Brahmà
Dengan demikian Brahmà merupakan sumber, benih dari semua
yang ada. Seperti yang dinyatakan oleh namanya, Dia merupakan ketakterhinggaan
tanpa batas, sebagai sumber dari ruang, waktu dan penyebab, yang memunculkan
nama dan wujud.
Secara filosofis, Dia merupakan tahap pertama dari manifestasi
tentang pernyataan keberadaan individual
(ahaòkàra).
Secara theologis, Dia adalah pencipta yang tak terciptakan (svayambhù), pribadi awal yang ada dengan
sendirinya.
Dia memiliki beberapa julukan yang
merupakan petunjuk akan keberadaannya yang menarik. Dari titik pandang
kosmologi, Dia adalah Janin Keemasan (hiraóyagarbha), bola api, sebagai sumber asal mulanya
alam semesta raya ini.
Karena segala mahluk yang tercipta ini adalah
keturunannya, maka Dia disebut Prajàpati, penguasa anak keturunan
atau juga disebut Pitàmaha, sang kakek moyang. Dia
juga disebut Vidhi, sang
pengatur, dan Lokeúa, penguasa dunia, demikian
juga sebagai Dhatå, si pemelihara. Dia juga
disebut Viúvakarmà, arsitek alam semesta.
Literatur mithologi Hindu melukiskan Brahmà yang muncul dari kembang padma yang
berasal dari pusar Wiûóu; sehingga Dia juga
disebut sebagai Nàbhija
(yang
lahir dari pusar), Kañja
-
(yang lahir dari air) dan lain sebagainya.
Cukup aneh juga bahwasanya nama Nàràyaóa (‘yang bertempat tinggal di dalam air penyebab’ atau ‘tempat tinggal manusia’) telah dikenakan kepada-Nya dan
baru kemudian dikenakan kepada Wiûóu.
Brahmà
sang
pencipta dan Sarasvatì, sebagai pen-dampingnya
merupakan pokok dari beberapa cerita dalam literatur mithologi kita; yang
secara singkat dapat di ringkas sebagai berikut:
- Brahmà lahir dari telur keemasan yang berasal dari air penyebab tanpa batas. Pendampingnya, yaitu Vàc atau Sarasvatì diwujudkan dari padanya. Dari penya-tuannya lahirlah segenap mahluk-mahluk di dunia ini.
- Brahmà menyatakan kitab-kitab Weda dan Sarasvatì sebagai roh dan artinya. Oleh karena itu, seluruh ilmu pengetahuan, baik yang sakral maupun sekuler, berasal dari padanya.
- Dahulu Brahmà menjadi seekor babi hutan jantan dan mengangkat bumi dari bawah air dan menciptakan dunia, para bijak dan Prajàpati. (cerita ini kemudian dialihkan kepada Wiûóu).
- Wujud kura-kura (penyu) dan ikan (kemudian dianggap sebagai avatàra Wiûóu), juga telah dikenakan kepada Brahmà.
- Orang-orang bijang agung seperti Maricì, Atri, Aògira dan yang lain-lainnya merupakan anak-anak yang ‘lahir dari pikirannya.’ Manu, sebagai Adam dari bangsa Àrya, merupakan kakek moyangnya.
- Dia sangat mudah disenangkan dengan ostirirti (tapah) dan memberi anugerah kepada para pemohon, baik itu para dewa, raksasa maupun manusia.
- Dia merupakan penemu seni panggung dan musik, tari-tarian dan seni panggung diperlihatkan olehnya.
- Dia merupakan pendeta utama yang melaksanakan upacara pernikahan Úiwa dengan Pàrvatì.
Walaupun dalam kenyataannya Brahmà merupakan Tuhan Tertinggi dalam aspek
kreatif dan merupakan anggota yang sama-sama pentingnya dalam trimùrti,
anehnya tak ada kuil yang khusus diperuntukkan baginya, kecuali satu di Puûkar.
Meskipun alasan mentah diberikan dalam beberapa kitab Puràóa tentang lenyapnya prestise Brahmà,
bebepara orang sarjana berpendapat bahwa kepercayaan Brahmà telah mendominasi dalam Hinduisme
sebelum Weda dan selanjutnya digantikan dan tersisih
oleh kepercayaan Úiwa-Wiûóu.
Dalam kenyataannya, evolusi dari
konsep Úakti -
masing-masing dewatà memiliki Úakti atau Kekuasaan sebagai pendampingnya -
dan penjelasan bahwa penciptaan berasal dari kombinasi (penyatuan) para dewa
dengan Úakti-nya, telah membuat Brahmà menjadi berlebihan.
Gambaran Brahmà memiliki empat kepala yang menghadap
empat penjuru (arah); yang menyatakan empat Weda, empat Yuga (siklus waktu), dan empat Varóa (pembagian masyarakat yang didasarkan
pada sifat, kecenderungan dan ketrampilan). Biasanya, wajahnya memiliki janggut
dan mata tertututp dalam meditasi. Keempat lengannya memegang benda-benda
berbeda dalam sikap yang berbeda pula. Lengan itu menyatakan empat arah.
Benda
yang dipegangnya biasanya berupa: Akûamàlà
(tasbih),
Kùrca (kwas dari rumput kuúa), Sruk (sendok besar), Sruva (sendok biasa), Kamaóðalu (kendi) dan Pustaka (buku). Kombinasi dan
susunannya berragam dari gambaran yang satu dengan yang lainnya. Tasbih
menyatakan waktu, dan kendi sebagai air penyebab, sumber segala penciptaan.
Dengan demikian, Brahmà
mengendalikan
waktu dan juga prinsip penciptaan. Rumput kuúa, sendok besar dan sendok biasa
sebagai pelengkap upacara kurban, menyatakan sistem kurban yang maksudnya
dipergunakan oleh berbagai mahluk untuk saling memelihara. Buku menyatakan
pengetahuan suci dan sekuler. Dia adalah penganugerah pengetahuan, - seni,
ilmiah dan kebijaksanaan.
Sikap tangan (mudrà)
adalah
Abhaya (memberikan perlindungan) dan Varada (memberikan berkah).
Gambarannya mungkin dalam sikap
berdiri (pada kembang padma) atau dalam sikap duduk (pada atau mengendarai
angsa). Haýsa atau
angsa disini menyatakan kemampuan membedakan dan kebijaksanaan.
Kadang-kadang Brahmà tampak mengendarai sebuah kereta yang
ditarik oleh tujuh ekor angsa, yang menyatakan tujuh dunia.
Di kuil yang khusus dipersembahkan
kepada Brahmà, aspeknya sebagai Viúvakarmà (arsitek alam semesta) lah yang
dipergunakan. Dalam wujud ini ia tampak memiliki empat kepala, empat lengan
yang memegang tasbih, buku, rumput kuúa dan kendi serta mengendarai angsanya.
Setiap kuil, apakah itu kuil Úiwa atau Wiûóu,
pasti memiliki suatu ceruk pada dinding bagian utara yang diperuntukkan bagi Brahmà dan gambarannya harus mendapat
pemujaan setiap hari, karena Dia merupakan Parivàradewatà (pengiring dewatà
utama) penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar