Rabu, 13 Juni 2012

Pañca Yama Brata

Pañca Yama Brata

Pañca Yama Brata adalah lima macam pengendalian diri tingkat pertama untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian jasmani. Suúila harus dilakukan paling awal, karena setelah terbebas dari perbuatan-perbuatan yang kotor akan mampu membuat pikiran dan hati menjadi suci.

Dengan kesucian pikiran dan hati terbebas dari beban perbuatan kotor yang dilakukan oleh badan jasmani akan mampu menenangkan pikiran dan pemusatan pikiran pun akan dapat dilakukan untuk melaksanakan kesucian bathin. 

Bagian-bagian Suúìla yang diuraikan dalam Úilakrama adalah Ahiýsà, Brahmacàri, Satya, Awyàwahàra/awyàwahàrika, dan Astainya/asteya. Berikut ini akan dijelaskan dari masing-masing bagian tersebut. 

1. Ahiýsà
Kata Ahiýsà sudah tidak asing lagi didengar dalam masyarakat. Ahiýsà berarti tidak membunuh ataupun menyakiti. Menurut Ahiýsà mengajarkan untuk tidak melakukan perbuatan, perkataan, dan pikiran yang dapat menyakiti orang ataupun makhluk lainnya. Melakukan perbuatan seperti menyakiti sangat dilarang oleh Agama Hindu. Apabila perbuatan, perkataan, ataupun pikiran yang menyakitkan itu dilakukan tentunya akan terus membekas dalam alam pikiran yang akan membuat si pelaku selalu dalam keadaan bingung dan gelisah. Dengan keadaan seperti itu maka suatu ketenangan pikiran tidak akan bisa tercapai.
Pembunuhan dapat dilakukan bila tidak didasari oleh dorongan nafsu dan indriya, tetapi didasarkan pada úàstra.
Dalam úàstra terdapat pengecualian bahwa pembunuhan itu dapat dilakukan (masih kontroversi), yaitu :
  1. Dewa Pùja : yaitu pembunuhan dibenarkan untuk tujuan yajña atau dipersembahkan kepada Tuhan;
  2. Untuk kepentingan Dharma;
  3. Atithi Pùja : yaitu untuk diberikan kepada tamu;
  4. Menjalankan swadharma kehidupan rumah tangga;
  5. Untuk kesehatan;
  6. Melindungi diri dari segala ancaman pembunuhan;
  7. Tidak dilatar belakangi oleh Úað Ripu.
Tujuh bentuk pengecualian tersebut diuraikan dalam Úila Kramaning Aguron-guron (Wåhaspati Tattwa). Namun sebelum melakukan suatu pembunuhan terlebih dahulu melakukan upacara. Seperti di Bali dikenal yang namanya mapapada yaitu memberikan doa terhadap binatang yang akan dijadikan persembahan. Upacara mapapada dilakukan pada binatang yang berkaki empat seperti babi, sapi dan lain-lain. 

2. Brahmacàri
Brahmacàri merupakan masa menuntut ilmu. Tahapan hidup dengan tahapan belajar dibedakan atas dua masa yaitu :
  • Brahmacàri saat usia lajang atau belum menikah;
  • Brahmacàri pada masa berumah tangga.
Pada Brahmacàri yang memiliki pengertian pertama tersebut adalah masa menuntut ataupun masa belajar dari guru dan úàstra agama. Pada masa ini harus benar-benar belajar tanpa menghiraukan kehidupan duniawi, dalam artian bahwa pada masa ini kita harus mampu mengendalikan diri dari segala godaan nafsu dunia agar konsentrasi dalam belajar dapat tercapai.
Pada masa belajar seorang siswa wajib mentaati tata tertib yang diatur di sekolah tempatnya menuntut ilmu. Secara umum tata tertib yang harus ditaati oleh seorang siswa adalah:
  • Siswa wajib taat dan bhakti kepada guru serta rajin belajar
  • Siswa wajib berpakaian bersih, rapi dan sopan
  • Siswa harus membiasakan diri jujur
  • Siswa harus tidur secukupnya
Dalam masa Brahmacàri yang dikejar adalah Dharma yang merupakan salah satu bagian dari Catur Puruûa Artha dan menjadi tujuan dari agama Hindu serta diharapkan dapat dicapai pada masa ini. Materi pendidikan yang diberikan pada masa ini lebih banyak mengenai disiplin moral dan keterampilan yang langsung dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

3. Satya
Satya berarti setia, kejujuran, dan kebenaran. Satya ini harus dipelajari dan dilaksanakan khususnya bagi seorang calon dikûa agar setelah nantinya menjadi pandita dapat menjadi tauladan atau panutan bagi umatnya. Ajaran tentang kesetiaan, kejujuran dan menjaga suatu kebenaran akan dapat dilakukan setelah terbiasa. Jadi sebelum menjadi seorang pandita maka terlebih dahulu harus membiasakan diri untuk menjalankan ajaran satya.Ajaran Satya ini dapat dibagi menjadi lima yang disebut dengan PañcaSatya

4. Awyàwahàra
Awyàwahàra berarti tidak terikat pada kehidupan duniawi (Tan Awiwada). Dalam kehidupan ini harus mampu mengendalikan Indriya dari obyek duniawi. Karena bila Indriya yang mengendalikan manusia maka ia akan terjerumus dalam kesengsaraan.
Kesengsaraan itu timbul dari dalam diri manusia yang tidak pernah merasa puas terhadap hal-hal yang bersifat duniawi. Ketertarikan terhadap benda duniawi akan membuat manusia selalu tenggelam dalam Awidyà.
Setelah menjadi seorang pandita, maka yang bersangkutan tidak dibenarkan melakukan kegiatan jual beli dengan tendensi keuntungan yang berlipat-lipat, simpan pinjam (åóa åói) dan memperlihatkan kepandaian serta memupuk dosa kecuali menjaga harta warisan, menjaga keutuhan keluarga, dan kesejahteraan istri, anak dan cucu. 

5. Asteya
Asteya berarti tidak mencuri atau menggunakan secara paksa milik orang lain seperti angutil, anumpu, dan abegal. Dalam Úilakrama disebutkan sebagai berikut :
“Apabila seorang wiku berjalan jauh dan dalam perjalanan haus dan lapar lalu mengambil tumbuhan milik orang tanpa bilang hanya sebatas penghilang haus dan lapar maka ia terlepas dari dosa”. Ini berarti bahwa siapapun orangnya khususnya pandita diperbolehkan mengambil milik orang lain ketika ia merasa haus dan lapar dalam perjalanan jauh. Tetapi barang yang diambil hanya sebatas untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga. Tentu tidak dibenarkan barang yang diambil melebihi keperluan apalagi sampai dijual.
Segala perbuatan hendaknya tidak didasari oleh ûað ripu. Jadi segala keinginan untuk mengambil ataupun memperkosa milik orang lain yang didasari oleh ûað ripu harus dikendalikan. 

Ringkasan:
1. Pañca artinya lima dan sedangkan Yama artinya pengendalian diri, dan berarti kemauan atau keinginan. Jadi Pañca Yama Brata artinya lima macam cara mengendalikan keinginan agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar suúila. 

2. Bagian-bagian Pañca Yama Brata yaitu:
  • Ahiýsà artinya tidak menyakiti
  • Brahmacàri artinya masa belajar
  • Satya artinya jujur/setia
  • Awyàwahàra artinya tidak bertengkar, tidak berjual beli
  • Asteya artinya tidak mencuri

3. Contoh Pañca Yama Brata:
a. Tidak menyakiti makhluk lain
b. Rajin belajar
c. Setia dan jujur
d. Tidak suka bertengkar
e. Tidak suka mencuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar