Evolusi Binatang
Ada perbedaan prinsipil di antara tingkat evolusi manusia dan
binatang dalam proses pembentukan jiwa, yang terletak pada pengertian individualisasi;
dan kita akan mencoba untuk memahaminya.
Ada berbagai jenis hewan tertentu sebagai jenjang untuk
memasuki tingkat evolusi manusia. Jenis-jenis tersebut antara lain anjing,
kucing, kuda, gajah dan yang lainnya. Binatang peliharaan kita merupakan
evolusi yang lebih maju dari kehidupan binatang buas. Binatang peliharaan yang
jinak itu merupakan persiapan untuk memasuki tingkat evolusi kehidupan sebagai
manusia. Semakin tinggi tingkat evolusi binatang, semakin tinggi tingkat
individualisasi binatang itu. Sebelum terindividualisasi, jiwa
binatang itu berada pada tahap kelompok jiwa binatang.
Gagasan tentang kelompok jiwa ini tampaknya cukup sulit untuk
dipahami. Kita akan mencoba memahaminya melalui perumpamaan. Dikatakan bahwa
kelompok jiwa itu bagaikan air dalam sebuah ember, sedangkan jika kita
mengandaikan segelas air penuh diambil dari ember tersebut, maka kita
memperoleh wakil dari satu jiwa binatang.
Air dalam gelas itu untuk sementara
sama sekali terpisah dari air yang ada dalam ember dan mengambil bentuk gelas
yang memuatnya. Misalkan kita memasukkan ke dalam gelas itu sejumlah zat warna
tertentu, maka air dalam gelas itu akan memperoleh warna sendiri yang berbeda.
Zat pewarna itu melambangkan sifat-sifat yang dikembangkan dalam jiwa yang
terpisah sementara oleh berbagai pengalaman yang diperolehnya.
Kematian binatang dilambangkan dengan penuangan kembali air
dalam gelas ke dalam ember, sedangkan zat pewarnanya menyebar keseluruh bagian
air, yang secara menyeluruh kemudian menyebabkan perubahan warna air sedikit.
Dengan cara yang sama, sifat apa pun yang telah dikembangkan selama kehidupan
binatang terpisah akan disebarkan keseluruh kelompok jiwa setelah kematiannya.
Tak mungkin lagi untuk mengambil segelas air yang sama dengan air awal tanpa
warna dari ember tersebut, tetapi setiap bagian yang diambil kemudian pasti
berwarna akibat zat pewarna yang dimasukkan dalam gelas yang pertama. Andaikan
mungkin dapat mengambil persis sejumlah melekul air dari ember tadi untuk
memperoleh segelas penuh air awal dengan tepat, maka hal ini merupakan
inkarnasi; tetapi karena hal itu tak mungkin, maka sebaliknya kita memperoleh
penyerapan kembali jiwa sementara itu dalam kelompok jiwa, suatu proses yang
walau bagaimana pun juga dengan cermat dapat dipertahankan segala sesuatu yang
telah diperoleh dalam pemisahan sementara tersebut.
Bukan satu gelas pada satu saat saja, tetapi bergelas-gelas
secara serentak diisikan dari setiap ember, masing-masing akan mengembalikan
bagiannya yaitu sifat-sifat yang telah dikembangkan sendiri-sendiri ke dalam
kelompok jiwa. Dengan demikian pada gilirannya, sifat-sifat ini akan meluas
turun sebagai pembawaan pada setiap binatang yang memang merupakan ekspresinya.
Lalu timbullah naluri-naluri tertentu yang bersama dengan naluri tersebut
binatang itu dilahirkan.
Anak itik pada saat menetas dari telurnya, mencari air dan
dapat berenang dengan tanpa rasa takut, walaupun ia ditetaskan oleh seekor
induk ayam yang takut air. Namun pecahan kelompok jiwa yang berfungsi melalui
anak itik itu mengenal dengan baik sekali, ilmu berenang dari
pengalaman kelahiran-kelahiran sebelumnya, bahwa air adalah unsur alaminya dan
badan itik itu melaksanakan dorongan nalurinya tanpa rasa takut.
Sementara itu, dalam setiap kelompok jiwa terjadi
kecenderungan untuk mengadakan pembelahan terus-menerus. Ia membabarkan diri
dalam suatu gejala yang mirip dengan cara sel membelah diri. Dalam kelompok
jiwa, yang dapat dianggap sebagai yang menjiwai massa zat di alam mental,
muncullah lapisan film yang hampir-hampir tak terlihat, seperti yang dapat
diumpamakan semacam rintangan yang terbentuk perlahan-lahan melintas dalam
ember tadi.
Mula-mula air dapat merembes terus melalui rintangan sampai batas
tertentu, namun bagaimanapun juga gelas-gelas air yang diambil dari satu
belahan rintangan itu selalu dikembalikan ke belahan yang sama, sehingga lambat
laun air pada satu bagian belahan itu menjadi berbeda dengan air pada bagian
belahan lainnya dan kemudian rintangan itu menebal dan tak dapat ditembus.
Sehingga pada akhirnya kita dapatkan bukan satu ember melainkan dua ember.
Proses ini terus menerus berulang, sampai sat dicapainya
suatu taraf binatang yang berderajat lebih tinggi. Inilah yang disebut proses
individualisasi. Ternyata bahwa individualisasi yang mengangkat suatu kesatuan
hidup dari alam binatang menjadi manusia, hanya dapat berlangsung pada
jenis-jenis binatang tertentu.
Individualisasi ini dapat terjadi hanya pada
binatang-binatang tertentu saja dan bukan pada semua jenis binatang. Dengan
sendirinya kita harus ingat bahwa kita baru menempuh sedikit lebih dari separuh
perjalanan mata rantai evolusi.
Hal yang mirip dengan evolusi jiwa dari binatang bisa kita
dapatkan pada evolusi jiwa dari tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuh-tumbuhan tidak
didapati satu jiwa untuk satu tumbuhan, tetapi satu kelompok jiwa untuk
sejumlah besar tumbuhan. Bahkan dalam beberapa kasus, satu kelompok jiwa untuk
seluruh jenis spesies tumbuhan tersebut.
Pada alam binatang pembagian ini telah
berlangsung lebih jauh dan mungkin masih berlaku pada beberapa jenis kehidupan
serangga bahwa satu jiwa serangga menghidupi berjuta-juta serangga. Tetapi,
pada binatang yang berderajat lebih tinggi, satu kelompok jiwa relatif menjiwai
lebih sedikit badan binatang.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa pada
makhluk tingkat rendah seperti mineral dan tumbuhan, belum terbentuk jiwa
individual. Semakin tinggi tingkat evolusi suatu makhluk, semakin sempurna
proses pembentukan individualitas ini. Kelak, pada tingkat kehidupan makhluk
yang lebih agung, individualitas ini akan ditransendensasi, dilebur dalam
tingkat kesadaran yang semakin agung.
Posting terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar