SMARA
deva" p[ ih,ut SmrmsO mamnu xoctu --
Devàá pra hióuta smaramasau màmanu úocatu.
(Atharvaveda: 6.130.2)
Semoga
istriku (asau) selalu mengingatku (smaratàditi me). Demikian pula
suamiku (priyo me) agar selalu mengingatku (smaratàditi). Para
Dewa (devàh) membangkitkan (pra hióuta) keinginan kàma
(smaram), sehingga sang istri / suami (asau) selalu memikirkannya
(màmanu socatu).
’Semoga
istriku selalu mengingatku. Demikian pula suamiku agar selalu mengingatku. Para
Dewa membangkitkan keinginan kàma kami, sehingga kami suami/istri selalu
memikirkannya’.
Dalam Veda terdapat mantra-mantra tentang dharma,
artha, kàma, dan mokûa. Di satu sisi, dibicarakan bagaimana
seseorang memandang dunia ini, dan selanjutnya memikirkan tujuannya yang lebih
tinggi yaitu mencari mokûa. Di sisi lain, dibahas pula hal-hal
keduniawian, yaitu bagaimana dalam menjalani kehidupan, artha dan kàma
manusia dapat berlangsung dengan baik dan benar.
Para åûi memandang kàma dengan memberikan suatu
definisi sebagai munculnya suatu perasaan antara laki-laki dan perempuan
(seseorang pernah mengalami diri menjadi laki-laki atau perempuan) yang menyebabkan
keterikatan antara laki-laki dan perempuan. Untuk itu, konsep kàma tidak
diabaikan dalam Veda, bahkan secara mendetail dibahas dengan tujuan agar
manusia memahami artinya secara baik dan benar.
Para åûi terutama Åûi Vàtsyàyana yang menulis Kàma
Sùtra, membahas bahwa manusia memerlukan makanan untuk perut, kàma
untuk pikiran, dan sembahyang untuk àtma.
Beberapa orang dan juga para ilmuwan modern berpendapat, kàma adalah sama halnya dengan proses 'makan untuk hidup'. Tetapi, bukan berarti bahwa kàma sama dengan makan, karena tanpa makanan manusia tidak bisa hidup, sedangkan tanpa kàma manusia tetap bisa hidup.
Beberapa orang dan juga para ilmuwan modern berpendapat, kàma adalah sama halnya dengan proses 'makan untuk hidup'. Tetapi, bukan berarti bahwa kàma sama dengan makan, karena tanpa makanan manusia tidak bisa hidup, sedangkan tanpa kàma manusia tetap bisa hidup.
Agar suatu masyarakat menjadi lebih berkembang secara teratur
dan murni, dikenalkan konsep brahmacarya, yaitu mengendalikan indera,
mengatasi, dan selanjutnya menang atas indera itu.
Perlu kita ketahui dalam catur àúrama yang terbagi menjadi empat bagian, yaitu brahmacàri, gåhastha, vànaprastha, dan saònyàsa, hanya satu àúrama saja yang 'mengijinkan' kàma itu digunakan yaitu dalam gåhastha àúrama.
Hal itu bermakna sangat penting, yaitu bilamana manusia hidup teratur dalam tingkatan catur àúrama, di mana dalam setiap tingkatan (àúrama) manusia mempunyai hak dan tugas masing-masing.
Dalam catur àúrama diharapkan agar keinginan (kàma) bisa ditempatkan pada masa gåhastha secara benar. Mantra tersebut perlu diucapkan untuk menghindar terjadinya perceraian, sehingga nantinya mereka akan hidup bahagia dengan putra-putrinya yang sehat dan terpelajar.
Perlu kita ketahui dalam catur àúrama yang terbagi menjadi empat bagian, yaitu brahmacàri, gåhastha, vànaprastha, dan saònyàsa, hanya satu àúrama saja yang 'mengijinkan' kàma itu digunakan yaitu dalam gåhastha àúrama.
Hal itu bermakna sangat penting, yaitu bilamana manusia hidup teratur dalam tingkatan catur àúrama, di mana dalam setiap tingkatan (àúrama) manusia mempunyai hak dan tugas masing-masing.
Dalam catur àúrama diharapkan agar keinginan (kàma) bisa ditempatkan pada masa gåhastha secara benar. Mantra tersebut perlu diucapkan untuk menghindar terjadinya perceraian, sehingga nantinya mereka akan hidup bahagia dengan putra-putrinya yang sehat dan terpelajar.
Satu lagi yang perlu diketahui bahwa hal tersebut juga dapat
menghindari jumlah penduduk yang berkembang pesat tanpa kendali. Dalam konsep Veda,
hanya saat gåhastha-lah sebaiknya tinggal di kota, dan yang lainnya agar
tinggal di luar kota. Hal itu akan menyelesaikan masalah kepadatan kota dan
menghindari kemungkinan terjangkitnya berbagai penyakit.
Dalam Mànava Dharmaúàstra disebutkan mengenai keberadaan putra pertama sang Dharma, sedangkan putra-putri selanjutnya tidak lebih dari ikatan kàma saja. Sa eva dharmaja berarti yang paling utama adalah satu putra karena setelah itu yang lahir adalah ikatan kàma.
Dalam Mànava Dharmaúàstra disebutkan mengenai keberadaan putra pertama sang Dharma, sedangkan putra-putri selanjutnya tidak lebih dari ikatan kàma saja. Sa eva dharmaja berarti yang paling utama adalah satu putra karena setelah itu yang lahir adalah ikatan kàma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar