Evolusi Manusia
Bagi jiwa yang baru
pertama lahir sebagai manusia atau telah beberapa kali lahir sebagai manusia,
tampak bahwa mereka memiliki sedikit kemampuan untuk menguasai naluri dan
nafsunya yang kuat dan kasar. Tingkat intelektual mereka masih berada pada
tingkat yang amat rendah, mereka tampak primitif, walaupun lahir dan hidup di
tengah-tengah masyarakat beradab, tetapi mereka masih berwatak kasar, dungu,
dengan intelektual yang rendah.
Pada jiwa yang lebih maju, yang telah banyak mendapat
didikan, pelajaran dan pengalaman hidup melalui banyak kelahiran, tentu telah
meninggalkan tingkat kehidupan yang kasar dan jahat, akan tetapi belum terlalu
maju, belum memiliki kemampuan untuk memandang hal-hal yang bersifat mulia
secara jìwani.
Kemudian, bagi jiwa yang telah maju, yang melanjutkan
evolusinya, di mana berkas kebijaksanaan meresapi jiwanya akan mencita-citakan
kesempurnaan yang ideal dan dengan sadar berkemauan keras untuk mencapai
cita-cita kejìwanian yang luhur.
Ada sejumlah kecil jiwa-jiwa yang telah menginsyafi arti
kehidupan ini, berbhakti dan berkorban demi kemajuan evolusi sesama makhluk.
Mereka ini adalah jiwa-jiwa yang sedang melangkah di jalan jìwani.
Selanjutnya, mereka yang bagaikan bunga harum yang jarang dijumpai adalah para
jiwa agung yang dikenal sebagai sadguru, merupakan evolusi
terdahulu dari manusia, yang merupakan wadah kesadaran Tuhan yang bermukim di
dunia material dan dengan kemampuan jìwaninya turut membimbing evolusi menurut
rencana Tuhan. Mereka itulah yang merupakan manusia-manusia sempurna.
Para manusia sempurna adalah mereka yang tidak perlu lagi
menjelma sebagai manusia untuk meningkatkan evolusinya. Namun tak jarang para
jìwa agung ini memilih untuk lahir kembali sebagai manusia. Dalam hal ini harus
dipahami bahwa seorang jìwa agung lahir hanya demi untuk kepentingan umat
manusia secara keseluruhan; untuk membimbing mereka sebagai guru sejati. Beliau
lahir atas dasar kehendaknya sendiri, bukan akibat dari hukum karma atau
pun hukum inkarnasi. Beliau berhak menentukan kapan dan di mana ia akan lahir;
karena ia telah memiliki kekuasaan atas nasibnya sendiri.
Bagi manusia sempurna (para siddha), yang telah
bebas dari proses reinkarnasi sebagai manusia, ia akan melanjutkan evolusinya
di alam-alam yang lebih halus dan luhur, melalui salah satu jalur evolusi yang
lebih tinggi; di antaranya jalur evolusi para dewa mulia (malaikat), atau
melalui jalur nirmanakaya, petugas hierarki kosmos, atau pun
jalur lain. Dari berbagai jalur itu tak ada yang lebih tinggi antara yang satu
dengan yang lainnya. Manusia sempurna akan melangkah ke jalur evolusi tersebut
sesuai dengan temperamen masing-masing dan sesuai dengan kebutuhan rencana
evolusi kosmik.
Sejumlah jìwa sempurna mengambil keputusan untuk lebih
menyempurnakan diri sebagai Buddha,
Manu (yang bertugas sebagai pemimpin mistis umat manusia, di
mana Manu yang sekarang adalah Vaivasvata);
atau jenis pengabdi lain yang membina evolusi di suatu planit tertentu.
Kadang-kadang, dalam pengabdian itu ia lahir sebagai manusia, yang tinggal di
alam gaib atau pun di lingkungan manusia sebagai ’nirmanakaya.’
Beliau mencurahkan berkah jìwani yang besar demi kemajuan evolusi manusia.
Untuk mengembangkan seluruh proses evolusi memerlukan waktu
berjuta-juta tahun manusia, di alam semesta raya yang luasnya diluar jangkauan
pemikiran manusia normal. Alam semesta raya ini tercipta, lalu dimusnahkan dan
tercipta lagi sebagai ajang berlangsungnya evolusi jìwa.
Posting terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar