Rabu, 20 Juni 2012

Evolusi Jìwa (Evolusi Binatang)

Evolusi Binatang

Ada perbedaan prinsipil di antara tingkat evolusi manusia dan binatang dalam proses pembentukan jiwa, yang terletak pada pengertian individualisasi; dan kita akan mencoba untuk memahaminya.

Ada berbagai jenis hewan tertentu sebagai jenjang untuk memasuki tingkat evolusi manusia. Jenis-jenis tersebut antara lain anjing, kucing, kuda, gajah dan yang lainnya. Binatang peliharaan kita merupakan evolusi yang lebih maju dari kehidupan binatang buas. Binatang peliharaan yang jinak itu merupakan persiapan untuk memasuki tingkat evolusi kehidupan sebagai manusia. Semakin tinggi tingkat evolusi binatang, semakin tinggi tingkat individualisasi binatang itu. Sebelum terindividualisasi, jiwa binatang itu berada pada tahap kelompok jiwa binatang.

Gagasan tentang kelompok jiwa ini tampaknya cukup sulit untuk dipahami. Kita akan mencoba memahaminya melalui perumpamaan. Dikatakan bahwa kelompok jiwa itu bagaikan air dalam sebuah ember, sedangkan jika kita mengandaikan segelas air penuh diambil dari ember tersebut, maka kita memperoleh wakil dari satu jiwa binatang. 

Air dalam gelas itu untuk sementara sama sekali terpisah dari air yang ada dalam ember dan mengambil bentuk gelas yang memuatnya. Misalkan kita memasukkan ke dalam gelas itu sejumlah zat warna tertentu, maka air dalam gelas itu akan memperoleh warna sendiri yang berbeda. Zat pewarna itu melambangkan sifat-sifat yang dikembangkan dalam jiwa yang terpisah sementara oleh berbagai pengalaman yang diperolehnya.

Kematian binatang dilambangkan dengan penuangan kembali air dalam gelas ke dalam ember, sedangkan zat pewarnanya menyebar keseluruh bagian air, yang secara menyeluruh kemudian menyebabkan perubahan warna air sedikit. Dengan cara yang sama, sifat apa pun yang telah dikembangkan selama kehidupan binatang terpisah akan disebarkan keseluruh kelompok jiwa setelah kematiannya. 

Tak mungkin lagi untuk mengambil segelas air yang sama dengan air awal tanpa warna dari ember tersebut, tetapi setiap bagian yang diambil kemudian pasti berwarna akibat zat pewarna yang dimasukkan dalam gelas yang pertama. Andaikan mungkin dapat mengambil persis sejumlah melekul air dari ember tadi untuk memperoleh segelas penuh air awal dengan tepat, maka hal ini merupakan inkarnasi; tetapi karena hal itu tak mungkin, maka sebaliknya kita memperoleh penyerapan kembali jiwa sementara itu dalam kelompok jiwa, suatu proses yang walau bagaimana pun juga dengan cermat dapat dipertahankan segala sesuatu yang telah diperoleh dalam pemisahan sementara tersebut. 

Bukan satu gelas pada satu saat saja, tetapi bergelas-gelas secara serentak diisikan dari setiap ember, masing-masing akan mengembalikan bagiannya yaitu sifat-sifat yang telah dikembangkan sendiri-sendiri ke dalam kelompok jiwa. Dengan demikian pada gilirannya, sifat-sifat ini akan meluas turun sebagai pembawaan pada setiap binatang yang memang merupakan ekspresinya. Lalu timbullah naluri-naluri tertentu yang bersama dengan naluri tersebut binatang itu dilahirkan. 

Anak itik pada saat menetas dari telurnya, mencari air dan dapat berenang dengan tanpa rasa takut, walaupun ia ditetaskan oleh seekor induk ayam yang takut air. Namun pecahan kelompok jiwa yang berfungsi melalui anak itik itu mengenal dengan baik sekali, ilmu berenang dari pengalaman kelahiran-kelahiran sebelumnya, bahwa air adalah unsur alaminya dan badan itik itu melaksanakan dorongan nalurinya tanpa rasa takut. 

Sementara itu, dalam setiap kelompok jiwa terjadi kecenderungan untuk mengadakan pembelahan terus-menerus. Ia membabarkan diri dalam suatu gejala yang mirip dengan cara sel membelah diri. Dalam kelompok jiwa, yang dapat dianggap sebagai yang menjiwai massa zat di alam mental, muncullah lapisan film yang hampir-hampir tak terlihat, seperti yang dapat diumpamakan semacam rintangan yang terbentuk perlahan-lahan melintas dalam ember tadi. 

Mula-mula air dapat merembes terus melalui rintangan sampai batas tertentu, namun bagaimanapun juga gelas-gelas air yang diambil dari satu belahan rintangan itu selalu dikembalikan ke belahan yang sama, sehingga lambat laun air pada satu bagian belahan itu menjadi berbeda dengan air pada bagian belahan lainnya dan kemudian rintangan itu menebal dan tak dapat ditembus. Sehingga pada akhirnya kita dapatkan bukan satu ember melainkan dua ember. 

Proses ini terus menerus berulang, sampai sat dicapainya suatu taraf binatang yang berderajat lebih tinggi. Inilah yang disebut proses individualisasi. Ternyata bahwa individualisasi yang mengangkat suatu kesatuan hidup dari alam binatang menjadi manusia, hanya dapat berlangsung pada jenis-jenis binatang tertentu. 

Individualisasi ini dapat terjadi hanya pada binatang-binatang tertentu saja dan bukan pada semua jenis binatang. Dengan sendirinya kita harus ingat bahwa kita baru menempuh sedikit lebih dari separuh perjalanan mata rantai evolusi. 

Hal yang mirip dengan evolusi jiwa dari binatang bisa kita dapatkan pada evolusi jiwa dari tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuh-tumbuhan tidak didapati satu jiwa untuk satu tumbuhan, tetapi satu kelompok jiwa untuk sejumlah besar tumbuhan. Bahkan dalam beberapa kasus, satu kelompok jiwa untuk seluruh jenis spesies tumbuhan tersebut. 

Pada alam binatang pembagian ini telah berlangsung lebih jauh dan mungkin masih berlaku pada beberapa jenis kehidupan serangga bahwa satu jiwa serangga menghidupi berjuta-juta serangga. Tetapi, pada binatang yang berderajat lebih tinggi, satu kelompok jiwa relatif menjiwai lebih sedikit badan binatang. 

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa pada makhluk tingkat rendah seperti mineral dan tumbuhan, belum terbentuk jiwa individual. Semakin tinggi tingkat evolusi suatu makhluk, semakin sempurna proses pembentukan individualitas ini. Kelak, pada tingkat kehidupan makhluk yang lebih agung, individualitas ini akan ditransendensasi, dilebur dalam tingkat kesadaran yang semakin agung. 


Posting terkait:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar