Selasa, 03 Juli 2012

Namakarana Samskara

NÀMAKARAÓA SAÝSKÀRA


ko Ais ktmo Ais kSyais ko namais - 

ySy te namamNmih yNTva somenat¢t*pam - 

.U.uRv" Sv" sup[ja" p[jai." Sya' suv¢ro v¢rW" supoz" pozW" --


Ko asi katamo asi kasyàsi ko nàmàsi, yasya te nàmàmanmahi yaý tvà some nàtìtåpàma, bhùrbhuvaásvaá suprajàá prajàbhiá syàý suvìro vìraiá supoûaá poûaiá.
(Yajurveda: 7.29)
Pada hari ini kami memberikan (àmanmahi) nama kepadamu (te nàma) dan kami juga memuaskan kamu (yam tvà) dengan susu dari ibu (somena). Untuk itu, wahai anakku, siapa kamu (ko asi), kamu milik siapa (kasyàsi), yang mana kamu (katamo asi), dan siapa namamu (ko nàmàsi) Tuhan yang memberikan pràóa, kebahagiaan, dan menjauhkan kita dari segala duka (bhùr buvaá svaá) semoga kami mendapatkan keturunan yang baik (suprajàá) dari semua golongan manusia (prajàbhi) dan dari para kûatriya (viraiá) mendapatkan keturunan yang sehat atau prawira (suvìra) dan selalu berkembang sehat dengan makanan yang bergizi (supoûaá poûaiá).

’Pada hari ini kami memberikan nama kepadamu, dan juga memuaskanmu dengan air susu ibu. Untuk itulah, wahai anakku, siapakah sebenarnya kamu? Dan milik siapa? Dan yang manakah kamu? Siapakah namamu? Tuhan yang telah memberikan pràóa, kebahagiaan, dan telah menjauhkan kita dari segala duka. Semoga kami mendapat keturunan yang baik dari semua unsur golongan manusia dan para kûatriya mendapatkan keturunan yang sehat dan perwira yang berkembang dengan makanan yang sehat penuh gizi’.

Saýskàra kelima adalah saýskàra yang bertujuan untuk membentuk manusia yang sejati. Saýskàra ini disebut Nàmakaraóa saýskàra atau saýskàra untuk memberikan nama kepada anak. Dalam Veda dikatakan bahwa nama yang diberikan kepada anak harus mempunyai makna dan tujuan yang bisa mengingatkan kepada anak supaya menjadi sesuai dengan nama yang telah diberikan. Dalam Laghu Pattrika dikatakan bahwa apa pun yang kita pikirkan, demikian pula yang diucapkan, dan apa yang kita ucapkan hendaknya demikian pula yang kita dilakukan. 

Dalam kesusastraan Sanskreta konsep úabda begitu penting. Melalui kata-kata kita bisa mencapai tujuan kehidupan. Orang yang mempelajari Upaniûad mengucapkan Soham (saya adalah Dia) dan seorang pengikut Vedànta mengatakan aham bhrahma asmi.

Kata-kata yang bermakna sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, demikian pula nama. Jika nama yang diberikan bermakna, seseorang bisa menjadi seperti namanya. Seperti Vivekànanda, Viveka berarti pengetahuan, dan ànanda berarti kebahagiaan sempurna. 

Dan Swàmì Vivekànanda membuktikan hal ini. Beberapa hal dibahas dalam Saýskàra Vidhi yang ditulis oleh Swàmì Dayà-nanda Sarasvatì yang perlu dipelajari untuk memperdalam saýskàra-saýskàra tersebut. Menurut Swàmì Dayànanda nama-nama yang tidak boleh diberikan kepada anak adalah mengambil nama jenis burung, binatang, nama-nama kota, dan sejenisnya. 

Dalam Mànavadharmaúàstra (3-9) dikatakan bahwa wanita yang mempu-nyai nama yang berkaitan dengan nakûatra, pohon, sungai, gunung, burung, dan ular sebaiknya dihindari. Hal tersebut disebabkan karena nama-nama tersebut tidak bisa memberikan sesuatu, sehingga nama-nama tersebut perlu dihindari. Dengan demikian nama-nama yang perlu diberikan kepada anak adalah nama-nama yang dalam pengucapannya enak dan tidak sulit diucapkan. 

Nama yang dalam satu suku kata mengandung beberapa konsonan perlu dihindari untuk menghindari pengucapan yang sulit dan kesalahan pengucapan. Dalam Saýskàra Vidhi juga dikatakan bahwa beberapa huruf baik konsonan dan vokal yang perlu digunakan dalam sebuah nama, yaitu konsonan meliputi gha, na, ja, jha, na, da, dha, ba, bha, ma, ya, ra, la, va, dan ha, dan vokal meliputi a (pendek), à (panjang), i (pendek), dan ì (panjang). Tujuan dari penggunaan huruf tersebut adalah mudah untuk diucapkan dan mempunyai suara merdu. 

Dalam Caraka Saýhità dikatakan bahwa nama yang akan diberikan kepada anak perlu dikaitkan dengan Nakûatra dan Muhùrta. Untuk memahami dengan mudah, setiap hari ada dewa-dewa yang khusus, sehingga pemberian nama sebaiknya berkaitan dengan dewa-dewa tersebut. Seperti dalam kalender Hindu terdapat 16 tithi dan 14 hari yaitu tanggal 1 sampai dengan 14 dan ditambah dua hari, yaitu purnama dan tilem. 

Enam belas hari itu mempunyai 16 dewa tersendiri, nama-nama yang diberikan hendaknya berkaitan dengan dewa-dewa tersebut. Dewa-dewa tersebut berurutan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 14 dan purnama dan tilem, yaitu Brahmà, Tvastå, Viûóu, Yama, Soma, Kumàra, Muni, Vasu, Úiva, Dharma, Rudra, Vàyu, Kàma, Ananta, Viúvedeva, dan Pitar.

Mantra di atas perlu diucapkan pada waktu memberikan nama kepada anak. Para keluarga dan teman-teman yang hadir dalam upacara tersebut mengucapkan mantra untuk keselamatan anaknya sebagai berikut: he balak, tvam àyuûmàn varcasvi tejasvi úrimàn bhùyàá. Artinya, wahai anak, semoga kamu panjang umur, memiliki pengetahuan, menjadi dermawan, mempunyai cahaya, dan memiliki kekayaan. Dengan demikian Nàmakaraóa saýskàra hendaknya dilaksanakan pada hari kesebelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar