NÀMAKARAÓA SAÝSKÀRA
ko Ais ktmo Ais kSyais ko namais -
ySy te namamNmih
yNTva somenat¢t*pam -
.U.uRv" Sv" sup[ja" p[jai." Sya'
suv¢ro v¢rW" supoz" pozW" --
Ko
asi katamo asi kasyàsi ko nàmàsi, yasya te nàmàmanmahi yaý tvà some nàtìtåpàma,
bhùrbhuvaásvaá suprajàá prajàbhiá syàý suvìro vìraiá supoûaá poûaiá.
(Yajurveda: 7.29)
Pada
hari ini kami memberikan (àmanmahi) nama kepadamu (te nàma) dan
kami juga memuaskan kamu (yam tvà) dengan susu dari ibu (somena).
Untuk itu, wahai anakku, siapa kamu (ko asi), kamu milik siapa (kasyàsi),
yang mana kamu (katamo asi), dan siapa namamu (ko nàmàsi)
Tuhan yang memberikan pràóa, kebahagiaan, dan menjauhkan kita dari
segala duka (bhùr buvaá svaá) semoga kami mendapatkan keturunan yang
baik (suprajàá) dari semua golongan manusia (prajàbhi) dan dari
para kûatriya (viraiá) mendapatkan keturunan yang sehat atau prawira (suvìra)
dan selalu berkembang sehat dengan makanan yang bergizi (supoûaá poûaiá).
’Pada
hari ini kami memberikan nama kepadamu, dan juga memuaskanmu dengan air susu
ibu. Untuk itulah, wahai anakku, siapakah sebenarnya kamu? Dan milik siapa?
Dan yang manakah kamu? Siapakah namamu? Tuhan yang telah memberikan pràóa,
kebahagiaan, dan telah menjauhkan kita dari segala duka. Semoga kami mendapat
keturunan yang baik dari semua unsur golongan manusia dan para kûatriya mendapatkan
keturunan yang sehat dan perwira yang berkembang dengan makanan yang sehat
penuh gizi’.
Saýskàra kelima adalah saýskàra
yang bertujuan untuk membentuk manusia yang sejati. Saýskàra ini disebut
Nàmakaraóa saýskàra atau saýskàra untuk memberikan nama kepada
anak. Dalam Veda dikatakan bahwa nama yang diberikan kepada anak harus
mempunyai makna dan tujuan yang bisa mengingatkan kepada anak supaya menjadi
sesuai dengan nama yang telah diberikan. Dalam Laghu Pattrika
dikatakan bahwa apa pun yang kita pikirkan, demikian pula yang diucapkan, dan
apa yang kita ucapkan hendaknya demikian pula yang kita dilakukan.
Dalam kesusastraan Sanskreta konsep úabda begitu
penting. Melalui kata-kata kita bisa mencapai tujuan kehidupan. Orang yang
mempelajari Upaniûad mengucapkan Soham (saya adalah Dia) dan
seorang pengikut Vedànta mengatakan aham bhrahma asmi.
Kata-kata yang bermakna sangat berpengaruh dalam kehidupan
manusia, demikian pula nama. Jika nama yang diberikan bermakna, seseorang bisa
menjadi seperti namanya. Seperti Vivekànanda, Viveka berarti
pengetahuan, dan ànanda berarti kebahagiaan sempurna.
Dan Swàmì
Vivekànanda membuktikan hal ini. Beberapa hal dibahas dalam Saýskàra
Vidhi yang ditulis oleh Swàmì Dayà-nanda Sarasvatì yang perlu
dipelajari untuk memperdalam saýskàra-saýskàra tersebut. Menurut Swàmì
Dayànanda nama-nama yang tidak boleh diberikan kepada anak adalah mengambil
nama jenis burung, binatang, nama-nama kota, dan sejenisnya.
Dalam Mànavadharmaúàstra
(3-9) dikatakan bahwa wanita yang mempu-nyai nama yang berkaitan dengan
nakûatra, pohon, sungai, gunung, burung, dan ular sebaiknya dihindari.
Hal tersebut disebabkan karena nama-nama tersebut tidak bisa memberikan
sesuatu, sehingga nama-nama tersebut perlu dihindari. Dengan demikian nama-nama
yang perlu diberikan kepada anak adalah nama-nama yang dalam pengucapannya
enak dan tidak sulit diucapkan.
Nama yang dalam satu suku kata mengandung beberapa konsonan
perlu dihindari untuk menghindari pengucapan yang sulit dan kesalahan
pengucapan. Dalam Saýskàra Vidhi juga dikatakan bahwa beberapa
huruf baik konsonan dan vokal yang perlu digunakan dalam sebuah nama, yaitu
konsonan meliputi gha, na, ja, jha, na, da, dha, ba, bha, ma,
ya, ra, la, va, dan ha, dan
vokal meliputi a (pendek), à (panjang), i (pendek), dan ì
(panjang). Tujuan dari penggunaan huruf tersebut adalah mudah untuk
diucapkan dan mempunyai suara merdu.
Dalam Caraka Saýhità dikatakan bahwa nama yang
akan diberikan kepada anak perlu dikaitkan dengan Nakûatra dan Muhùrta.
Untuk memahami dengan mudah, setiap hari ada dewa-dewa yang khusus, sehingga
pemberian nama sebaiknya berkaitan dengan dewa-dewa tersebut. Seperti dalam
kalender Hindu terdapat 16 tithi dan 14 hari yaitu tanggal 1 sampai
dengan 14 dan ditambah dua hari, yaitu purnama dan tilem.
Enam belas hari itu
mempunyai 16 dewa tersendiri, nama-nama yang diberikan hendaknya berkaitan
dengan dewa-dewa tersebut. Dewa-dewa tersebut berurutan dari tanggal 1 sampai
dengan tanggal 14 dan purnama dan tilem, yaitu Brahmà, Tvastå,
Viûóu, Yama, Soma, Kumàra, Muni, Vasu, Úiva, Dharma, Rudra, Vàyu, Kàma, Ananta,
Viúvedeva, dan Pitar.
Mantra di atas perlu diucapkan pada waktu memberikan nama
kepada anak. Para keluarga dan teman-teman yang hadir dalam upacara tersebut
mengucapkan mantra untuk keselamatan anaknya sebagai berikut: he balak, tvam
àyuûmàn varcasvi tejasvi úrimàn bhùyàá. Artinya, wahai anak, semoga kamu panjang umur, memiliki
pengetahuan, menjadi dermawan, mempunyai cahaya, dan memiliki kekayaan. Dengan
demikian Nàmakaraóa saýskàra hendaknya dilaksanakan pada hari kesebelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar