Kamis, 05 Juli 2012

Perthiwi

PÅTHIVÌ

ySya' pUveR pUvRjna ivci¹re ySya' deva Asuran>yvtRyn( - 
gvamëana' vysé ivîa .g' vcR" p*iqv¢ no d/atu --

Yasyàý pùrve pùrvajanà vicakrire yasyàý devà asurànabhy avartayan,
Gavàmaúvànàý vayasaúca viûþhà bhagaý varcaá påþhivì no dadhàtu.
(Atharvaveda: 12.1.5)
Di ibu påþhivì di tempat (yasyàm) para leluhur (pùrvajanà) pernah melakukan karma yang istimewa (vicakrire), di bumi ini juga para dewa (devà) pernah mengalahkan raksasa (asurànabhyavartayan), yang menjadi tempat tinggal bagi sapi, kuda, dan burung-burung (gavàmasvànàm vayasaúca). Ibu påþhivì (påþhivì) sedemikian rupa memberikan (dadhàtu) keberuntungan dan cahayanya (varcaá) kepada kita semua (naá).
’Pada Ibu Pertiwi ini, di tempat para leluhur pernah melakukan karma yang sangat istimewa, di bumi ini para dewa juga pernah mengalahkan para raksasa, demikian juga tempat ini menjadi tempat tinggal sapi, kuda, dan burung-burung. Ibu Pertiwi sedemikian rupa memberikan keberuntungan dan memberikan cahayanya kepada kita semua’.
Sejarah manusia pertama kali diulas dalam Atharvaveda. Påþhivì dikatakan sebagai ibu bagi manusia. Di sana juga dijelaskan bagaimana perasaan cinta terhadap tanah air merupakan segala-galanya bagi kita. 
Seperti diketahui, pada awalnya påþhivì mengapung dalam air yang disebut dengan Hiraóyagarbha berupa sebuah telur yang berwarna emas. Pada waktu itu telur tersebut pecah menjadi dua yaitu menjadi bumi dan angkasa. Dalam Atharvaveda juga dikatakan bahwa bumi ini dilandasi oleh dharma (dharmaóa dhåtam) yang berarti semua cara kehidupan seharusnya berdasarkan dharma. Supaya dharma selalu mendapatkan kemenangan. Ibu Påþhivì memilih Dewa Indra sebagai pelindung bumi. 
Dalam Veda disebutkan bumi sebagai Hiraóyavakûaá yaitu memiliki dada emas. Artinya, siapa pun yang bekerja keras di bumi ini, akan sukses dan apa pun yang ditanam di bumi akan mendapatkan hasil yang besar. Untuk menghormati semua anugerah Ibu Påþhivì yang sedemikian besarnya, sebaiknya kita harus menjaga kelestarian lingkungan dan kebersihan bumi ini. 
Bumi ini pernah menjadi tempat bagi leluhur kita yang melakukan karya-karya besar, yang sampai sekarang masih dihormati oleh manusia. Demikian juga di bumi ini para dewa mengalahkan raksasa. Perang dewa melawan raksasa selalu berjalan di bumi ini. Orang baik adalah dewa dan orang jahat adalah raksasa. 

Di sini, bumi sebagai saksi selalu melihat kemenangan dewa karena kehidupannya selalu berdasarkan dharma. Untuk itu dimohon dalam mantra di atas supaya semua mahluk hidup mendapatkan keuntungan dan bercahaya, dan Ibu Påþhivì memberikan kebahagiaan kepada sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar