Selasa, 19 Juni 2012

Dewi Lalita

Tripurasundari (c) Jan Magee 1999

Lalità

Aspek lain dari sang Dewì, yang secara luas lebih dipuja di India Selatan adalah Lalità Tripurasundarì. Pengulangan Lalitàsahasranàma dan Triúati yang terkenal, seperti halnya pemujaan lambangnya sebagai 'Úrìcakra', sangatlah populer. Inisiasi kedalam Mantra-nya yang ampuh, yaitu Pañcadaúàkûarì (mantra dengan 15 huruf) merupakan upacara esoteris. pemujaan teratur dari Úrìcakra dikatakan memberikan hasil yang diinginkan para bhakta.


Bila Durgà dan Kàlì menyatakan aspek daya kekuasaan dari para Dewì, Lalità menyatakan aspek keindahannya. Karena itu wujudnya digambarkan sebagai sangat cantik dan pemujaannya lebih lembut.

Menurut Lalitopàkhyàna dari Brahmàóða Puràóa, Lalità Dewì mewujudkan dirinya di tengah-tengah jentera yang sangat cemerlang, yang muncul dari lubang upacara kurban, ketika Indra melaksanakan suatu upacara kurban dalam menghormatinya. Atas perintah para dewa yang berkumpul disana, dia memilih untuk menikahi Kàmeúvara (Úiwa)

Dia memusnahkan raksasa Bhaóðàsura dan melenyapkan kotanya, Úoóitapura. Viúvakarma, arsitek para dewa, membangun sebuah kota 'Úrìpura' yang indah pada pegunungan Meru, demi untuknya, dimana bersama-sama dengan pasangannya Úiwa Kàmeúvara, menempatinya secara abadi. Úrìcakra sebenarnya menyatakan sang Dewì pada Úrìpura tersebut.

Bhaóðàsura, raksasa taktahu malu, yang tinggal di Úoóitapura, kota darah dan daging, sebenarnya adalah ego yang membuat sang roh menyamakan dirinya dengan badan dan menjauhkannya dari segala kekuatan ilahi. Ketika sang Dewì, yang merupakan perwujudan dari kekuasaan dan berkah Tuhan, 'membunuh' nya, dia sebenarnya membebaskannya dari pembatasan yang melilitnya.

Lalità biasanya digambarkan sebagai berwarna agak merah (seperti warna sang fajar) dan luar biasa cantik. Pada keempat tangannya dia memegang sebuah busur dari batang tebu, anak-anak panah, kait gajah (Aòkuúa) dan jerat (Paúa). Kadang-kadang dia tampak memegang mangkuk anggur yang terbuat dari intan. salah satu kakinya, biasanya yang kiri, terlihat santai pada pedestal (alas patung), yang juga dari intan.

Busur yang terbuat dari batang tebu sebenarnya menyatakan pikiran. Melalui pikiran lah kita mengalami segala kegembiraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar