BRAHMACÀRI
—Nd–o h b–õcyeR, deve>y" Svra.rt( --19--
Indro ha brahmacaryeóa devebhyaá svaràbharat.
(Atharvaveda: 11-5-19)
Dengan
kekuatan brahmacàri (brahmacaryeóa) dengan bertapa (tapasà) para
dewa (devà) mengalahkan (apàghnata) kematian (måtyum)
dengan brahmacàri (brahmacaryeóa) Dewa Indra (indro) dengan pasti
(ha) mendapatkan (svaràbha-rat) ànanda/amåta bagi para
dewa (devebhyaá)
’Dengan
kekuatan brahmacàri para dewa bertapa dan mengalahkan kematian. Dengan brahmacàri
pula, Dewa Indra mendapatkan amåta untuk para dewa-dewa’.
Dalam mantra yang dikutip dari Atharvaveda tersebut,
dijelaskan tentang keagungan brahmacàri. Seperti diketahui, bagian dari Catur
Àúrama adalah brahmacàri, gåhastha, vànaprastha, dan saònyàsa.
Secara tata bahasa, dalam urutan pertama yaitu brahmacàri terdapat kata brahm
yang berarti Tuhan dan càri seseorang yang ingin mencari.
Jadi, brahmacàri berarti seseorang yang ingin mencari Tuhan. Untuk itu, hampir dalam semua buku suci Veda, Upaniûad dan lain-lainnya disarankan supaya pada masa brahmacàri seseorang harus mengen-dalikan 10 indria dan pikiran, supaya bisa mendapatkan ojas (cahaya) dengan bertapa. Swàmì Dayànanda Sarasvatì menjelaskan seseorang yang bisa mengendalikan indria-indria tersebut adalah brahmacàri.
Jadi, brahmacàri berarti seseorang yang ingin mencari Tuhan. Untuk itu, hampir dalam semua buku suci Veda, Upaniûad dan lain-lainnya disarankan supaya pada masa brahmacàri seseorang harus mengen-dalikan 10 indria dan pikiran, supaya bisa mendapatkan ojas (cahaya) dengan bertapa. Swàmì Dayànanda Sarasvatì menjelaskan seseorang yang bisa mengendalikan indria-indria tersebut adalah brahmacàri.
Hampir dalam seluruh Veda keagungan brahmacàri
dijelaskan, seperti "brahmacàryeóa tapasà ràjà ràûþraý rakûati, .. "(Atharvaveda
-11-5-17) yang berarti para raja atau
pemimpin negara hanya bisa melindungi kerajaan dengan kekuatan brahmacarya.
Demikian juga para yogi serta àcàrya pun pertama-tama harus membuktikan diri sendiri mampu sebagai brahmacàri dan setelah itu baru mereka boleh mengajar muridnya. Di sini jelas terlihat begitu pentingnya melaksanakan brahmacàri. Dalam Veda dijelaskan bahwa jika seorang raja/pemimpin negara dan seorang guru bisa memahami makna brahmacàri, mereka akan bisa melindungi negara dan mengajar dengan baik.
Sebaliknya, jika tidak bisa memahami makna brahmacàri, mereka akan gagal melindungi negara, dan selanjutnya mereka akan hancur. Mengapa demikian, karena seorang pemimpin negara akan menjadi contoh bagi masyarakat, setelah itu barulah masyarakat akan mengikuti sang pemimpin.
Demikian juga para yogi serta àcàrya pun pertama-tama harus membuktikan diri sendiri mampu sebagai brahmacàri dan setelah itu baru mereka boleh mengajar muridnya. Di sini jelas terlihat begitu pentingnya melaksanakan brahmacàri. Dalam Veda dijelaskan bahwa jika seorang raja/pemimpin negara dan seorang guru bisa memahami makna brahmacàri, mereka akan bisa melindungi negara dan mengajar dengan baik.
Sebaliknya, jika tidak bisa memahami makna brahmacàri, mereka akan gagal melindungi negara, dan selanjutnya mereka akan hancur. Mengapa demikian, karena seorang pemimpin negara akan menjadi contoh bagi masyarakat, setelah itu barulah masyarakat akan mengikuti sang pemimpin.
Lebih lanjut dalam Atharvaveda dijelaskan "..tasmin devàá saý
manaso bhavanti," yang berarti
bahwa semua dewa tinggal dalam brahmacàri dan "sa dàdhàra påthivìý
divaý ca" (Atharvaveda
-11-5-1) yang berarti seorang brahmacàri
dapat menguasai angkasa dan bumi.
Dalam mantra di atas dijelaskan bahwa para dewa melaksanakan brahmacarya dan mampu mengalahkan kematian. Dengan contoh Dewa Indra dengan kekuatan brahmacarya mendapatkan ànanda/amåta yang diberikan kepada para dewa, yang nantinya menjadi kekal.
Dalam mantra di atas dijelaskan bahwa para dewa melaksanakan brahmacarya dan mampu mengalahkan kematian. Dengan contoh Dewa Indra dengan kekuatan brahmacarya mendapatkan ànanda/amåta yang diberikan kepada para dewa, yang nantinya menjadi kekal.
Dalam Mahàbhàrata terdapat contoh Bhìûma yang
dipanah oleh Arjuna tetapi Bhìûma tidak ingin mati dulu dalam dakûióàyana
dan beliau menunggu sampai uttaràyaóa. Jalan uttaràyaóa
adalah jalan menuju mokûa dan orang yang meninggal dalam uttaràyaóa
tidak akan kembali ke dunia ini.
Sedangkan orang yang meninggal pada waktu dakûióàyana akan datang kembali di bumi ini. Bhìûma dengan kekuatan brahmacàri mengalahkan kematian dan beliau dapat menentukan kematiannya sesuai dengan keinginannya. Banyak para yogi dan åûi yang meninggalkan badan sesuai dengan keinginan mereka sendiri, seperti Swàmì Dayànanda, Swàmì Vivekànanda, Ràmaóa Maharûi, dan lain-lainnya.
Sedangkan orang yang meninggal pada waktu dakûióàyana akan datang kembali di bumi ini. Bhìûma dengan kekuatan brahmacàri mengalahkan kematian dan beliau dapat menentukan kematiannya sesuai dengan keinginannya. Banyak para yogi dan åûi yang meninggalkan badan sesuai dengan keinginan mereka sendiri, seperti Swàmì Dayànanda, Swàmì Vivekànanda, Ràmaóa Maharûi, dan lain-lainnya.
Di zaman sekarang kita sering salah paham akan arti brahmacàri
dan menganggap brahmacàri berarti masa belajar, tetapi begitu menjadi
budak indria kita akan kehilangan oja yang didapatkan. Hal tersebut
dibuktikan oleh para maharûi, bahwa jika seseorang mampu mengendalikan indria,
lambat laun nanti vìrya (kekuatan) akan naik ke atas dan akan menjadi oja
dan teja serta akan menikmati kebaha-giaan dengan lengkap. Untuk itu
kita harus mengendalikan diri dan berhasil dalam kehidupan.
Jika seseorang diperbudak indria ia akan cepat kehilangan
ingatan dan akan cepat tua. Supaya kita hidup bahagia 100 tahun kita perlu
menjalankan brahmacàri. Seorang brahmacàri harus menjauhkan diri
dari hubungan seks karena kenikmatan seksual adalah seperti masuk ke dalam
lumpur.
Sekali masuk di dalamnya, sulit keluar dan akhirnya akan mati. Seseorang yang bernafsu tidak bisa mendapatkan kedamaian dalam hidup ini "sa úànti màpnoti na kàmakami" (Bhagavad Gìtà)
Sekali masuk di dalamnya, sulit keluar dan akhirnya akan mati. Seseorang yang bernafsu tidak bisa mendapatkan kedamaian dalam hidup ini "sa úànti màpnoti na kàmakami" (Bhagavad Gìtà)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar