PUÒSAVANA SAÝSKÀRA
sup,oRis gäTma' iïv*Ñae ixro gay]aÆ=ub*Rhd–qNtre p=O -
Stom_AaTma ^Nda\Sy½ain yjU\iz nam -
sam te tnUvaRmdeVy' yDayiDy'
puC^iN/Z<ya" xf" -
sup,oRis gäTmaiNdv½C^ Sv" pt --
Suparóosi
garutmàý strivåtte úiro gàyatrañ cakûur båhad rathantare pakûau, stoma 'àtmà
chandàýsyaògàòi yajùýûi nàma, sàma te tanùrvàmadevyaý yajñàyajñiyaý pucchan
dhiûóyàá úaphàá, suparóosi garutmàn divaò gaccha svaá pata.
(Yajurveda: 12.4)
Wahai,
bayi yang ada dalam kandungan, kamu seperti seekor burung (garutmanasi)
yang bersayap indah (suparóaá), pikiranmu mempunyai tiga pengetahuan
yaitu jñàna, karma dan bhakti (te úiraá trivåtaá).
Dalam jñàna màrga, Gàyatrì Mantram menjadi tujuan (gàyatram te cakûu).Dalam karma màrga, seperti rodanya kereta kuda berjalan dengan cepat demikian juga kamu menjalani karma-mu (båhat rathàntare te pakûau).Dalam bhakti màrga àtma-mu memuja Tuhan (stomaá te àtmà) anggota badanmu sebagai candra itu sendiri dari Yajurveda (yajuñûióam chandàñûyaògàòi) nyanyian Sàmaveda adalah badanmu (vàmadevyaý sàma te tanùá). Karma yang baik adalah yajña dan karma yang tidak baik adalah ayajña.
Karena karma tersebut adalah seperti
seekor burung (yajjñayajñiyam puccham) yang mencengkeram bertengger
dengan kukunya yang kuat demikian juga kamu hidup atas dasar budimu (úapha
dhiûóyaá). Wahai anak seperti seekor burung yang indah (suparóoasi
garutmàn) seperti seekor burung terbang di antarikûa loka demikian juga
kamu setelah lahir di bumi ini dan mempunyai sifat yang baik untuk mendapatkan mokûa.
’Wahai
bayi yang ada dalam kandungan ibu, kamu diibaratkan seekor burung yang
memiliki sayap yang indah dan dalam pikiranmu terdapat tiga pengetahuan yaitu jñàna,
karma dan bhakti. Dalam jñàna màrga, Gàyatrì Mantra merupakan
tujuanmu, dalam karma màrga seperti kereta kuda di mana terdapat
roda-roda kereta yang meluncur dengan cepatnya, demikian juga kamu menjalankan karma.
Dalam bhakti màrga, àtma-mu selalu memuja Tuhan’.
Tujuan dari Puòsavana Saýskàra adalah agar ibu
memperhatikan bayi di dalam kandungan. Pada waktu bulan kedua atau ketiga
keha-milan ibu, pada waktu itu muncul dua permasalahan, yaitu jangan sampai
kehamilan tersebut gagal dan bayi yang dikandung jangan sampai tidak sempurna.
Supaya kedua hal itu tidak terjadi, para åûi memperkenalkan puòsavana
saýskàra agar bayi yang dikandung berkembang dengan baik dan tidak
ada hal yang negatif.
Para åûi melalui 16 saýskàra ingin supaya mulai
dari kandungan sampai meninggal dunia, manusia diikat dalam saýskàra
sehingga mampu memperbaiki diri dan selalu ingat dengan tujuan hidup ini, yaitu
mokûa. Para åûi juga percaya bahwa bayi yang akan lahir bukan-lah
anak biasa karena telah dilaksanakan upacara Puòsavana sesuai dengan Veda.
Melalui saýskàra tersebut ibu akan selalu sehat dan bayi yang akan lahir
tanpa gangguan serta ibu yang mengikuti upacara tersebut dapat membersihkan
pikiran dan selalu tenang supaya bayi yang dikandung bisa dipengaruhi oleh
sifat-sifat baik.
Para åûi percaya, melalui saýskàra tersebut
manusia bisa diubah menuju ke jalan yang benar. Demikian juga bayi yang
dikandung yang mem-bawa karma-nya sendiri agar menuju kebaikan dan lahir
menjadi manusia sejati. Puòsavana saýskàra dilakukan setelah saýskàra
kehamilan, yaitu garbhàdhàna. Puòsavana saýskàra perlu dilakukan agar
bayi yang dikandung berkembang secara sempurna dan sehat.
Dalam Caraka Saýhità terdapat beberapa hal
penting. Buku yang ditulis oleh åûi Caraka itu menyatakan pada sùtra
ke 42, jika wanita yang hamil tidur telanjang, bayi yang lahir akan gila.
Jika dia suka bertengkar, bayi yang lahir akan berpenyakit. Jika dia selalu
berhubungan seks, bayi yang lahir juga akan demikian.
Jika dia selalu berpikir
dan sedih, bayi yang lahir akan kurus dan takut. Jika dia makan terlalu banyak
asam, bayi yang lahir akan punya penyakit kulit. Jika dia makan banyak garam,
bayi yang lahir akan berambut cepat putih. Supaya yang dijelaskan oleh Caraka
tersebut tidak terjadi, hal-hal tersebut perlu diperhatikan.
Caraka dalam sùtra ke
44 menjelaskan bahwa, sejak awal kehami-lannya, ibu hendaknya selalu berbahagia,
memakai busana dan kain putih, berpikiran yang tenang, dan dalam pikirannya
selalu ada keinginan untuk menolong orang lain, seperti ayah, suami, guru dan
lain-lain. Dia harus menjauhi diri dari wajah-wajah jelek, menghin-dari makan
makanan basi, menghindari pergi ke rumah yang kosong, demikian juga tempat
pembakaran mayat. Hal-hal di atas juga perlu diperhatikan supaya bayi yang
dikandung berkembang dengan baik tanpa gangguan.
Mantra di atas, yaitu suparóo, perlu diucapkan oleh
suaminya dengan meletakkan tangan diatas perut istrinya, dengan mantra yang
berasal dari Yajurveda supaya anak mendapatkan ajaran Veda yang
mengajarkan tiga jalan kehidupan yaitu jñàna, bhakti, dan karma
màrga untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia ini dan nanti bisa mendapatkan
mokûa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar