Rabu, 20 Juni 2012

Evolusi Jìwa (Evolusi Manusia)

Evolusi Manusia

Bagi jiwa yang baru pertama lahir sebagai manusia atau telah beberapa kali lahir sebagai manusia, tampak bahwa mereka memiliki sedikit kemampuan untuk menguasai naluri dan nafsunya yang kuat dan kasar. Tingkat intelektual mereka masih berada pada tingkat yang amat rendah, mereka tampak primitif, walaupun lahir dan hidup di tengah-tengah masyarakat beradab, tetapi mereka masih berwatak kasar, dungu, dengan intelektual yang rendah.

Pada jiwa yang lebih maju, yang telah banyak mendapat didikan, pelajaran dan pengalaman hidup melalui banyak kelahiran, tentu telah meninggalkan tingkat kehidupan yang kasar dan jahat, akan tetapi belum terlalu maju, belum memiliki kemampuan untuk memandang hal-hal yang bersifat mulia secara jìwani. 

Kemudian, bagi jiwa yang telah maju, yang melanjutkan evolusinya, di mana berkas kebijaksanaan meresapi jiwanya akan mencita-citakan kesempurnaan yang ideal dan dengan sadar berkemauan keras untuk mencapai cita-cita kejìwanian yang luhur. 

Ada sejumlah kecil jiwa-jiwa yang telah menginsyafi arti kehidupan ini, berbhakti dan berkorban demi kemajuan evolusi sesama makhluk. Mereka ini adalah jiwa-jiwa yang sedang melangkah di jalan jìwani. Selanjutnya, mereka yang bagaikan bunga harum yang jarang dijumpai adalah para jiwa agung yang dikenal sebagai sadguru, merupakan evolusi terdahulu dari manusia, yang merupakan wadah kesadaran Tuhan yang bermukim di dunia material dan dengan kemampuan jìwaninya turut membimbing evolusi menurut rencana Tuhan. Mereka itulah yang merupakan manusia-manusia sempurna.

Para manusia sempurna adalah mereka yang tidak perlu lagi menjelma sebagai manusia untuk meningkatkan evolusinya. Namun tak jarang para jìwa agung ini memilih untuk lahir kembali sebagai manusia. Dalam hal ini harus dipahami bahwa seorang jìwa agung lahir hanya demi untuk kepentingan umat manusia secara keseluruhan; untuk membimbing mereka sebagai guru sejati. Beliau lahir atas dasar kehendaknya sendiri, bukan akibat dari hukum karma atau pun hukum inkarnasi. Beliau berhak menentukan kapan dan di mana ia akan lahir; karena ia telah memiliki kekuasaan atas nasibnya sendiri. 

Bagi manusia sempurna (para siddha), yang telah bebas dari proses reinkarnasi sebagai manusia, ia akan melanjutkan evolusinya di alam-alam yang lebih halus dan luhur, melalui salah satu jalur evolusi yang lebih tinggi; di antaranya jalur evolusi para dewa mulia (malaikat), atau melalui jalur nirmanakaya, petugas hierarki kosmos, atau pun jalur lain. Dari berbagai jalur itu tak ada yang lebih tinggi antara yang satu dengan yang lainnya. Manusia sempurna akan melangkah ke jalur evolusi tersebut sesuai dengan temperamen masing-masing dan sesuai dengan kebutuhan rencana evolusi kosmik.

Sejumlah jìwa sempurna mengambil keputusan untuk lebih menyempurnakan diri sebagai Buddha, Manu (yang bertugas sebagai pemimpin mistis umat manusia, di mana Manu yang sekarang adalah Vaivasvata); atau jenis pengabdi lain yang membina evolusi di suatu planit tertentu. Kadang-kadang, dalam pengabdian itu ia lahir sebagai manusia, yang tinggal di alam gaib atau pun di lingkungan manusia sebagai nirmanakaya.’ Beliau mencurahkan berkah jìwani yang besar demi kemajuan evolusi manusia. 

Untuk mengembangkan seluruh proses evolusi memerlukan waktu berjuta-juta tahun manusia, di alam semesta raya yang luasnya diluar jangkauan pemikiran manusia normal. Alam semesta raya ini tercipta, lalu dimusnahkan dan tercipta lagi sebagai ajang berlangsungnya evolusi jìwa. 


Posting terkait:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar