Kamis, 04 Oktober 2012

Pasraman (4)



BAB IV - STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Pengertian
          Pembelajaran adalah suatu proses interaksi siswa sebagai subyek belajar dengan komponen lainnya, khususnya guru. Dalam proses pembelajaran siswa harus mengalami dan melakukan sesuatu, karena dalam proses pembelajaran tidak hanya sekedar tahu tetapi mampu dan mau melakukan sesuatu dalam dirinya tanpa ada paksaan dari luar. Didalam pembelajaran perlu ada pendekatan proses yang menekankan pada aktivitas siswa dan menempatkan siswa pada subyek yang lebih aktif. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih  mendapatkan pengalaman langsung sehingga mudah meresapi setiap peristiwa yang terjadi.
Pembelajaran adalah suatu konsep untuk menunjukkan pada kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini ada suasana interaktif antar guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Kegiatan Belajar adalah kegiatan mengubah tingkah laku yang tidak hanya bergayut dengan persoalan pengetahuan, tetapi juga terkait dengan nilai-nilai moral, sikap mental dan ketrampilan. Karena itu belajar dapat dikatakan sebagai proses mengolah dan mengembangkan tingkah laku subyek belajar dalam rangka pembentukan pribadinya. Hasil yang diharapkan dalam belajar tidak sekedar pengetahuan, tetapi juga pengalaman, sikap mental, perluasan minat, penghargaan terhadap norma-norma serta kecakapan dan ketrampilan               (Nasution : 7).
          Sehubungan dengan itu pengertian mengajar harus diartikan secara luas, yakni suatu proses penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan bagi subyek belajar (siswa) untuk memperoleh pengetahuan, memiliki sikap dan ketrampilan yang membawa perubahan tingkah laku maupun pengembangan pribadinya (Raka Joni, 1977:7). Itulah sebabnya proses pembelajaran di sekolah (Pasraman) sudah seharusnya mengandung unsur transfer of knowledge dan transfer of values.
          Berdasarkan pemahaman tersebut, maka proses pembelajaran di sekolah (di Pasraman) dapat dikataan sebagai suatu proses kegiatan untuk mendorong dan merangsang subyek belajar untuk mendapatkan pengetahuan Pendidikan Agama Hindu dan pengetahuan umum serta dapat menghayati nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai ajaran agama sehingga membawa perubahan tingkah laku siswa serta membantu pembelajaran di sekolah (Pasraman) tidak lain adalah suatu proses untuk membina para siswa melalui pendidikan Agama Hindu dan pengetahuan umum lainnya, agar tumbuh kesadaran diri terhadap Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), di samping itu pendidikan agama Hindu berusaha menanamkan pengetahuan danSraddha serta Bhakri, terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan di keluarga, sekolah (Pasraman) maupun di masyarakat. Pendidikan agama Hindu adalah Sraddha yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai Moksartham dan Jagadhita, kesejahteraan di dunia dan akhirat.

B.  Tujuan Pembelajaran
          Tujuan pembelajaran di sekolah (Pasraman) adalah merupakan bagian dari tujuan pendidikan secara nasional. Karena itu tujuan pembelajaran di sekolah (Pasraman) dengan tujuan pendidikan nasional harus disesuaikan. Beberapa hal penting yang secara implicit yang termaktup dalam tujuan pendidikan agama antara lain penanaman nilai-nilai ajaran agama, pengembangan Sraddha dan Bhakti atau meningkatkan iman dan takwa terhadap Tuhan serta berprilaku yang baik berbudi pekerti luhur di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengembangkan dua hal pendidikan intelektual dan pendidikan moral, atau pendidikan kemanusiaan, maka arah pembelajaran di sekolah (Pasraman) untuk mencapai tujuan yang dapat menopang tercapainya tujuan pendidikan secara nasional. Pembelajaran di sekolah (Pasraman) akan mampu melandasi pendidikan kecerdasan intelektual serta sekaligus mampu mendasari pendidikan yang berorientasi pada peningkatan terhadap Sraddha dan Bhakti.
          Dalam pelaksanaannya, maka pembelajaran di sekolah (Pasraman) agar dapat mewujudkan tujuan ideal seperti telah diuraikan di atas perlu mengingat dan mewujudkan adanya tujuan yang dikenal dengan instructional effects dan tujuan yang mengikuti atau tujuan lebih lanjut yang disebut naturant effects. Intructional effects adalah tujuan-tujuan belajar yang secara eksplisit, secara langsung diusahakan dicapai dengan tindakan intruksional tertentu yang biasanya berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan Nurturant effects adalah tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil atau dampak lebih jauh dari tujuan jenis instructional effects termasuk proses internalisasi nilai/makna. Wujudnya seperti berpikir kritis, kreatif, bersikap arif, terbuka dan demokratis, religiusitas dan moralitas, menumbuhkan semangat kebangsaan dan memperkuat kepribadian nasional yang mampu meningkatkan martabat manusia.

C. Strategi dan Model Pembelajaran
          Proses pembelajaran adalah suatu sistem. Dalam proses ini ada beberapa komponen yang saling terkait dalam rangka mencapai tujuan. Komponen-komponen itu adalah siswa, guru, materi/bahan ajar, strategi/model pembelajaran.
         Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai pola umum aktivitas guru dan siswa di dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Dari pola umum kegiatan itu dapat dilihat macam dan urutan kegiatan yang ditampilkan oleh guru dan siswa. Dalam hal ini ada strategi yang lebih menekankan pada aktivitas guru, namun ada juga yang menekankan kegiatan pada siswa. Orientasi dan pendekatan ke depan haruslah ditekankan pada aktivitas siswa. Misalnya siswa diminta untuk membaca materi kemudian mendiskusikan, mensimulasikan, memecahkan permasalahan dalam kelompok, membuat resume, atau siswa diminta wawancara dengan narasumber/tokoh-tokoh dan lain-lain. Pembelajaran agama menekankan pada aspek moral dan sikap prilaku yang berbudi pekerti luhur yang berpedoman pada kitab suci Weda.
     Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan apresiasi dan kreativitas guru. Karena itu guru harus menguasai isi materi, memakai metode yang bervariasi serta alat evaluasi yang sesuai dengan perkembangan siswa. Sehingga mampu merancang pembelajar yang optimal.
          Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru-guru di Pasraman antara lain dengan menggunakan metode pembinaan Agama yang dikenal dengan Sad Dharma yaitu :
1.  Dharma Tula : Kata Tula dalam bahasa Sansekerta artinya perimbangan atau keserupaan dan bertimbang. Secara harfiah Dharmatula artinya bertimbang wirasa atau berdiskusi. Dharmatula sering dilaksanakan pada saat perayaan hari suci keagamaan seperti Saraswati, Siwaratri, kegiatan seminar, symposium, Lokasabha, Maha Sabha hal ini sifatnya terbatas. Hal ini dapat dicermati jika Dharmatula itu sudah mulai dilaksanakan pada jenjang pendidikan formal tentu akan banyak manfaat yang dirasakan oleh para generasi penerus Hindu. Untuk itu agar Dharmatula ini bisa berkembang terus, maka diharapkan agar setiap lembaga pendidikan formal selalu melaksanakannya dan tidak terbatas pada hari-hari tertentu saja. Hal ini tentu merupakan tugas dan kewajiban guru bidang studi agama Hindu untuk mengupayakannya. Tujuan Metode Dharmatula adalah sebagai salah satu metode yang dapat dipakai sarana untuk melaksanakan agar siswa lebih aktif. Melalui pelaksanaan Dharmatula diharapkan para siswa nantinya mampu dan memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat serta dalam rangka melatih para siswa untuk mampu berargumentasi dan berbicara tentang keberadaan Hindu. Melalui peran aktif siswa akan dapat menambah pemahaman mereka tentang agama Hindu secara lebih baik, dengan dilandasi sikap tenggang rasa dan sikap kekeluargaan serta terpupuk dan terbinanya sikap social yang baik sesuai dengan kondisi yang ada dimasyarakat.
2.  Dharmawacana adalah metode pembelajaran/penerangan agama Hindu yang dapat dipakai mendeskripsikan materi pembelajaran agama Hindu kepada siswa. Agar para siswa dapat lebih memahami dan memantapkan diri dalam proses pembelajaran, maka dalam rangka penerapan metode Dharmawacana agar selalu diselipkan ceritra-ceritra keagamaan seperti Mahabharata, Itihasa (Ramayana) dan ceritra-ceritra keagamaan lainnya seperti Tantri dan yang sejenisnya. Untuk lebih menarik penyampaian materi pembelajaran maka guru dalam hal ini harus mengkaitkan materi pembelajaran agama Hindu dengan masalah yang dekat dengan kehidupan siswa. Tujuan dari penerapan metode Dharmawacana ini adalah sebagai usaha mensosialisasikan materi agama Hindu yang demikian kompleksnya serta sarat dengan berbagai rahasia. Melalui proses tersebut diharapkan akan menambah pengetahuan, penghayatan  dan sekaligus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan melalui pemahaman yang baik diharapkan rokhani para siswa dan amal bhaktinya kepada Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, agama, masyarakat, bangsa dan negara terpupuk sejak dini.
3. Dharmagita adalah nyanyian tentang dharma dan atau sebagai dharma. Nyanyian tentang dharma maksudnya ajaran-ajaran agama Hindu yang dikemas dalam bentuk nyanyian spiritual yang bernilai ritus sehingga yang menyanyikan dan yang mendengarkannya sama-sama dapat belajar menghayati serta memperdalam ajaran dharma. Nyanyian sebagai dharma maksudnya nyanyian yang dilantunkan dalam rangka melaksanakan dharma misalnya melantunkan kidung pelaksanaan upacara yajna. Dharmagita sebagai nyanyian keagamaan bagi umat Hindu biasanya dipakai menyertai kegiatan upacara keagamaan khususnya yang berhubungan dengan pelaksanaan ritual/yajna. Di samping itu thema syair-syairnya mengandung ajaran dan tuntunan agama, susila, tuntunan hidup serta lukisan prebawanya yang selalu dipuja oleh umat Hindu. Pelestarian terhadap tembang-tembang atau lagu-lagu keagamaan dilaksanakan melalui lomba-lomba yang dikenal dengan Utsawa Dharmagita.
4. Dharma Yatra memiliki pengertian yang hampir sama dengan Tirta yatra yaitu usaha meningkatkan pemahaman dan pengalaman pembelajaran agama Hindu melalui persembahyangan langsung ketempat-tempat suci, selain itu siswa akan memperoleh pengalaman tentang apa yang sudah dipelajari secara teoritis di kelas seklaigus nantinya diharapkan dapat dipadukan antara proses pembelajaran teoritis dan proses pembelajaran praktis. Yatra secara harfiah berarti perjalanan suci. Jadi Dharmayatra adalah perjalanan dalam rangka menelusuri ajaran dharma seperti mengunjungi tempat-tempat  suci untuk sembahyang, penghayatan tentang keagungan sang pencipta dan sekaligus merupakan upaya pengamalan ajaran dharma. Tujuan Dharmayatra adalah mengimplementasikan materi pembelajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari, juga memadukan ilmu yang diperoleh secara teoritis di kelas dengan kegiatan yang bersifat praktis. Kegiatan Dharmayatra sangat baik dilaksanakan pada saat liburan sekolah atau pada saat ada kegiatan upacara-upacara keagamaan mulai dari tempat yang paling dekat sampai ketempat suci yang mungkin terjangkau secara ekonomi.
5. Dharma Sadhana adalah realisasi ajaran dharma yang harus ditanamkan kepada siswa dalam rangka meningkatkan kwalitas diri untuk selalu taat dan mantap dalam menjalankan ajaran agama Hindu. Sadhana artinya latihan atau pengamalan untuk merealisasikan suatu keyakinan. Jadi Dharma Sadhana sebagai metode pembelajaran agama Hindu adalah upaya pembinaan dan pembisaan dalam bentuk praktek ajaran dharma. Dalam proses penerapannya dapat mempergunakan sistim keyakinan agama Hindu yaitu Catur Marga. Tujuan Dharma Sadhana adalah suatu upaya untuk melatih rokhani secara metodis dan sistimatis serta praktis, hal ini perlu dilakukan dalam rangka memupuk dan melatih keluhuran budhi pekerti siswa. Yang terpenting dalam kegiatan ini adalah bagaimana menanamkan konsep untuk dapat memelihara kesucian diri sehingga kehidupan akan semakin mantap. Penerapan metode Dharma Sadhana ini dengan melaksanakan/melatih tapa, brata, yoga dan semadi. Pelaksanaan metode Dharma Sadhana sangat tergantung kepada situasi dan kondisi siswa.
6. Dharma Santi : Kebiasaan saling memaafkan di antara sesama umat bahkan di antara umat beragama, bagi umat Hindu adalah merupakan sesuatu yang sudah dilaksanakan sejak lama. Tradisi saling memaafkan ini sebenarnya sudah tertanam sejak dulu karena umat Hindu meyakini ajaran Tattwamasi. Mulai sekarang kita tanamkan kepada siswa untuk melaksanakan Dharma Santi mulai dari tingkat keluarga, sekolah dan masyarakat yanng beragama Hindu. Perlu ditanamkan kepada siswa bahwa saling memaafkan terhadap sesama umat dan semua makhluk hidup adalah merupakan salah satu jalan untuk memantapkan Sraddha. Santi artinya damai, tenang dan sentausa dengan demikian Dharma Santi dapat diartikan kegiatan dharma dalam rangka mengkondisikan kehidupan rukun, damai, tentram dan sejahtera. Tujuan Dharma Santi adalah untuk kemantapan Sraddha yang disertai dengan pikiran yang suci dan tulus ikhlas untuk memaafkan orang lain.
          Beberapa metode di atas sebenarnya sudah dilaksanakan di sekolah-sekolah. Dengan bermacam-macam metode pembelajaran yang relevan dengan materi pembelajaran akan dapat menyentuh aspek afektif siswa atau sikap siswa. Dengan kurikulum terbaru 2004 yang diterbitkan oleh Depdiknas pembelajaran lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor di mana pada kurikulum sebelumnya hanya menekankan pada aspek kognitif saja. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai agama serta dalam usaha meningkatkan Sraddha dan Bhakti umat perlu diterapkan metode agama Hindu seperti telah diuraikan di atas. Metode secara agama perlu dibantu dengan metode pembelajaran secara umum.

     Metode-metode yang telah umum dipakai dalam proses pembelajaran seperti :
1.  Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang dilakukan melalui penerapan lisan oleh guru. Metode ini dapat digunakan apabila materi agama yang disampaikan banyak mengandung hal-hal yang memerlukan penerangan dan penjelasan.
2.  Metode Tanya Jawab adalah suatu penyajian bahan atau materi yang dilakukan melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab oleh siswa.
3. Metode Diskusi adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran pendidikan agama melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan  dan pengalaman yang diperoleh, guna memecahkan masalah, memperjelas bahan pelajaran dan media dalam mencapai kesepakatan.
4.  Metode penugasan adalah suatu cara mengajar dengan jalan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan oleh guru.
5.  Metode bercerita adalah suatu cara penanaman nilai-nilai ajaran agama Hindu pada siswa melalui pengungkapan dengan ceritra-ceritra yang terdapat dalam ajaran agama Hindu.
6.  Metode Demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan mempertunjukkan suatu benda atau cara melakukan suatu kegiatan (pekerjaan). Benda-benda yang dipergunakan dapat berupa sarana persembahyangan, praktek puja Tri Sandhya, melakukan bratha, yoga dan semadi (sesuai dengan tingkat perkembangan siswa).
7.  Metode Karyawisata adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran dengan mengajak siswa langsung ke obyek yang akan dipelajari yang terdapat diluar kelas atau dilingkungan kehidupan nyata.
8.  Metode bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imaginasi daya ekspresi dan penghayatan siswa terhadap materi yang disampaikan.
            Pemakaian metode dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi baik kemampuan guru, kemampuan siswa, kemampuan sekolah (Pasraman) dan materi pelajaran, karena setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.


D. Silabus
          Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses penyelenggaraan pendidikan, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Kriteria keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan program pembelajaran adalah tercapainya kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa. Pelaksanaan pembelajaran dalam hal ini guru diberikan keleluasaan dalam menentukan proses pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Untuk mengantisipasi keragaman kemampuan sekolah dalam proses pembelajaran maka perlu disiapkan pedoman penyusunan silabus sesuai dengan kemampuan sekolah masing-masing.
         Penyusunan silabus diharapkan dilakukan oleh guru di sekolah atau sejumlah guru yang tergabung dalam satu MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk SMP dan SMA, dan Kelompok Kerja Guru untuk SD (KKG) dan / atau dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten serta mengaitkan dengan fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Silabus yang sudah tersusun nantinya dapat digunakan oleh semua guru. Silabus adalah merupakan acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran.

1.  Langkah-langkah penyusunan silabus :
     Silabus sebagai sub sistem pembelajaran terdiri dari komponen-komponen yang satu sama yang lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. Komponen silabus antara lain :
a.   Identifikasi : pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi : identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas.
b.  Merumuskan standar kompetensi : merupakan pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai siswa serta tingkat penguasaan yang di harapkan dicapai dalam mempelajari mata pelajaran tertentu.
c.   Merumuskan Kompetensi Dasar : merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dalam bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu.
d.  Menentukan Materi Pokok : adalah butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok adalah relevansi yaitu kesesuaian materi pokok dengan kompetensi dasar yang dicapai, konsistensi yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan kompetensi dasar, dikuasai yaitu kecukupan materi yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar.
e.   Menentukan pengalaman belajar : pengalaman belajar siswa dapat dilakukan baik didalam kelas maupun diluar kelas. Pengalaman belajar didalam kelas dilaksanakan dengan mengadakan interaksi dengan sumber belajar misalnya : telaah buku, poster, belajar menggunakan pemutaran Film, TV, VCD dan sebagainya. Pengalaman belajar diluar kelas dapat dilakukan melalui kegiatan intra dan ekstra kurikulum misalnya: Tirta yatra, perayaan hari suci, mengamati isi alam semesta, mengikuti pelaksanaan Yadnya dan sebagainya.
f.   Menentukan alokasi waktu : untuk keperluan perencanaan pembelajaran, perkiraan waktu yang dperlukan untuk mempelajari sesuatu materi pelajaran perlu ditentukan perkiraan waktu ditentukan atas dasar cakupan materi, kesulitan, frekwensi penggunaan dan pentingnya materi tersebut.
g.  Merumuskan indikator : merupakan ukuran ketercapaian hasil belajar secara lebih terurai dan bersifat khusus.
h.  Menentukan penilaian : indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang meliputi jenis tagihan bentuk instrumen dan contoh instrumen setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen penilaian yang meliputi ceramah kognitif, afertif dan psikomotor.
i.   Menentukan sumber/bahan belajar : sumber/bahan belajar dapat berupa buku diktat, majalah, Koran, buku teks, sarana upacara/sembahyang, gambar, symbol-symbol agama, kaset, TV, VCD dan sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif yang telah disesuaikan dengan tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai.
     contoh silabus terlampir
E.  Penilaian
          Penilaian dilakukan untuk mengumpulkan informasikan tentang kemajuan siswa. Hal ini dilakukan baik secara formal maupun informal, dalam suasana yang menyenangkan, dan memungkinkan siswa menunjukkan berbagai sisi kompetensi yang telah dicapai. Perlu dicamkan bahwa pengumpulan informasi tidak semata-mata hanya melalui tes tertulis. Tes tertulis hanyalah salah satu cara dan tidak mesti selalu harus dilakukan. Kalau melalui pengamatan karya atau unjuk kerja siswa secara informal, informasi tentang kemajuan belajar siswa telah diperoleh tak perlu guru membuang tenaga dan waktu untuk memaksakan tes yang biasanya dilakukan secara formal.
          Untuk melihat posisi siswa dalam rentang cakupan suatu kompetensi, karena itu prestasi belajar seorang siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok siswa dalam satu kelas, tetapi dengan prestasi siswa tersebut sebelumnya, namun dalam perspektif rentang cakupan pencapaian suatu kompetensi. Dengan kata lain, capaian kompetensi seorang siswa dibandingkan dengan standar kompetensi yang dituntut dalam kurikulum.
          Untuk mengumpulkan informasi tentang sejauh mana kemajuan belajar siswa, unsur-unsur mana yang sudah cukup kuat dan mana yang masih lemah yang perlu diperbaiki. Terutama untuk yang masih lemah perlu diteliti apa penyebab kekurangan kegiatan belajar yang telah dilakukan siswa. Apakah sumber belajar yang digunakan kurang atau tidak tepat, apakah kegiatan belajar melebihi tingkat kemampuan siswa, apakah metode yang terkandung dalam kegiatan belajar kurang atau tidak tepat atau apakah waktu yang disediakan cukup.
          Untuk memberikan umpan balik kepada siswa, umpan balik bagi siswa yang berhasil dapat berupa pujian lisan, tepukan pada bahu atau tawaran untuk melakukan kegiatan selanjutnya yang lebih matang. Umpan balik bagi siswa yang kurang berhasil dapat berupa arahan sehingga siswa sendiri mengenali kesalahan atau kekurangannya atau bimbingan untuk melakukan latihan atau perbaikan untuk menanggulangi kesalahan atau kekurangannya. Selain itu, hasil penilaian berguna sebagai umpan balik bagi Guru untuk memperbaiki hal-hal tertentu dalam proses belajar mengajar. Hasil penilaian berguna juga sebagai umpan balik bagi sekolah dan komite untuk membenahi hal-hal yang kurang menunjang proses peningkatan mutu. Hasil penilaian juga berguna sebagai umpan balik bagi orang tua untuk memberikan bantuan yang tepat bagi anaknya.
     Beragam cara dan alat penilaian antara lain:
1.  Pilihan Ganda : bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya obyektif dan bisa dikoreksi dengan komputer. Namun membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukuplah sulit dan kelemahan lain adalah peluang kerja sama untuk mengerjakan tes sangat besar. Oleh karena itu bentuk ini dipakai untuk ujian yang pengawasan ujian yang teliti. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi tergantung kemampuan pembuat soal (Ebel, 1979).
2.  Uraian Obyektif : Jawaban uraian obyektif sudah pasti. Agar hasil penskoran obyektif diperlukan pedoman penskoran obyektif berarti hasil penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda asal memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan mata ujian. Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
3.  Uraian Non Obyektif/Uraian Bebas : Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Walaupun hasil penskoran cenderung subyektif, namun demikian sebaiknya dibuatkan kriteria penskoran yang jelas agar penilaiannya obyektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi. Bentuk ini bisa menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta didik, karena kunci jawabannya tidak tahu.
4.  Menjodohkan : Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang cenderung rendah.
5.  Performans : Bentuk ini cocok untuk mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan tugas tertentu, seperti praktek ibadah. Peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan dan ketrampilan dalam bidang tertentu. Penilaian Performans menurut (Nathan & Cascio 1986).
6.  Portofolio : Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik, dengan menilai kumpulan karya-karya atau tugas yang dikerjakan peserta didik. Portofolio berarti kumpulan karya atau tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik (Popham, 1985). Karya-karya ini dipilih kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat perkembangan kemampuan peserta didik. Cara ini bisa dilakukan dengan baik bila jumlah peserta didik yang dinilai tidak banyak.
7.  Isian Singkat : tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian.

F.  Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya
          Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Hasil belajar siswa digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.
     Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah dan orang tua siswa. Dukungan ini akan diperoleh  apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap dan akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru, sekolah dan orang tua siswa.
     Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

1.  Pelaporan hasil Penilaian
          Hasil penilaian ranah kognitif dapat berupa nilai angka maupun deskripsi terhadap kompetensi dasar tertentu. Untuk nilai angka dapat diberikan dalam bentuk angka misalkan nilai 75 sebagai batas minimal kelulusan (ketuntasan). Artinya jika seorang siswa sudah mencapai nilai 75 untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan siswa tersebut berhasil. Akan tetapi jika seorang siswa belum mencapai nilai 75, maka dikatakan belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk keterangan mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran mata pelajaran tertentu pula.
          Pelaporan hasil penilaian ranah afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran tertentu dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran mata pelajaran tertentu. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
a.  Laporan untuk siswa dan orang tua
     Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan dapat memberikan informasi yang lengkap. Akan tetapi membuat laporan yang lengkap setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu pembuatan laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan. Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara yaitu lulus atau tidak lulus. Prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku yang diisi pada setiap semester.
b.  Laporan untuk sekolah
     Selain membuat laporan untuk siswa dan orang tua, guru juga harus membuat laporan untuk sekolah. Sekolah berkepentingan untuk mengetahui catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa akan diperhatikan dan dipikirkan oleh pihak sekolah. Laporan yang dibuat guru untuk sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak semata-mata melaporkan prestasi siswa tetapi juga menyinggung problem kepribadian mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi dalam bentuk deskripsi tentang siswa.
c.   Laporan untuk masyarakat
     Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus membawa bukti bahwa mereka memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu. Namun pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa dari suatu sekolah tidaklah sama. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam laporan prestasi.

2.  Pemanfaatan Hasil Laporan
a.  Untuk Siswa
     Informasi hasil belajar dapat diperoleh melalui ujian, kuiesioner, wawancara atau pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui ujian, ranah afektif diperoleh melalui angket dan pengamatan. Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk (a). mengetahui kemajuan hasil belajar siswa, (b). mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c). memotivasi diri untuk belajar lebih baik dan (d). memperbaiki strategi belajar.
     Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal mungkin, maka laporan yang diberikan kepada siswa harus berisi : (a) hasil pencapaian belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran dan (c) minat siswa pada masing-masing mata pelajaran.
b.  Untuk Orang Tua
     Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk memotivasi anak agar belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, yang meliputi ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Informasi ini digunakan orang tua untuk : (a) membantu anak belajar, (b) memotivasi anak belajar, (c) membantu sekolah meningkatkan hasil belajar siswa dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.
     Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan hasil belajar harus mencakup semua ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang kelemahan, kekuatan dan ketrampilan putra/putrinya dalam melakukan tugas, serta minat terhadap mata pelajaran.
c.   Untuk Guru dan Kepala Sekolah
     Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam satu dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk menentukan strategi mengajar yang lebih tepat dan mendorong sekolah memberi fasilitas belajar lebih baik. Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar dalam semua ranah untuk semua mata pelajaran. Informasi yang diperlukan adalah kompetensi dasar yang telah dan belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi yang spesifik untuk masing-masing kelas sedangkan kepala sekolah memerlukan informasi yang umum untuk semua kelas dalam satu sekolah.

2 komentar: