Selasa, 03 Juli 2012

Brahmacari

BRAHMACÀRI

b–õcyeR, tpsa deva m*Tyumupa`{t - 
—Nd–o h b–õcyeR, deve>y" Svra.rt( --19--

Brahmacaryeóa tapasà devà måtyum upàghnata,
Indro ha brahmacaryeóa devebhyaá svaràbharat.
(Atharvaveda: 11-5-19)
Dengan kekuatan brahmacàri (brahmacaryeóa) dengan bertapa (tapasà) para dewa (devà) mengalahkan (apàghnata) kematian (måtyum) dengan brahmacàri (brahmacaryeóa) Dewa Indra (indro) dengan pasti (ha) mendapatkan (svaràbha-rat) ànanda/amåta bagi para dewa (devebhyaá)
’Dengan kekuatan brahmacàri para dewa bertapa dan mengalahkan kematian. Dengan brahmacàri pula, Dewa Indra mendapatkan amåta untuk para dewa-dewa’.
Dalam mantra yang dikutip dari Atharvaveda tersebut, dijelaskan tentang keagungan brahmacàri. Seperti diketahui, bagian dari Catur Àúrama adalah brahmacàri, gåhastha, vànaprastha, dan saònyàsa. Secara tata bahasa, dalam urutan pertama yaitu brahmacàri terdapat kata brahm yang berarti Tuhan dan càri seseorang yang ingin mencari. 

Jadi, brahmacàri berarti seseorang yang ingin mencari Tuhan. Untuk itu, hampir dalam semua buku suci Veda, Upaniûad dan lain-lainnya disarankan supaya pada masa brahmacàri seseorang harus mengen-dalikan 10 indria dan pikiran, supaya bisa mendapatkan ojas (cahaya) dengan bertapa. Swàmì Dayànanda Sarasvatì menjelaskan seseorang yang bisa mengendalikan indria-indria tersebut adalah brahmacàri
Hampir dalam seluruh Veda keagungan brahmacàri dijelaskan, seperti "brahmacàryeóa tapasà ràjà ràûþraý rakûati, .. "(Atharvaveda -11-5-17) yang berarti para raja atau pemimpin negara hanya bisa melindungi kerajaan dengan kekuatan brahmacarya

Demikian juga para yogi serta àcàrya pun pertama-tama harus membuktikan diri sendiri mampu sebagai brahmacàri dan setelah itu baru mereka boleh mengajar muridnya. Di sini jelas terlihat begitu pentingnya melaksanakan brahmacàri. Dalam Veda dijelaskan bahwa jika seorang raja/pemimpin negara dan seorang guru bisa memahami makna brahmacàri, mereka akan bisa melindungi negara dan mengajar dengan baik. 

Sebaliknya, jika tidak bisa memahami makna brahmacàri, mereka akan gagal melindungi negara, dan selanjutnya mereka akan hancur. Mengapa demikian, karena seorang pemimpin negara akan menjadi contoh bagi masyarakat, setelah itu barulah masyarakat akan mengikuti sang pemimpin. 
Lebih lanjut dalam Atharvaveda dijelaskan "..tasmin devàá saý manaso bhavanti," yang berarti bahwa semua dewa tinggal dalam brahmacàri dan "sa dàdhàra påthivìý divaý ca" (Atharvaveda -11-5-1) yang berarti seorang brahmacàri dapat menguasai angkasa dan bumi. 

Dalam mantra di atas dijelaskan bahwa para dewa melaksanakan brahmacarya dan mampu mengalahkan kematian. Dengan contoh Dewa Indra dengan kekuatan brahmacarya mendapatkan ànanda/amåta yang diberikan kepada para dewa, yang nantinya menjadi kekal. 
Dalam Mahàbhàrata terdapat contoh Bhìûma yang dipanah oleh Arjuna tetapi Bhìûma tidak ingin mati dulu dalam dakûióàyana dan beliau menunggu sampai uttaràyaóa. Jalan uttaràyaóa adalah jalan menuju mokûa dan orang yang meninggal dalam uttaràyaóa tidak akan kembali ke dunia ini. 

Sedangkan orang yang meninggal pada waktu dakûióàyana akan datang kembali di bumi ini. Bhìûma dengan kekuatan brahmacàri mengalahkan kematian dan beliau dapat menentukan kematiannya sesuai dengan keinginannya. Banyak para yogi dan åûi yang meninggalkan badan sesuai dengan keinginan mereka sendiri, seperti Swàmì Dayànanda, Swàmì Vivekànanda, Ràmaóa Maharûi, dan lain-lainnya.
Di zaman sekarang kita sering salah paham akan arti brahmacàri dan menganggap brahmacàri berarti masa belajar, tetapi begitu menjadi budak indria kita akan kehilangan oja yang didapatkan. Hal tersebut dibuktikan oleh para maharûi, bahwa jika seseorang mampu mengendalikan indria, lambat laun nanti vìrya (kekuatan) akan naik ke atas dan akan menjadi oja dan teja serta akan menikmati kebaha-giaan dengan lengkap. Untuk itu kita harus mengendalikan diri dan berhasil dalam kehidupan. 
Jika seseorang diperbudak indria ia akan cepat kehilangan ingatan dan akan cepat tua. Supaya kita hidup bahagia 100 tahun kita perlu menjalankan brahmacàri. Seorang brahmacàri harus menjauhkan diri dari hubungan seks karena kenikmatan seksual adalah seperti masuk ke dalam lumpur. 

Sekali masuk di dalamnya, sulit keluar dan akhirnya akan mati. Seseorang yang bernafsu tidak bisa mendapatkan kedamaian dalam hidup ini "sa úànti màpnoti na kàmakami" (Bhagavad Gìtà)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar