SAMÀVARTANA SAÝSKÀRA
£duÑam' vä, paxmSmdva/m' iv m?ym' è[qay -
Aqa vymaidTy
v–te tvanagso Aidtye Syam --
Uduttamaý
varuóa pàúamasmad avàdhamaý vi madhyamaý úrathàya,
Athà vayamàditya vrate tavànàgaso aditaye syàma.
(Ågveda: 1.24.15)
Oh
Dewa Varuóa (Varuóa), lepaskanlah (uta) ikatan (pàûam) di
atas (uttamaý) kami (asmat), lepaskanlah (ava) ikatan di
bawah (adhamaý), dan longgarkanlah ikatan di tengah (vimadhyamaýûrthàya).
Setelah lepas dari semua ikatan ini (athà), kami (vayám) dalam
hukum-Mu yang kekal (àdityavrate) akan mencapai mokûa (aditaye)
dan menjadi (syàma) bebas dari dosa.
’Oh
Deva Varuóa, bebaskanlah kami dari ikatan di atas dan bebaskanlah juga
dari ikatan di bawah, serta bebaskan pula dari ikatan di tengah. Setelah bebas
dari ikatan-ikatan tersebut, kami dalam hukum-Mu yang kekal akan mendapatkan mokûa
dan kami terbebas dari segala dosa’.
Samàvartana saýskàra
dilaksanakan setelah seorang anak menyelesaikan pendidikannya. Samàvartana,
berarti kembali ke rumah setelah menyelesaikan pendidikan. Anak, yang
diharapkan bertapa dan dilarang hidup mewah saat dalam masa pendidikan, dapat
berkumpul kembali bersama keluarga dan menikmati kehidupan duniawi.
Sebelum meninggalkan sekolah (gurukula), guru akan
memberikan nasihat terakhir agar sang murid mampu menghadapi dunia luar.
Nasihat itu berbunyi sebagai berikut:
ye kw caSmTè[ey's" b–õ na" tezam( -
Tvysnen
p[SvistVym( -
è[/ya deymè[/ya deym( -
iè[ deyam( - òya deym( - i.ya deyam( -
siMvda deyam( --
ye ke càsmat úreyaýsaá bràhma nàá teûàm,
tvayasanena prasvasitavyam,
úradhayà deyam aúradhayà deyam,
úriyà deyam, håyà deyam, bhiyà deyam, samvidà deyam.
Yang berarti:
Bergaullah dengan orang-orang baik dan bijaksana.Bersedekahlah dengan hati yang tulus (úraddhà), tetapi meskipun tiada ketulusan, sebaiknya tetaplah bersedekah.Wahai anakku, bagikanlah kepada orang lain jika kau memiliki kekayaan berlimpah, bersedekahlah karena rasa malu bila kau tak rela, bersedekahlah demi kesejahteraan umat manusia).
Pàraskara Gåhasùtra
(2-5-35) menjelaskan mengenai tiga snàtaka (wisuda), yaitu vidyàsnàtaka,
berarti murid yang hanya menyelesaikan pendidikan dan kemudian tidak meneruskan
kehidupan brahmacàri, Vratasnàtaka adalah murid yang tidak menyelesaikan
pendidikan, namun menjalankan kehidupan brahmacàri dengan jujur, Vidyàvrata-nataka:
murid yang menyelesaikan pendidikan dan menjalankan kehidupan brahmacàri
dengan benar.
Dalam Chàndogya Upaniûad dibahas tentang konsep
brahmacàri. Ada tiga macam brahmacàri, yaitu vasu brahmacàri
adalah murid yang menjalani kehidupan brahmacàri selama 24 tahun,
sedangkan rudra brahmacàri selama 36 tahun, dan àditya brahmacàri
selama 48 tahun. Dengan konsep tersebut, guru dapat memberi beberapa pilihan
kepada murid. Jika seorang murid hanya ingin menjalani kehidupan brahmacàri
selama 24 tahun, kemudian kembali ke rumah dan menikah, akan disebut vasu.
Setelah itu, ia dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
Dalam saýskàra tersebut murid akan mengembalikan daóða
(tongkat) dan mekhalà (sabuk sutera) yang didapat dalam upanàyana
saýskàra. Dengan demikian, samàvartana saýskàra bertujuan agar anak
yang telah selesai mempelajari Veda dan ilmu pengetahuan lain, bisa
kembali ke rumah, bekerja dan menikah. Wisuda merupakan contoh samàvartana
saýskàra pada zaman sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar