Selasa, 03 Juli 2012

Pendidikan Veda

PENGAJARAN VEDA

yqema' vac»Lya,¢mavdain jne>y" - 
b–õrajNya>ya' xUd–ay cayaRy c Svay ca,aRy c -

Yathemàý vàcam kalyàóìm àvadàni janebhyaá,
brahma ràjanyàbhyàý úùdràya càryàya ca svàya càróàya ca,..
(Yajurveda: 26.2)
Wahai manusia! Seperti aku (yathemàm) mengucapkan ajaran Veda yang murni/suci (vacame kalyàóimàvadàni) untuk semua manusia (janebhyah) demikian juga kamu mengucapkan ajaran ini kepada bràhmaóa dan kûatriya (brahmràjanyàbhyàm) untuk vaiúya, úùdra, para wanita dan bahkan untuk anàrya (orang yang tidak baik) (úùdràya càryàya, svàya càróàya).
’Wahai manusia seperti Aku mengucapkan ajaran Veda yang suci untuk umat manusia demikian juga kamu mengajarkan ajaran ini kepada para Bràhmaóa, Kûatriya, Vaiúya, Úùdra, dan para wanita dan bahkan kepada orang yang tidak baik (anàrya).
Dalam mantra yang dikutip dari Yajurveda tersebut dibahas tentang pengetahuan Veda yang diberikan kepada empat maharûi yaitu Åûi Agni, Åûi Vàyu, Åûi Àditya, dan Åûi Aògiras. Keempat åûi tersebut menerima ajaran Veda dari Tuhan pada awal penciptaan dunia. Lalu mereka mengajarkan empat Veda kepada Brahmà, setelah itu Åûi Vyàsa, dan seterusnya secara turun-menurun kepada åûi-åûi suci lainnya. 
Veda sebagai ajaran Úruti diajarkan oleh para mahaguru lewat proses mengajar secara lisan dan para murid mendengar ajaran tersebut secara langsung yang selanjutnya mereka menghafalnya. Proses belajar tersebut berlangsung cukup lama, yaitu hampir sampai awal Masehi, dan ajaran Veda belum pernah terwujud dalam buku secara tertulis. Bahkan, para murid pun tidak merasa perlu membe-rikan interprestasi tentang mantra-mantra dari Veda tersebut. 

Ada dua alasan mengapa demikian, yang salah satunya adalah Veda dianggap sangat suci dan hanya para åûi-lah yang mempunyai hak untuk memberikan interpretasi secara lisan kepada muridnya. 

Yang kedua, para murid merasa tidak perlu memberikan interpretasi karena melalui cara lisan Veda sudah bisa dipahami. Namun, pola pikir seperti itu lama-kelamaan berubah, dan pengetahuan tentang Veda pun menurun. Mulai muncul pendapat perlunya memberikan interpretasi agar orang bisa memahami ajaran Veda secara benar. 
Kalangan sarjana dan para bràhmaóa merasa sulit memahami Veda. Pernah ada seorang pendeta yang bernama Ràvaóa (bukan tokoh Ràmàyaóa) menulis sebuah komentar tentang Veda. Walaupun komentar tersebut kurang diterima oleh para sarjana, saat itu telah terjadi pengaruh kelompok anàrya yang kuat. 
Selanjutnya Sayanàcàrya seorang pendeta Sanskreta memberikan sebuah interpretasi tentang Veda yang disebut "Ritualistic Approach" dengan tafsiran bahwa rituallah yang paling penting dalam Veda

Walaupun Sayanàcàrya berhasil dalam tujuannya dan sampai abad ke-19 di India sering diselenggarakan ritual yang besar, tetapi lama-kelamaan konsep itu mulai berubah karena terdapat beberapa kesalahan tafsir tentang Veda, seperti tafsiran wanita dan úùdra tidak boleh belajar Veda, yang mengakibatkan hampir ratusan tahun wanita dan úùdra tidak diberikan hak untuk mendapatkan pengetahuan. 

Hal itu diperkuat dengan sebuah mantra yang dibuat para bràhmaóa yang berbunyi "strì úùdroóàdhiyatàm" yang berarti wanita dan úùdra tidak boleh belajar Veda. Padahal Veda sebenarnya untuk semua umat dan semuanya berhak belajar Veda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar