketujuh anggota badan, dan bulan kedelapan cahaya ojas (pañcamane manaá prati budhataram bhavati). Dengan demikian sampai bulan kedelapan bayi yang ada dalam kandungan telah memiliki pikiran, budi, dan hati, 

Dalam bahasa Sanskerta ibu disebut dauhåda yang berarti memiliki dua hati, yaitu hatinya sendiri dan bayi yang berada dalam kandungan karena bayi hanya memiliki karma dari kehidupan sebelumnya dan sekarang akan bergabung dengan karma ibu. Supaya pengaruh terhadap bayi menjadi baik, perlu dilakukan upacara, Sìmantonayana karena apa pun yang dirasakan oleh ibu akan mempengaruhi bayinya.

Dalam Suúruta dikatakan, jika ibu yang sedang mengandung anak dengan upacara-upacara keagamaan, ia akan melahirkan anak yang tertarik terhadap agama. Demikian juga jika ibu selalu memikirkan tentang dewa-dewa, anak yang akan lahir akan memiliki sifat kedewataan: devatà pratimàyàý tu prasute pàrsadopamam (Suúruta). Begitu besar pengaruh pemikiran ibu terhadap bayinya, sehingga apa pun yang dilakukan oleh ibu sangat berpengaruh terhadap bayinya. 

Seperti diketahui ketika Abhimanyu sedang dalam kandungan, Arjuna bercerita kepada istrinya tentang sebuah Cakra Vyùha, yaitu salah satu strategi peperangan. Pada waktu Arjuna menceritakan kepada istrinya, Abhimanyu yang masih berada dalam kandungan mendengar semua. Setelah hampir semua cerita strategi peperangan itu selesai istrinya tertidur, sehingga tidak sempat mendengar secara lengkap. Abhimanyu, yang sudah dewasa bila menghadapi lawan-lawannya akan masuk ke dalam Cakra Vyùha. Karena ibunya tertidur pada waktu ia masih dalam kandungan, Abhimanyu tidak tahu bagaimana caranya untuk ke luar. Lalu Abhimanyu dibunuh dalam Cakra Vyùha

Perlu diupayakan agar anak berkembang dalam kandungan dengan sempurna dan lahir dengan kekuatan mental yang sehat. Untuk itu, perlu diucapkan mantra:  
yatheyam påthivì mahyuttànà garbhmà dadhe, vaý taý garbhamà dhehi dasame màsi sùtave. (Àúvalàyana: 1.14). 
Artinya, seperti ibu påthivì yang luas dan besar mempunyai banyak tumbuhan dalam kandungannya, istriku mempunyai bayi dalam kandungan selama sepuluh bulan dengan baik. 
Di samping itu, istri perlu diberikan doa oleh para bràhmaóa: Semoga kamu mempunyai keturunan yang perwira, semoga kamu melahirkan anak yang hidup, dan semoga kamu menjadi istri suami yang hidup. vìrasustvam bhava, jvasùstavam bhava, jìvapatni tvambhava (Gobhil: 2.7.12).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar