Apa sajakah yang termasuk sebagai epos besar
Hindu dan siapa sajakah penyusunnya?
Dua epos besar atau Itihàsa adalah
Ràmàyaóa dan Mahàbhàrata. Åûi Vàlmìki menyusun Ràmàyaóa
dan åûi Vedavyàsa, putra dari åûi Paràúara, menyusun Mahàbhàrata.
Kisah åûi Vàlmìki terdapat dalam Uttara kàóða, yang
meru-pakan sebuah tambahan dari epos besar Ràmàyaóa.
Bagaimanakah kisah Åûi Vàlmìki?
Pada awal kehidupannya, Vàlmìki
adalah seorang perampok kelas kakap yang tanpa nama. Ia biasa merampok para
petualang dan pengembara untuk menghidupi anak istrinya. Pada suatu hari åûi
Nàrada kebetulan lewat dan sang perampok ini merampok beliau. Nàrada
menanyakan Vàlmìki mengapa ia mau merampoknya. “Untuk
menghidupi keluargaku” jawab sang perampok. “Baiklah” kata sang åûi,
“mengapa kau tidak mengikatku disini, lalu pergi dan menanyakan semua orang
dalam keluargamu, siapa yang akan menanggung dosa dari uang yang kau bawa
pulang”. Perampok ini setuju. Ia kemudian mengikat sang åûi dan
berlari kerumahnya yang sederhana. Disana ia mulai menanyai semua anggota
keluarganya dengan pertanyaan, “maukan kau menanggung dosa-dosaku?”.
Semua anggota keluarganya, termasuk istrinya menjawab, “Tidak”. Inilah
kali pertama dalam hidupnya sang perampok menyadari kebenaran. Lalu dengan air
mata berlinang ia berlari kepada Nàrada dan meminta maaf. Sang åûi
mulai mengajari sang perampok tentang bagaimana caranya memuja Tuhan. Dan
setelah peristiwa itu, karena saking khusuknya sang perampok melakukan tapa
brata, maka tubuhnya menjadi sarang semut dan serangga. Akhirnya setelah
bertahun-tahun berlalu, terdengarlah suara dari langit yang menyuruh sang
perampok untuk menghentikan tapa brata yang dilakukannya. Suara gaib itu menamakannya
Vàlmìki yang artinya “lahir dari sarang semut”; demikianlah kisah
Vàlmìki.
Bagaimanakah kisah yang melatarbelakangi epos
besar Ràmàyaóa?
Pada suatu hari åûi Vàlmìki berjalan-jalan
disepanjang hutan dan melihat sepasang merpati sedang memadu kasih. Ketika sang
åûi sedang larut dalam pemandangan itu, sebuah anak panah meluncur
dihadapannya dan tepat menusuk sang merpati jantan. Merpati yang betina mulai
merasakan duka cita yang dalam dan ia turun berputar-putar diatas mayat
pasangan jantannya. Saat itu Vàlmìki melihat pemburu yang memanah
dan beliau menegurnya dengan keras, namun segera beliau menyadari bahwa sebagai
seorang åûi beliau tidak layak berbicara seperti itu. Lalu dari langit
terdengarlah suara gaib, “Wahai Vàlmìki, kata-katamu sungguh puitis;
janganlah bersedih. Ini adalah saat yang tepat bagimu untuk menulis syair-syair
Ràmàyaóa yang abadi, kisah kehidupan Úrì Ràma”. Atas perintah
suara gaib itu, Vàlmìki mulai menulis keseluruhan kitab Ràmàyaóa
yang diceritakan oleh burung merpati betina itu kepadanya. Pada permulaan
setiap bab, Vàlmìki selalu menyadarkan pembaca tentang kenyataan
bahwa seekor burung merpatilah yang telah menut-urkan kisah Ràma kepadanya.
Apa sajakah yang menjadi isi dari kisah ini?
Secara singkat Ràmàyaóa mengisahkan
kehidupan Ràma dan dewi Sìtà. Ini adalah sebuah karya yang
terdiri dari 24.000 sloka. Kisah singkatnya adalah sebagai berikut:
Pada suatu masa, tersebutlah seorang
raja yang bernama Daúaratha yang memiliki tiga orang istri, Kausalya,
Kaikeyi dan Sumitra. Namun sayang sekali, Daúaratha
tidak memiliki keturunan dari semua permaisurinya maka ia melakukan sebuah
upacara khusus yang disebut sebagai Putrakameûþi Yajña. Dari api
upacara itu akan keluar cairan yang harus diminum oleh para permaisuri untuk
mendapatkan putra. Sebagai hasilnya, Kausalya memiliki seorang
putra bernama Ràma, Kaikeyi memiliki Bharata,
sedangkan Sumitra memiliki putra kembar yaitu Lakûmaóa dan
Úatrughna. Sejak kecil Ràma dan Lakûmaóa sudah
sangat dekat dan ini juga terjadi pada Bharata dan Úatrughna.
Ketika menginjak usia pubertas, Ràma
menikah dengan dewi Sìtà yang merupakan putri raja Janaka.
Setelah itu raja Daúaratha mulai berpikir untuk turun tahta dan
mewariskannya kepada Ràma. Seluruh negeri bergembira mengetahui berita
itu, terkecuali Kaikeyi dan pembantunya Mantharà. Akhirnya
dewi Kaikeyi dengan akal liciknya berhasil membuat Ràma
meninggalkan kerajaan dan pergi kehutan bersama istrinya Sìtà dan
adiknya yaitu Lakûmaóa. Di dalam hutan, Sìtà yang malang
diculik oleh Ràvaóa, raja raksasa di Úrìlaòka. Ràma kemudian
mencari istrinya dengan dibantu oleh raja kera Sugrìva dan perdana
menterinya yaitu Hanùmàn. Dalam sebuah perang besar, Ràma berhasil
menghancurkan Ràvaóa dan pasukannya. Akhirnya Ràma bersama
dewi Sìtà dapat kembali ke kerajaan Ayodhya.
Ràmàyaóa adalah sebuah kisah besar dalam Hindu.
Hari raya Dìpàvali adalah sebuah upacara peringatan, kemenangan Ràma
melawan Ràvaóa. Dìpàvali atau
Devali diperingati di seluruh India.
Ràma adalah seorang avatàra Viûóu dan Ràmàyaóa adalah
sebuah kisah yang memaparkan tujuan hidup manusia dalam ajaran Hindu. Ràma
adalah figur laki-laki yang sempurna dan Sìtà adalah simbol
wanita yang sempurna sedangkan Lakûmaóa adalah simbol saudara
yang sempurna. Ada banyak versi dari cerita Ràmàyaóa ini. Versi Hindi ditulis
oleh åûi Tulsidàsa. Versi Malayan oleh Thuncheth
Ezuthachan. Naskah Ràmàyaóa yang asli ditulis dalam bahasa Sanskreta
yang sangat indah susunannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar