PUNARBHÀVA
s' gC^Sv ipt*i." s' ymeneìapUteRn prme Vyomn( -
ihTvaya
vÛ' punrStmeih s' gC^Sv tNva suvcaR" --
saý
gacchasva pitåbhiá saý yameneûþàpùrtena parame vyoman.
hitvàyà vadyaý punarastamehi saý gacchasva tanvà
suvarcàá.
(Ågveda:10.14.8)
Wahai,
manusia! Di mana orang-orang yang mengikuti aturan dunia (yamena),
mendapatkan kehidupan kembali melalui para ibu dan bapak (pitåbhiá
saýgacchasva), untuk memenuhi keinginanmu dan untuk menuruti keinginan
orang lain/ibu dan bapak (iûþàpurten). Tujuan akhirmu dapat menyatukan
diri dengan Tuhan (paramevyoman). Tinggalkanlah kelakuan yang buruk (avadyam)
dan kembali (punar) di rumah/dunia (astam), datanglah (emi)
dengan badan yang sehat (suvarcaá tanvà) datanglah di dunia ini (saýgacchasva).
’Wahai,
manusia, untuk memenuhi keinginanmu dan menuruti keinginan-keinginan ibu/bapak
engkau lahir dalam aturan-aturan dunia ini, tetapi tujuan akhirmu adalah untuk
mencapai Tuhan (mokûa). Datanglah kembali ke dunia ini dengan badan
yang sehat dan tinggalkanlah perbuatan-perbuatan yang tidak baik’.
Dalam mantra tersebut konsep tentang punarbhàva atau
reinkarnasi menjelaskan, bahwa badan boleh saja meninggal, tetapi àtma tidak
pernah meninggal. Badan yang sebelumnya ada dalam sthùla úarìra (badan
kasar), setelah meninggal, àtma dengan saýskàra (perbuatan karmaphala)nya
akan menjadi sùkûma úarìra.
Dalam mantra tersebut dijelaskan,
"Oh manusia, jika pengaruh karma baik dan karma buruk serta masih ada keinginan yang belum terpenuhi di dunia ini, datanglah kembali di bumi ini melalui ibu dan bapak yang baru, karena mereka juga mempunyai keinginan untuk mendapatkan putra atau putri".
Dijelaskan juga, manusia lahir kembali
ke bumi jika keinginan jiwa dengan keinginan ibu/bapak adalah sama. Jika memang
demikian, jiwa masuk dalam kandungan ibu. Akan tetapi, dalam mantra tersebut
dikatakan bahwa bila lahir kembali untuk memenuhi keinginan, jangan lupa kamu
lahir untuk mendapatkan mokûa melalui kehidupan yang baru.
Kelahiran
berulang-ulang belum tentu menyatukan diri dengan Tuhan. Untuk itu, dengan
kelahiranmu yang baru, usahakan supaya mendapatkan mokûa atau menyatukan
diri dengan Tuhan, maka barulah àtma akan mendapatkan ànanda
(kebahagiaan).
Kata hitvàyà berarti ”Oh manusia, tinggalkanlah
kelakuanmu yang tidak baik, janganlah diulangi dalam kehidupanmu yang baru.
Dengan hal tersebut, berusahalah menjadi baik supaya bisa mendapatkan
pengetahuan untuk menyatukan diri dengan Tuhan.
Juga diharapkan dalam kelahiran
yang baru, datanglah dengan badan yang sehat dan bercahaya supaya bisa hidup
tanpa penyakit. Keinginan bisa terpenuhi dengan baik lewat badan yang sehat.
Jika badanmu tidak sehat (berpenyakit), karena tidak akan bisa mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan kamu akan merasa kurang. Untuk itu, kamu pun ingin
datang lagi di bumi ini untuk memenuhi keinginan tersebut.
Namun, badan sehat
seseorang yang telah memenuhi keinginan akan terpuaskan dan akan berusaha
mencapai tujuan akhir manusia, yaitu mokûa. Selama karma baik dan
buruk masih ada, keraguan masih menyelimuti jiwa, dan ada keinginan yang belum
tercapai, manusia akan lahir kembali untuk memenuhi hal tersebut. Sampai kapan
pun manusia berusaha untuk memenuhi keinginan di dunia ini, sehingga proses
kelahiran dan kematian tidak akan pernah selesai.
Dalam mantra tersebut
dijelaskan lahirlah untuk mencapai mokûa. Jika seseorang bisa lepas dari
karma baik dan buruk, tidak ada keinginan apa pun, dan semua keraguan
hilang, pada waktu itu àtma akan menyatukan diri dengan Tuhan.
Dalam Ågveda pertama-tama muncul konsep reinkarnasi
bahwa manusia tidak hanya lahir sekali saja tetapi berkali-kali sesuai dengan karma
masing-masing. Manusia terus akan lahir dalam bentuk lain selama tidak
ingin menyatukan diri dengan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar