Kamis, 14 Mei 2015

Alergi pada Anak


Alergi pada Anak





Alergi merupakan kumpulan gejala akibat reaksi kekebalan tubuh (respons imun) yang berlebihan yng diakibatkan oleh beberapa penyebab (pencetus). Alergi muncul setiap kali anak terpapar alergen (pencetus alergi), sehinggan sistem imun tubuhnya mengeluarkan antibodi yang disebut IgE. Semakin banyak antibodi yang dibuat, semakin muncul alerginya. Lama kelamaan imunoglobulin E (IgE) akan semakin banyak sehingga setiap kali terpapar alergen yang sama, sel-sel tertentu akan melepaskan senyawa histamin yang menyebabkan munculnya gejala alergi. Pada bayi dan anak-anak, alergi yang kerap terjadi adalah pada saluran cerna, kulit, dan saluran pernapasan.


Penyebab
Secara umum alergi dapat terjadi karena berbagai sebab berikut:
  1. Alergen benda kecil di udara, seperti serbuk sari, bulu binatang, tungau debu dan jamur.
  2. Makanan tertentu, terutama kacang tanah, kacang pohon, gandum, kedelai, ikan, kerang, telur,cokelat dan susu.
  3. Sengatan serangga, seperti lebah atau tawon.
  4. Obat-obatan, khususnya penisilin atau antibiotik berbasis penisilin.
  5. Lateks atau zat lain yang tersentuh, yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit. Hal ini jarang terjadi pada anak. 
Beda alergi, beda gejala
Gejala alergi tergantung pada substansi yang terlibat, misalnya saluran pernapasan, sinus dan hidung, kulit, dan sistem pencernaan. Reaksi alergi dapat berkisar dari ringan sampai parah. Dalam beberapa kasus yang parah, alergi dapat memicu reaksi yang mengancam jiwa dikenal sebagai anafilaksis.
  1. Gejala hay fever, juga disebut rinitis alergi: bersin; gatal di hidung, mata atau langit-langit mulut; hidung meler dan tersumbat; mata berair dan merah atau bengkak (conjunctivitis).
  2. Gejala alergi makanan: mulut ‘kesemutan’; bengkak di bibir, lidah, wajah, dan tenggorokan, gatal-gatal di kulit denganbercak merah (hives); anafilaksis, yaitu reaksi alergi yang berat dan menyerang berbagai organ sistem kardiovaskular.
  3. Gejala alergi sengatan serangga: pembengkakan (edema) di lokasi sengatan, gatal di seluruh tubuh, batuk, sesak napas, mengi, anafilaksis.
  4. Gejala alergi obat: hives; kulit gatal, ruam, pembengkakan di wajah, napas mengi, anafilaksis.
  5. Gejala dermatitis atopik (kulit eksim): kulit gatal, kemerahan, timbul bentol-bentol kecil berisi air yang kemudian pecah, mengering, dan mengelupas.
  6. Gejala anafilaksis: hilang kesadaran, penurunan tekanan darah, sesak napas berat, ruam kulit, nadi lemah, mual dan muntah.
Faktor risiko
  1. Memiliki riwayat keluarga asma atau alergi.
  2. Anak-anak lebih berisko mengalami alergi daripada orang dewasa akibat kekebalan tubuhnya masih rentan. Dengan bertambahnya usia dan daya tahan tubuh, alerginya akan menghilang, kecuali mereka yang memiliki ‘bakat’ alergi.
  3. Memiliki asma atau kondisi alergi. Memiliki asma meningkatkan risiko terkena alergi. Juga, memiliki satu jenis alergi membuat seseorang lebih mungkin alergi terhadap alergen yang lain.
Komplikasi
Memiliki alergi bisa juga berarti meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya, termasuk:
  1. Anafilaksis. Paling sering berkaitan dengan alergi makanan, alergi penisilin dan alergi racun serangga.
  2. Asma. Jika anak memiliki alergi, ia lebih mungkin untuk terserang asma, yaitu reaksi sistem kekebalan tubuh yang memengaruhi saluran udara dan pernapasan.
  3. Dermatitis atopik (eksim), sinusitis, dan infeksi telinga atau paru-paru. Risiko terkena kondisi ini lebih tinggi jika anak memiliki rinitis alergi, alergi hewan peliharaan atau alergi jamur.
Tes dan diagnosis
Untuk mengevaluasi apakah anak memiliki alergi, dokter biasanya akan melakukan:
  1. Mengajukan pertanyaan rinci tentang tanda-tanda dan gejala alergi.
  2. Melakukan pemeriksaan fisik.
  3. Menanyakan apakah orang tua membuat catatan rinci gejala alergi pada anak dan kemungkinan pemicunya.
Jika anak memiliki alergi makanan, dokter biasanya akan:
  1. Meminta orang tua untuk membuat catatan rinci dari makanan yang dimakannya (food diary)
  2. Menanyakan apakah orang tua menghilangkan makanan alergen dari pola makan anak (diet eliminasi), dan mencoba lagi memberikan makanan tersebut pada anak untuk melihat apakah menimbulkan reaksi alergi.
Dokter kemungkinan juga merekomendasikan salah satu atau keduanya dari tes berikut:
  1. Tes kulit. Kulit anak ditusuk dan dipaparkan sejumlah kecil protein yang ditemukan dalam alergen potensial. Jika anak menderita alergi, maka akan menimbulkan benjolan pada kulit yang dites. Dokter anak subspesialis alergi akanmelakukan interpretasikan hasil tes alergi kulit tersebut.
  2. Tes darah. Tes darah yang disebut tes radioallergosorbent (RAST) dapat mengukur respons sistem kekebalan tubuh untuk alergen tertentu dengan mengukur jumlah penyebab alergi antibodi dalam aliran darah anak (IgE). Sampel darah dikirim ke laboratorium medis dan diuji untuk bukti kepekaan terhadap kemungkinan alergen.
Segera ke dokter
Begitu anak menunjukkan tanda-tanda alergi, segera bawa ke dokter untuk dilakukan tindak lanjut. Hal ini untuk menghindari terjadinya komplikasi anafilaksis yang dapat berakibat fatal. Siapkan beberapa data anak yang diperlukan dokter, seperti gejala alergi anak, termasuk yang mungkin tampak tidak berhubungan dengan alergi. Dokter biasanya akan menanyakan beberapa hal berikut:
  1. Apa gejala gangguan pada anak?
  2. Kapan gejala dimulai?
  3. Apakah anak baru saja mengalami infeksi pernapasan atau lainnya?
  4. Apakah gejala menjadi lebih buruk pada waktu tertentu dalam sehari?
  5. Kondisi apa yang membuat kondisi anak menjadi lebih baik atau lebih buruk?
  6. Apakah memiliki hewan peliharaan?
  7. Apakah memiliki riwayat keluarga alergi atau asma?
  8. Apakah ada anggota keluarga yang merokok?
  9. Apakah ruang di rumah lembap? Bagaimana sirkulasi udaranya?
  10. Sejauh ini perawatan apa yang telah dicoba? Apakah membantu?
  11. Apakah anak memiliki masalah kesehatan lainnya?
  12. Obat dan suplemen apa yang dikonsumsi anak?
Cegah dengan pola hidup sehat
  1. Hindarkan atau minimalkan penyebab alergi anak sejak dalam kandungan. Misalnya, selama hamil, ibu tidak mengonsumsi makanan yang dapat menimbulkan alergi.
  2. Hindari pemberian makanan padat pertama pendamping ASI (MPASI) pada bayi terlalu dini. Bayi yang mendapat MPASI pada usia 6 bulan memiliki angka kejadian dermatitis alergi yang lebih rendah daripada bayi yang mendapat MPASI di usia 3-4 bulan.
  3. Beri ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Bila bayi memiliki tanda-tanda alergi, selama masa menyusui sebaiknya ibu juga menghindari konsumsi makanan penyebab alergi.
  4. Begitu terdeteksi anak mengalami alergi, pastikan pada dokter, kemudian hindari sumber penyebabnya. Jangan melakukan pantangan makanan tertentu pada anak sebelum dipastikan dia alergi. Hal ini untuk menghindari anak mengalami kurang gizi.
  5. Hati-hati terhadap penggunaan susu soya mengingat 30% - 50%bayi alergi pada susu soya. Konsultasikan hal ini dengan dokter anak.

Penyusun: dr. Ayu Partiwi SpA, MARS
Sumber:
  1. IGAN Partiwi, Anak Sehat: 100 Solusi dr. Tiwi, Jakarta: Esensi Erlangga, 2011.
  2. Scott C. Litin (Ed.), Mayo Clinic Family Health Book, New York: Harper Collins, 2003.


Source: http://udoctor.co.id/alergi/alergi-pada-anak-read-395.html#sthash.U6cFNAp0.dpuf



Tidak ada komentar:

Posting Komentar