Selasa, 03 Juli 2012

Garbhadhana Samskara

GARBHÀDHÀNA SAÝSKÀRA

yqey' p*iqv¢ mh¢ .Utana' g.Rmad/e - 
Eva te i/–yta' g.oR Anu sUtu' sivtve --

Yatheyaý påthivì mahì bhùtànàý garbhamàdadhe,
Evà te dhriyatàý garbho anu sùtuý savitave.
(Atharvaveda: 6.17.1)
Seperti (yathà) bumi yang luas ini (iyam mahì påthivì) menetapkan sejumlah mahluk dalam kandungannya (bhùtànàm garbhamàdadhe) demikian juga wahai istriku kamu (te) menjadi hamil (garbho anu dhriyatàm) dan kehamilan tersebut melahirkan seorang anak seperti sùrya yang penuh dengan cahaya dan sinar.
’Seperti halnya bumi yang luas ini, mengandung semua mahluk, demikian juga oh istriku engkau menjadi hamil dan dari kehamilan tersebut dapat melahirkan seorang yang seperti sang sùrya penuh dengan cahaya dan sinar’.
Mantra tersebut berasal dari Atharvaveda yang membicarakan tentang Garbhàdhàna saýskàra atau upacara sebelum kehamilan. Mantra tersebut perlu diucapkan sebelum suami istri mempunyai keinginan untuk mendapatkan keturunan atau anak. Dalam Suúruta 1.35, dikatakan bahwa waktu untuk pernikahan pria di atas 25 tahun dan wanita dan di atas 16 tahun dan tidak boleh di bawah umur ini. Jika seorang anak lahir dari kandungan ibu di bawah umur ini, anak yang akan lahir kurang sempurna dan akan cepat meninggal.
Dalam Mànava Dharmaúàstra 3.40.50 dikatakan bahwa waktu yang paling cocok untuk melakukan hubungan suami istri untuk menghasilkan anak adalah 16 hari setelah mulainya menstruasi. Empat hari setelah masa menstruasi atau setelah hari kelima sampai hari ke dua belas baru bisa dilakukan. Dalam Àyurveda dikatakan, jika suami-istri melakukan hubungan di antara dua belas hari sejak selesai menstruasi dan jika hamil, anak yang lahir akan sempurna dan sehat serta bijaksana. Jika wanita hamil setelah hari kedua belas, anak yang lahir akan kurang sempurna dalam umur, kesehatan, kekayaan, keuntungan, kekuatan dan warna (tàsu utarottaramàyuá arogya).
Dalam Manusmåti dikatakan, jika menginginkan anak yang lahir laki-laki, hubungan perlu dilakukan setelah selesai menstruasi, yaitu empat hari dan malam ke 6, 8, 10, 12, 14 dan 16. Di sini, tiga hitungan dari belakang tersebut akan lahir bayi laki-laki yang bagus. Tetapi, jika menginginkan anak perempuan, hubungan perlu dilakukan setelah menstruasi pada malam ke 5, 7, 9, dan 15. Dikatakan pula, jika terjadi kelebihan sperma dari laki-laki akan menyebabkan anak yang lahir laki-laki dan kelebihan sukra dari istri akan melahirkan anak perempuan. 
Sebelum melakukan hubungan suami istri perlu diucapkan mantra berikut:  
Oý Agni vàyucandrasùryaá pràyaúcittayo yùyaý devànàý pràyaúcittayaá stha bràhmaóo vo nàthakàma upadhàvami yàsyàá pàpi lakûmi ­stanu­stàmasyà apahat svàhà. (Gobhilgåhasùtra-5)
Artinya: "Oh Dewa Agni, Vàyu, Candra dan Sùrya, Engkau semua adalah dewa yang menyucikan segala prayaúcitta, seperti api mengeluarkan kotoran-kotoran, menyucikan sebuah barang dan lalu menjadikannya murni kembali. 
Dengan keinginan untuk mencari Tuhan, saya mencari perlindungan para dewa supaya istriku bilamana pernah mendapatkan kekayaan dengan tidak melalui jalan dharma sehingga menimbulkan dosa, mohon dimaafkan". 
Beberapa hari setelah diketahui istri hamil, perlu diucapkan mantra:  
Oý sùryo no divaspàtu vàto antarikûàt, agnirnaá pàrthivebhyaá. (Ågveda. 10.158.1). 
Artinya: "Oh Dewa Sùrya, anugerahilah dari surga loka dan lindungilah jabang bayi yang masih dalam kandungan ini, demikian juga semoga Dewa Bàyu memberikan anugerah dari antarikûa dan dari bumi Dewa Agni melindungi". 
Ada pula mantra lain yang perlu diucapkan yang berasal dari Ågveda: Daúa màsàñchaúa yànaá kumàro adhi màtari, niraitu jìvo akûato jìvo jìvantyà adhi. (Ågveda. 5.78.9).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar