Wiûóu, yang juga dikenal
sebagai MahàWiûóu, merupakan dewatà
kedua dari trimùrti Hindu;
yang menyatakan sattvaguóa
dan
merupakan kekuatan (gaya) sentripetal yang bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan, perlindungan dan merawat alam semesta yang diciptakan ini.
Pengertian ethimologis, kata ‘Wiûóu’ berarti ‘ yang meliputi, atau yang menyusupi
segalanya’. Oleh karena itu Dia merupakan realitas alam semesta yang
melampaui dan juga immanen. Dia merupakan penyebab dan kekuatan bathin yang
menimbulkan keberadaan ini. Nama lain Wiûóu
yang
sangat umum dan terkenal adalah Nàràyaóa; yang berarti:
- yang membuat air penyebab sebagai tempat tinggalnya;
- yang merupakan tempat kediaman seluruh mahluk manusia;
- yang membuat hati manusia sebagai tempat kedudukannya;
- yang merupakan tujuan akhir segenap mahluk manusia.
Penafsiran pertama telah memunculkan
uraian tentang Nàràyaóa
yang
umum dan terkenal sebagai berikut:
Setelah peleburan alam semesta dari
siklus sebelumnya dan sebelum penciptaan berikutnya, Nàràyaóa Tuhan Tertinggi, jatuh tertidur pada
alas tidur ular Úeûa
(yang
juga disebut Ananta), yang mengapung pada air
lautan Kûìrasamudra (lautan
susu).
Salah satu kaki-Nya berada dipangkuan dewì Lakûmì, pendamping-Nya, yang dengan lembut
memijati-Nya. Ketika Dia bermimpi akan penciptaan berikutnya, sekuntum kembang
padma muncul dari pusarnya bersama-sama dengan dewa Brahmà yang duduk disana. Setelah bangun, Dia
menyuruh Brahmà untuk
mulai dengan kegiatan penciptaan.
Ini merupakan gambaran yang sangat
alegoris; dimana lautan menyatakan air penyebab sebagai sumber segala kehidupan
yang tampaknya juga merupakan konsep yang tidak umum dijumpai dalam agama lainnya.
Atau, karena itu merupakan Kûìrasamudra, lautan susu menyatakan
wujud Prakåti atau
alam yang paling murni dalam keadaannya yang tak terbedakan, dimana putihnya
itu menandakan kemurnian.
Dari beberapa kesamaan kata Àpas (air), adalah kata Amåta (nektar, yang juga menyatakan
kebahagiaan). Karena itu kita dapat mengatakan bahwa Nàràyaóa terapung pada lautan kebahagiaan, yang
seharusnya terjadi demikian.
Ular Úeûa atau Ananta
dikatakan
memiliki seribu kepala dan menopang alam dunia pada tudung kepalanya. Ananta,
yang arti sebenarnya 'tanpa akhir'
atau 'takterbatas' sesungguhnya
menandakan waktu kosmis yang takterbatas atau tanpa akhir. Dunia ciptaan ini
muncul dalam keberadaan waktu dan dipelihara dalam waktu. Inilah makna dari
ribuan tudung kepala ular kobra yang menyangga dunia. Ribuan tudung kepala ular
hanya menyatakan pembagian waktu yang takterhitung banyaknya.
Konsep ribuan tudung kepala ular yang
menyangga dunia juga dapat membawa pada penafsiran bahwa ular menyatakan ruang
kosmis, dimana segalanya ada.
Kata Úeûa sendiri juga sangat bermakna, seperti 'yang tersisa', 'yang tinggal
pada saat akhir'. Karena penciptaan tak dapat muncul dari ketiadaan,
maka diperkirakan bahwa 'sesuatu'
itu 'tertinggal' (úeûa) dari penciptaan sebelumnya, yang
membentuk benih penciptaan berikutnya. Dengan demikian, Úeûa menyatakan totalitas dari jìva atau roh-roh individual
dalam wujudnya yang halus, yang tertinggal dari siklus sebelumnya dan yang
memerlukan kesempatan berikutnya untuk muncul kembali.
Ular juga dapat menyatakan Kàma atau keinginan yang senantiasa
tertinggal (úeûa), bahkan setelah mendapatkan dan
menikmati obyek-obyek keinginan itu sendiri. Hal ini berlangsung terus hingga mokûa atau pembebasan akhir. Karena itu,
dalam pengertian kosmis, ia dapat menyatakan kehendak Tuhan untuk memulai
siklus penciptaan berikutnya setelah istirahat.
Wiûóu
senantiasa
dilukiskan sebagai Nìlameghaúyàma, warna biru gelap bagaikan awan yang mengandung air
hujan. Karena ruang kosong takterbatas itu tampak sebagai berwarna biru gelap, maka
wajarlah apabila Wiûóu
sebagai
kekuatan kosmis yang meliputi segalanya itu dilukiskan berwarna biru.
Wujud gambaran Wiûóu yang paling umum memiliki satu wajah,
empat lengan yang memegang Úaòkha
(kulit
kerang), Cakra (jentera),
Gadà (pentungan), Padma (kembang seroja) dan mengenakan kalung
dengan permata terkenal Kaustubha
yang
berayun-ayun pada gelung rambut Úrìvatsa
pada
dada kiri. Dia juga mengenakan rangkaian bunga atau permata yang bernama Vaijayantì.
Empat lengan menyatakan empat arah
mata angin, sehingga merupakan kekuasaan mutlak-Nya pada segala arah. Úaòkha menyatakan lima unsur dasar, Cakra menyatakan pikiran kosmis, Gadà menyatakan kecerdasan kosmis dan
kembang Padma menyatakan
dunia yang berkembang ini. Seperti halnya kembang teratai yang muncul dari
dalam air dan kuncup perlahan-lahan mengembang dalam segala kemegahannya,
demikian juga dunia ini berasal dari air penyebab dan secara bertahap
berkembang dalam segala kesemarakannya.
Dengan demikian, kembang Padma
disini melambangkan dunia yang berkembang ini. Dunia hanya dapat tercipta
melalui kombinasi lima unsur, pikiran dan kecerdasan. Karena itu makna
keseluruhan dari perlambang ini akan menjadi bahwa Wiûóu merupakan pencipta dan penguasa dunia
ini.
Gelung rambut, Úrìvatsa menyatakan segala obyek kenikmatan,
sebagai hasil dari alam. Permata Kaustubha
yang
bertengger di sana menyatakan si penikmat. Dengan demikian, dunia dualitas ini
terdiri dari si penikmat dan yang dinikmati, seperti perhiasan yang dikenakan Wiûóu.
Rangkaian bunga Vaijayantì
melambangkan
unsur-unsur halus (bhùta-tanmàtra).
Kadang-kadang dua buah sejata lagi,
yaitu pedang Nandaka
(yang
menyatakan kebijaksanaan) dan busur Úàròga
(yang
menyatakan indra-indra kosmis) ditambahkan pada kasanah persenjataan Wiûóu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar