Selasa, 03 Juli 2012

Samawartana Samskara

SAMÀVARTANA SAÝSKÀRA


£duÑam' vä, paxmSmdva/m' iv m?ym' è[qay - 

Aqa vymaidTy v–te tvanagso Aidtye Syam --



Uduttamaý varuóa pàúamasmad avàdhamaý vi madhyamaý úrathàya,
Athà vayamàditya vrate tavànàgaso aditaye syàma.
(Ågveda: 1.24.15)
Oh Dewa Varuóa (Varuóa), lepaskanlah (uta) ikatan (pàûam) di atas (uttamaý) kami (asmat), lepaskanlah (ava) ikatan di bawah (adhamaý), dan longgarkanlah ikatan di tengah (vimadhyamaýûrthàya). Setelah lepas dari semua ikatan ini (athà), kami (vayám) dalam hukum-Mu yang kekal (àdityavrate) akan mencapai mokûa (aditaye) dan menjadi (syàma) bebas dari dosa.

’Oh Deva Varuóa, bebaskanlah kami dari ikatan di atas dan bebaskanlah juga dari ikatan di bawah, serta bebaskan pula dari ikatan di tengah. Setelah bebas dari ikatan-ikatan tersebut, kami dalam hukum-Mu yang kekal akan mendapatkan mokûa dan kami terbebas dari segala dosa’.

Samàvartana saýskàra dilaksanakan setelah seorang anak menyelesaikan pendidikannya. Samàvartana, berarti kembali ke rumah setelah menyelesaikan pendidikan. Anak, yang diharapkan bertapa dan dilarang hidup mewah saat dalam masa pendidikan, dapat berkumpul kembali bersama keluarga dan menikmati kehidupan duniawi.

Sebelum meninggalkan sekolah (gurukula), guru akan memberikan nasihat terakhir agar sang murid mampu menghadapi dunia luar. Nasihat itu berbunyi sebagai berikut:

ye kw caSmTè[ey's" b–õ na" tezam( - 

Tvysnen p[SvistVym( - 

è[/ya deymè[/ya deym( - 

iè[ deyam( - òya deym( - i.ya deyam( - siMvda deyam( --

ye ke càsmat úreyaýsaá bràhma nàá teûàm,
tvayasanena prasvasitavyam,
úradhayà deyam aúradhayà deyam,
úriyà deyam, håyà deyam, bhiyà deyam, samvidà deyam.
Yang berarti:
Bergaullah dengan orang-orang baik dan bijaksana.
Bersedekahlah dengan hati yang tulus (úraddhà), tetapi meskipun tiada ketulusan, sebaiknya tetaplah bersedekah.
Wahai anakku, bagikanlah kepada orang lain jika kau memiliki kekayaan berlimpah, bersedekahlah karena rasa malu bila kau tak rela, bersedekahlah demi kesejahteraan umat manusia).
Pàraskara Gåhasùtra (2-5-35) menjelaskan mengenai tiga snàtaka (wisuda), yaitu vidyàsnàtaka, berarti murid yang hanya menyelesaikan pendidikan dan kemudian tidak meneruskan kehidupan brahmacàri, Vratasnàtaka adalah murid yang tidak menyelesaikan pendidikan, namun menjalankan kehidupan brahmacàri dengan jujur, Vidyàvrata-nataka: murid yang menyelesaikan pendidikan dan menjalankan kehidupan brahmacàri dengan benar.

Dalam Chàndogya Upaniûad dibahas tentang konsep brahmacàri. Ada tiga macam brahmacàri, yaitu vasu brahmacàri adalah murid yang menjalani kehidupan brahmacàri selama 24 tahun, sedangkan rudra brahmacàri selama 36 tahun, dan àditya brahmacàri selama 48 tahun. Dengan konsep tersebut, guru dapat memberi beberapa pilihan kepada murid. Jika seorang murid hanya ingin menjalani kehidupan brahmacàri selama 24 tahun, kemudian kembali ke rumah dan menikah, akan disebut vasu. Setelah itu, ia dapat hidup bermasyarakat dengan baik.

Dalam saýskàra tersebut murid akan mengembalikan daóða (tongkat) dan mekhalà (sabuk sutera) yang didapat dalam upanàyana saýskàra. Dengan demikian, samàvartana saýskàra bertujuan agar anak yang telah selesai mempelajari Veda dan ilmu pengetahuan lain, bisa kembali ke rumah, bekerja dan menikah. Wisuda merupakan contoh samàvartana saýskàra pada zaman sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar