Selasa, 01 Mei 2012

Tantra atau Sakta

Tantra atau Úakta

Sekta yang ketiga setelah Vaiûóava dan Úaiva adalah Tantra. Tantra atau Àgama Úakta (disebut juga Úaktàgama atau Tantràyaóa dan pengikutnya disebut Tantrik) yakni pemuja úakti, pada dasarnya merupakan bagian dari Úaivisme. Jadi yang dimaksud dengan Tantràyaóa tidak lain adalah pemuja Úakti atau Devì sebagai pusat perhatiannya. 


Di dalam berbagai kitab Àgama Úakta, dialog antara Úiva dan Pàrvatì sangat menonjol. Karena itu, Àgama Úakta pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari agama Úiva. Kalau kita perhatikan mantra-mantra yang dipergunakan oleh para Pandita di Bali dan di beberapa tempat di Indonesia, ternyata mantra-mantra pujaan Tantra inilah yang paling banyak kita dengar. Karena itu dapat disimpulkan bahwa Tantra adalah agama yang paling umum. Candi-candi pada zaman Hayam Wuruk banyak diabadikan pembangunannya sebagai penghormatan kepada dewi sebagai perwujudan cara pemujaan dalam bentuk úakta. 

Ada beberapa buku yang perlu diketahui yang memberi keterangan tentang Tantra ini antara lain: Mahà Nirvana Tantra, Kulàróava, Kulasàra, Prapañcasàra, Tantraràja, Rudra Yamala, Brahma Yamala, Viûóu Yamala, Todala Yamala, dan lain sebagainya. Di antara yang paling terkenal antara lain: Ìúwara Saýhità, Ahirbudhnyasaýhità, Sanatkumàra Saýhità, Nàrada Saýhità, Pañcaràtra Saýhità, Sapanda Pradipaka, dan Mahà Nirvàóa Tantra. 

Banyak kitab Àgama telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tetapi, belum ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kecuali penulisan ilmiah mengenai Jñàna-siddhànta sebagai karya ilmiah Dr. Hariyati Subadio. Sayangnya keterangan àgama ini banyak disalahtafsirkan terutama oleh penulis-penulis yang bukan Hindu dan karena itu, penggambarannya kadang kala sangat berlebihan dan ditafsirkan secara keliru sehingga memberi kesan yang negatif terhadap sekta-sekta Agama Hindu termasuk ajaran Bhairava yang pernah dikembangkan pada zaman kedatuan Airlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar