Definisi Cinta
Disiplin punya makna suatu evolusi spiritualitas manusia. Kita akan
mempelajari apa yang terletak di balik kata disiplin — apa yang menjadi motif,
energi suatu disiplin. Saya meyakini kekuatan cinta. Saya sadar, mempelajari
cinta berarti kita akan memulai dengan misteri. Kita akan belajar sesuatu yang
tidak terajarkan, dan mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. Cinta adalah
sesuatu yang terlalu luas dan terlalu mendalam untuk benar-benar dipahami atau
diukur atau dibatasi dengan kata-kata.
Saya tidak akan menulisnya demikian jika saya tidak meyakini pada suatu upaya untuk memberikan suatu nilai atau makna, tetapi tidak peduli pada seberapa bernilainya, kita mulai dengan suatu pengetahuan tertentu yang pasti bahwa upaya tersebut akan menjadi sesuatu yang tidak sepadan pada beberapa kasus tertentu.
Saya tidak akan menulisnya demikian jika saya tidak meyakini pada suatu upaya untuk memberikan suatu nilai atau makna, tetapi tidak peduli pada seberapa bernilainya, kita mulai dengan suatu pengetahuan tertentu yang pasti bahwa upaya tersebut akan menjadi sesuatu yang tidak sepadan pada beberapa kasus tertentu.
Sebuah
akibat dari kemisteriusan cinta adalah, tidak seorang pun memiliki definisi
cinta yang benar-benar memuaskan. Karena itu, untuk menjelaskannya, cinta
dipisahkan dalam beberapa kategori: eros, philia, agape; cinta yang
sempurna dan cinta yang tidak sempurna, dan sebagainya. Karena itu pula, saya
berasumsi bahwa untuk memberi definisi tunggal tentang cinta akan bersifat
mengada-ada. Saya kemudian mendefinisikan cinta sebagai: “suatu keinginan untuk
memperluas diri pribadi seseorang dengan tujuan memelihara pertumbuhan
spiritualitas diri sendiri atau orang lain”.
Di
awal, saya akan berkomentar secara garis besar pada definisi cinta sebelum
memprosesnya pada pemikiran yang lebih elaboratif. Pertama, akan diperhatikan
definisi teleologinya; bahwa perilaku didefinisikan dalam bentuk tujuan atau
maksud untuk melayani — dalam kasus ini, pertumbuhan spiritualitas. Para
ilmuwan cenderung menahan kecurigaan pada definisi teleologi.
Misalnya seorang laki-laki muda yang penakut mengadu : “Ibu saya sangat mencintai saya, dia tidak mengizinkan saya naik bus sekolah, hingga saya masuk SMA. Bahkan saya harus memintanya meninggalkan saya sendirian. Saya kira dia sangat khawatir jangan-jangan saya akan terluka, maka dia mengantarkan saya ke dan dari sekolah setiap hari, yang sebenarnya merupakan sesuatu yang berat buatnya. Dia benar-benar mencintai saya.”
Misalnya seorang laki-laki muda yang penakut mengadu : “Ibu saya sangat mencintai saya, dia tidak mengizinkan saya naik bus sekolah, hingga saya masuk SMA. Bahkan saya harus memintanya meninggalkan saya sendirian. Saya kira dia sangat khawatir jangan-jangan saya akan terluka, maka dia mengantarkan saya ke dan dari sekolah setiap hari, yang sebenarnya merupakan sesuatu yang berat buatnya. Dia benar-benar mencintai saya.”
Terapi
menghadapi ketakutannya, dengan mengajarkan padanya bahwa mungkin ibunya
termotivasi oleh sesuatu yang lain dari cinta. Dan apa yang tampaknya merupakan
cinta kasih, sebenarnya sering bukan merupakan wujud cinta kasih itu
sendiri.
Serangkaian
contoh kejadian, yang tampaknya merupakan cinta, tetapi tampaknya bukan
merupakan fakta cinta. Satu dari ciri-ciri utama di antara kedua fakta tersebut
adalah pada tujuan yang bersifat sadar atau tidak sadar dalam pikiran orang
yang mengasihi atau tidak mampu mengasihi itu.
Kedua,
cinta merupakan proses sirkuler yang aneh. Merupakan proses memperluas pribadi
seseorang sebagai suatu proses evolusioner. Ketika seseorang sukses memperluas
batas-batas pribadinya, seseorang akan berkembang ke kondisi yang lebih luas.
Tindakan mencintai merupakan tindakan evolusi diri, bahkan ketika tujuan
tindakan itu adalah pertumbuhan seseorang itu sendiri. Hal tersebut melalui
pencapaian proses evolusi yang kita kembangkan.
Ketiga,
kesatuan definisi cinta meliputi cinta pada diri sendiri dengan cinta pada
orang lain.
Karena saya manusia dan Anda juga manusia, untuk mencintai manusia berarti mencintai diri saya sendiri, sebagaimana juga Anda. Untuk berdedikasi pada perkembangan spiritual manusia berarti juga harus berdedikasi pada suku bangsa, di mana kita menjadi bagiannya, dan itu juga berarti berdedikasi pada perkembangan kita sendiri sebaik perkembangan “mereka”.
Karena saya manusia dan Anda juga manusia, untuk mencintai manusia berarti mencintai diri saya sendiri, sebagaimana juga Anda. Untuk berdedikasi pada perkembangan spiritual manusia berarti juga harus berdedikasi pada suku bangsa, di mana kita menjadi bagiannya, dan itu juga berarti berdedikasi pada perkembangan kita sendiri sebaik perkembangan “mereka”.
Sebaliknya,
kita tidak akan mampu mencintai orang lain, kecuali jika kita mampu mencintai
diri kita sendiri. Demikian juga, kita tidak mampu mengajarkan disiplin pada
anak-anak kita, kecuali kita telah berdisiplin diri. Kita tidak mungkin
mengabaikan perkembangan spiritualitas kita untuk berbaik atau bermurah hati
pada seseorang. Kita tidak dapat mengabaikan disiplin pada diri kita, dan pada
waktu yang sama berdisiplin memberi kepedulian pada orang lain. Kita tidak dapat
menjadi sumber kekuatan kecuali jika kita dapat memelihara kekuatan kita
sendiri. Seperti yang kita eksplorasi pada sifat cinta, saya yakin bahwa tidak
hanya melihat langkah self-love (mencintai diri) dan mencintai orang
lain secara berkesinambungan, pada akhirnya mereka akan tidak mampu memisahkan
atau membedakannya.
Keempat,
tindakan memperluas batasan seseorang termasuk suatu usaha. Seseorang
memperluas batasan-batasan dirinya hanya dengan usaha melampaui batasan-batasan
tersebut. Ketika kita mencintai seseorang, cinta kita bisa terungkap atau
menjadi nyata, bila kita berusaha mengungkapkannya — melalui fakta bahwa untuk
itu seseorang (atau kita sendiri), memerlukan langkah ekstra atau berjalan
bermil-mil. Cinta tidak dapat terwujud tanpa usaha.
Akhirnya,
dengan menggunakan kata “keinginan” saya berusaha mentransendensikan suatu
pemilahan antara hasrat dan tindakan. Keinginan atau hasrat tidak perlu
diterjemahkan ke tindakan. Keinginan merupakan hasrat yang cukup intens yang
diterjemahkan ke dalam tindakan. Perbedaan keduanya setara dengan perbedaan
antara perkataan “Saya ingin berenang nanti malam” dan “Saya akan berenang
nanti malam.” Setiap orang dalam budaya kita, ingin memperluas hasrat mengasihi
atau mencintai, namun banyak tidak mewujudkan cinta itu sendiri. Karena itu
saya kemudian menyimpulkan bahwa hasrat mencintai bukan cinta itu sendiri.
Cinta adalah cinta itu sendiri. Cinta adalah tindakan dari keinginan — istilahnya,
dengan kesungguhan dan tindakan.
Keinginan
juga melibatkan pilihan. Kita tidak harus mencintai. Kita dapat memilih untuk
mencintai. Tidak peduli seberapa banyak yang kita pikir bahwa kita telah
mencintai, nyatanya kita tidak atau belum mencintai. Ini karena kita memiliki
pilihan untuk tidak mencintai, dan karena itu pula kita tidak mencintai
meskipun kita mempunyai tujuan-tujuan baik. Sebaliknya, ketika kita benar-benar
mencintai karena pertumbuhan spiritualitas kita, itu karena pilihan untuk
mencintai telah dibuat.
Beberapa
dari miskonsepsi yang populer tersebut dapat dibuat lebih tidak populer melalui
pengajaran yang lebih tepat pada pendefinisian cinta. Karena itu saya memilih
mengeksplorasi cinta dengan mempelajari
fakta yang bukan cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar