Saguóa Brahmà
Disiplin teologi yang populer
diterapkan oleh para ilmuwan sampai saat ini sesungguhnya hanya berkisar pada
teologi tingkat dasar hingga tingkat menengah yang dalam Hinduisme digolongkan
sebagai teologi Saguóa Brahmà.
Disiplin teologi yang didisain dengan berbagai
pendekatan oleh para ahli agama (teolog) belum mampu menyentuh ambang teologi
tingkat tinggi yang oleh Hinduisme disebut sebagai teologi Nirguóa Brahma.
Segala macam isme mulai dari animisme, dinamisme, totemimes, politeisme,
Natural Polytheisme, Henotheisme atau Kathenoisme, Pantheisme, antrophomorfisme,
monisme, monoteisme sebagaimana uraian di atas, semuanya masih termasuk
dalam kategori teologi Saguóa Brahma.
Apapun bentuk teologi yang ada di
masa lampau, yang ada pada masa sekarang, dan yang akan ada pada masa mendatang
semuanya dapat ditelusuri melalui Hinduisme (Veda). Oleh sebab itu, teologi
Hindu sangat layak disebut sebagai ibu dari semua teologi, atau layak disebut
sebagai teologi kasih semesta. Hal itu bukan semata-mata karena banyaknya
perspektif yang dimiliki oleh teologi Hindu, tetapi Hinduisme bukan hanya
berfungsi melahirkan teologi-teologi, tetapi juga memelihara dengan kasih
sayang semua jenis teologi. Hinduisme tidak berniat mendiskriminasi, menindas,
melecehkan, atau menyingkirkan salah satu teologi, dan juga tidak pernah
menganggap teologi dari agama lain sebagai teologi anak tiri. Svàmì Úivànanda
menyatakan tidak ada agama yang demikian luwes dan tolerannya seperti
Hinduisme.
Tuhan dalam agama Hindu adalah sosok yang amat superior yang tidak
dibatasi apapun, baik itu ruang, waktu, wujud, sifat lain-lain. Untuk Itu
disamping mengakui bentuk yang Nirguóa, Hindu meyakini Tuhan itu kadang
mengambil suatu wujud yang mampu untuk dilihat oleh manusia, dan dapat
dijadikan objek pemujaan karena memuja wujud itu tidak beda dengan memuja Tuhan
itu sendiri.
Hinduisme sangat menyadari dan sangat
meyakini akan ke-Esaan Tuhan. Sebagaimana agama yang lain, Hinduisme
juga memiliki konsep bahwa Tuhan itu tidak memiliki wujud tertentu, acintya,
nirguóa dan tidak dapat dipikirkan. Tetapi konsep Tuhan yang demikian itu
sifatnya hanya cocok dipedomani oleh orang yang telah mapan dalam pemahamannya
tentang sesuatu yang absolut sekaligus abstrak. Tuhan yang didefinisikan
seperti itu sangat sulit dihayati oleh umat manusia pada umumnya.
Oleh sebab
itu demi kepentingan umat manusia secara keseluruhan (tanpa terkecuali) agar
dapat berbhakti kepada Tuhan, maka Hinduisme memberikan pilihan jalan atau
cara; mulai dari tahap yang paling dasar hingga tahap yang paling tinggi dimana
aktivitas pikiran harus dihentikan. Itulah sebabnya dalam Hinduisme menyediakan
seluruh tahapan proses keyakinan, mulai dari tahap animisme, dinamisme,
totemimes, pantheisme, antrophomorfisme, politeisme, natural politeisme,
monisme, monoteisme, dan sebagainya.
Saguóa Brahmà adalah salah satu jalan atau cara
menghayati dan meyakini Tuhan dalam berbagai aspek manifestasi-Nya, baik dalam
manifestasi-Nya sebagai deva-deva atau sebagai Avatàra ‘reinkarnasi
Tuhan’.
Brahmawidyà memegang peranan penting
dalam Jñàna Màrga karena ini menentukan arah dari Jñàna Màrga, apakah
didominasi oleh Tuhan dalam wujud personal personal atau tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar