Rabu, 02 Mei 2012

Saguna Brahma

Saguóa Brahmà

Disiplin teologi yang populer diterapkan oleh para ilmuwan sampai saat ini sesungguhnya hanya berkisar pada teologi tingkat dasar hingga tingkat menengah yang dalam Hinduisme digolongkan sebagai teologi Saguóa Brahmà.  

Disiplin teologi yang didisain dengan berbagai pendekatan oleh para ahli agama (teolog) belum mampu menyentuh ambang teologi tingkat tinggi yang oleh Hinduisme disebut sebagai teologi Nirguóa Brahma. Segala macam isme mulai dari animisme, dinamisme, totemimes, politeisme, Natural Polytheisme, Henotheisme atau Kathenoisme, Pantheisme, antrophomorfisme, monisme, monoteisme sebagaimana uraian di atas, semuanya masih termasuk dalam kategori teologi Saguóa Brahma.  

Apapun bentuk teologi yang ada di masa lampau, yang ada pada masa sekarang, dan yang akan ada pada masa mendatang semuanya dapat ditelusuri melalui Hinduisme (Veda). Oleh sebab itu, teologi Hindu sangat layak disebut sebagai ibu dari semua teologi, atau layak disebut sebagai teologi kasih semesta. Hal itu bukan semata-mata karena banyaknya perspektif yang dimiliki oleh teologi Hindu, tetapi Hinduisme bukan hanya berfungsi melahirkan teologi-teologi, tetapi juga memelihara dengan kasih sayang semua jenis teologi. Hinduisme tidak berniat mendiskriminasi, menindas, melecehkan, atau menyingkirkan salah satu teologi, dan juga tidak pernah menganggap teologi dari agama lain sebagai teologi anak tiri. Svàmì Úivànanda menyatakan tidak ada agama yang demikian luwes dan tolerannya seperti Hinduisme. 

Tuhan dalam agama Hindu adalah sosok yang amat superior yang tidak dibatasi apapun, baik itu ruang, waktu, wujud, sifat lain-lain. Untuk Itu disamping mengakui bentuk yang Nirguóa, Hindu meyakini Tuhan itu kadang mengambil suatu wujud yang mampu untuk dilihat oleh manusia, dan dapat dijadikan objek pemujaan karena memuja wujud itu tidak beda dengan memuja Tuhan itu sendiri. 

Hinduisme sangat menyadari dan sangat meyakini akan ke-Esaan Tuhan. Sebagaimana agama yang lain, Hinduisme juga memiliki konsep bahwa Tuhan itu tidak memiliki wujud tertentu, acintya, nirguóa dan tidak dapat dipikirkan. Tetapi konsep Tuhan yang demikian itu sifatnya hanya cocok dipedomani oleh orang yang telah mapan dalam pemahamannya tentang sesuatu yang absolut sekaligus abstrak. Tuhan yang didefinisikan seperti itu sangat sulit dihayati oleh umat manusia pada umumnya. 

Oleh sebab itu demi kepentingan umat manusia secara keseluruhan (tanpa terkecuali) agar dapat berbhakti kepada Tuhan, maka Hinduisme memberikan pilihan jalan atau cara; mulai dari tahap yang paling dasar hingga tahap yang paling tinggi dimana aktivitas pikiran harus dihentikan. Itulah sebabnya dalam Hinduisme menyediakan seluruh tahapan proses keyakinan, mulai dari tahap animisme, dinamisme, totemimes, pantheisme, antrophomorfisme, politeisme, natural politeisme, monisme, monoteisme, dan sebagainya.

Saguóa Brahmà adalah salah satu jalan atau cara menghayati dan meyakini Tuhan dalam berbagai aspek manifestasi-Nya, baik dalam manifestasi-Nya sebagai deva-deva atau sebagai Avatàra ‘reinkarnasi Tuhan’.

Brahmawidyà memegang peranan penting dalam Jñàna Màrga karena ini menentukan arah dari Jñàna Màrga, apakah didominasi oleh Tuhan dalam wujud personal personal atau tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar