Rabu, 13 Juni 2012

Niyama

Pañca Niyama Brata

Niyama adalah ajaran pengendalian diri tahap kedua. Seperti halnya Yama, Niyama inipun juga terdiri dari lima bagian karena itu disebut Pañca Niyama Brata. Rinciannya adalah sebagai berikut :

1. Akrodha
Akrodha artinya tidak suka marah. Kebanyakan orang pasti pernah marah, bahkan sering marah. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan orang marah.
Hal-hal itu antara lain : karena merasa harga dirinya diinjak-injak, dihina, karena tersinggung, karena dimarahi, karena difitnah, ditipu, dibohongi, merasa diperlakukan tidak adil, dan lain sebagainya. Dapat pula orang marah karena keinginan yang tidak dipenuhi.
Dalam hal ini orang sering menginginkan agar orang lain mau seperti yang ia inginkan. Jika tidak maka marahlah ia, dengan tidak menyadari bahwa orang lain bukanlah dirinya. Selain itu dapat pula orang marah karena penyakit tertentu. Yang jelas, apapun alasannya marah itu tetap tidak baik.
Orang yang suka marah-marah, bukanlah orang yang gagah dan kuat, tapi sebaliknya ia sungguh-sungguh bodoh dan lemah. Karena orang yang demikian halnya berarti belum mampu menundukkan musuh dalam dirinya.
Krodha lawan dari Akrodha itu adalah salah satu musuh dalam diri manusia yang patut selalu diwaspadai dan ditaklukkan. Kemarahan sering juga disusul dengan kebencian dan dendam. Patut diingat bahwa kebencian dan dendam itu adalah racun bathin yang sangat berbahaya dan dapat menghancurkan kehidupan spiritual seseorang.
Kebencian tidak akan pernah ada akhirnya jika sama-sama dihadapi dengan membenci. Ia hanya dapat ditaklukkan dengan cinta kasih. Cinta kasih ini akan menumbuhkan kesabaran yang tinggi. Kesabaran ini memang pahit rasanya, namun buahnya manis, orang sabar dikasihi Tuhan. Sedang orang pemarah dikasihi setan.
Pengetahuan, kebijaksanaan serta pengalaman hidup itu merupakan senjata yang dapat diandalkan untuk menaklukkan kemarahan. Melalui akrodha dapat memberikan kemuliaan hidup kepada seseorang. 

2. Guru Úuúrùûa
Guru Úuúrùûa berarti bhakti berguru. Ada tiga jenis guru yang harus dibhakti atau dihormati.
  • Pertama, orang harus berbhakti kepada Guru Rùpaka, yaitu orang tua, ibu dan ayah. Orang hendaknya sadar betapa besar pengorbanan dan kasih sayang orang tua yang telah dicurahkan pada anaknya untuk memelihara dan mendidiknya. Orang yang durhaka terhadap orang tuanya tidak akan selamat hidupnya di dunia maupun akhirat kelak.
  • Kedua, orang harus bhakti terhadap Guru Pengajian, yaitu orang yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan mendidiknya, sehingga menjadi manusia yang berguna. Seseorang yang tidak berbhakti terhadap guru pengajiannya tidak akan berhasil menuntut ilmu pengetahuan dengan sempurna.
  • Ketiga, orang harus bhakti kepada Guru Wiúeûa, yaitu pemerintah, karena pemerintah selalu memberikan pengayoman dan mengatur hidup bermasyarakat dan bernegara sehingga tertib dan damai.
Demikianlah orang harus berbhakti terhadap ketiga jenis guru tersebut (disebut Tri Guru). Selain orang harus berbhakti terhadap tri guru tersebut, hendaknya pula berbhakti terhadap guru sejati yaitu Sanghyang Parameûþhi Guru. Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dari Beliaulah sumber segalanya ini.
Jadi Guru Úuúrùûa disini menuntun orang kepada kesucian hati dan kearifan. 

3. Úauca
Úauca berarti kesucian lahir batin. Ini berarti badan harus bersih dan kebersihan badan akan mempengaruhi kebersihan jiwa.
Dengan demikian maka badan harus dihindari dari sesuatu yang sekiranya akan dapat mencemarinya, seperti makanan, minuman, pakaian, barang-barang kimia, dan lainnya.
Seringkali bila badan tersentuh nikmat benda akan meninggalkan kesan mendalam dalam pikiran dan bila berjumpa dengan sumber nikmat itu, akan timbul pula guncangan pikiran untuk ingin menikmati lagi.
Ternyata bila dibiarkan pikiran itu akan manja dan badan akan dikoyak-koyaknya sampai dalam kelelahan. Karena itu pikiran harus juga suci dan kesucian pikiran akan mempengaruhi kesucian batin. 

4. Àharalàghawa
Àharalàghawa artinya makan sepatutnya, sesuai dengan kebutuhan tubuh. Badan atau tubuh ini tidak akan ada jika tanpa makan atau minum. Karena tanpa itu manusia tidak akan bisa hidup bersama tubuhnya.
Walaupun demikian, tidaklah berarti bahwa hidup ini untuk makan semata, tapi sebaliknya makan itu untuk menunjang kehidupan.
Dalam hal makan, orang harus berdasar aturan makan, orang harus tahu memilih makanan yang diperlukan tubuh, baik sebagai sumber tenaga juga sebagai sumber pembangunan organ tubuh yang rusak.
Perlu diingat bahwa setiap makanan baik dan berguna bagi tubuh. Adakalanya makanan itu menjadi sumber penyakit tertentu. Untuk itu diperlukan memilih makanan yang sehat.
Orang harus tahu ukuran makanan yang akan dimakan agar tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan sehingga tidak menjadi sia-sia.
Dalam hal makan, hendaknya orang tidak saja memperhatikan selera kenikmatan lidah semata, yang terpenting adalah kandungan gizi makanan tersebut. Dalam hal ini seseorang harus dapat mengendalikan Jihwendriyanya, yaitu Indriya pada lidah.
Jadi pada prinsipnya Àharalàghawa mengajarkan agar makan yang menyehatkan dan mengembangkan pola hidup sederhana untuk mencapai ketenangan dan kesucian hidup lahir batin. 

5. Apramada
Apramada artinya tidak lalai. Kelalaian akan mengakibatkan dosa, malapetaka dan kehancuran.
Kelalaian berarti tiada kesadaran. Meredupnya pancaran kesadaran berarti menebalnya kabut kegelapan yang menyelimuti sang Jìwàtma/kesadaran, yang selanjutnya membawa seseorang pada dosa.
Kelalaian juga dapat menyebabkan malapetaka dan kehancuran. Orang sering lalai pada masalah-masalah yang tampaknya kecil namun bisa membawa resiko yang sangat besar.
Ingatlah seperti virus, baksil dan bibit penyakit lainnya, yang tidak terlihat oleh mata telanjang, namun dapat membunuh berjuta umat manusia di dunia.
Demikianlah hendaknya agar seseorang senantiasa selalu waspada dan berhati-hati baik dalam berpikir. Berkata dan perbuatan, baik terhadap yang kecil maupun hal yang besar resikonya. Ketidaklalaian atau Apramada ini menjaga dan mengawasi seseorang agar selamat dalam hidupnya untuk menuju pada alam kesadaran. Karena ketidaklalaian berarti senantiasa menjaga kesadaran itu sendiri.
Adapun Sasana atau aturan-aturan yang dijelaskan dalam kitab Úilakrama ini, memberikan suatu arahan dan tujuan agar seseorang Pinandita hendaknya mampu memelihara kesucian di dalam dirinya dalam mengemban tugas/misi suci Tuhan.
Baik itu yang bersifat lahiriah yang dituangkan dalam ajaran Yama Brata, maupun yang bersifat batiniah yang dituangkan dalam ajaran Niyama Brata. Ajaran Yama dan Niyama Brata meletakkan dasar kode etik atau Sasana, pada sistem disiplin diri.
Apabila setiap individu telah tertanam disiplin pribadi yang kokoh, dengan sendirinya apa yang menjadi tujuan seseorang dalam menempuh kehidupan rohani akan terwujud kesuciannya. 

Ringkasan
  1. Pañca Niyama Brata artinya lima pengendalian diri dalam tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian bathin.
  2. Bagian-bagian Pañca Niyama Brata:
    a. Akrodha artinya tidak lekas marah
    b. Guru Úuúùûra artinya taat kepada guru
    c. Úauca artinya suci lahir bathin
    d. Àharalàghawa artinya makan secukupnya
    e. Apramada artinya tidak lalai dengan kewajiban
  3. Contoh Pañca Niyama Brata:
    a. Tidak suka marah
    b. Hormat dan bhakti kepada Catur Guru
    c. Makan secukupnya sesuai kebutuhan tubuh
    d. Menjaga kesucian lahir batin e. Taat terhadap kewajiban

Tidak ada komentar:

Posting Komentar